Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2017

“Sabar dalam ittiba”

Chapter 9 “Sabar dalam ittiba” Dalam menjalankan perintah agama dan mengikuti petunjuk Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, diperlukan kesabaran. “ Secara syar’i, sabar adalah menahan diri dalam tiga perkara : (1) ketaatan kepada Allah, (2) hal-hal yang diharamkan, (3) takdir Allah yang dirasa pahit (musibah) .” Sumber: https://rumaysho.com/9579-macam-sabar.html . Kesabaran tersebut harus dipegang erat baik untuk muslimin dan muslimah serta ittiba (mengikuti) kebenaran. “ Seorang muslim wajib ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dengan menempuh jalan yang beliau tempuh dan melakukan apa yang beliau lakukan. Begitu banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan setiap muslim agar selalu ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam .” Sumber: https://almanhaj.or.id/2194-antara-taqlid-dan-ittiba.html . “ Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir" ,” Surat Ali 

“Salafi bukan organisasi”

Chapter 8 “Salafi bukan organisasi” Ketika seseorang ingin hijrah dan memperdalam ilmu agama, maka gudangnya ilmu ialah para dai melalui ceramah-ceramah atau kajian. Selama dai atau ustadz menyampaikan berdasarkan Alquran dan Hadits (shahih), boleh kita ambil ilmu darinya. Namun, yang perlu digarisbawahi ialah terkait dengan manhaj. Apa itu manhaj? Manhaj secara bahasa artinya jalan yang jelas dan terang. “ Sedang menurut istilah, Manhaj ialah kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan yang digunakan bagi setiap pelajaran-pelajaran ilmiyyah, seperi kaidah-kaidah bahasa arab, ushul ‘aqidah, ushul fiqih, dan ushul tafsir di mana dengan ilmu-ilmu ini pembelajaran dalam Islam beserta pokok-pokoknya menjadi teratur dan benar. Dan manhaj yang benar adalah jalan hidup yang lurus dan terang dalam beragama menurut pemahaman para Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ,” sumber: https://muslimah.or.id/1185-mengenal-manhaj-salaf.html . Ketika berbicara mengenai cara beragama yang be

“Hidayah mengenal sunnah”

Chapter 7 “Hidayah mengenal sunnah” Kalau mengerjakan ibadah wajib merupakan hal yang biasa, maka orang-orang yang menunjukkan rasa cintanya kepada Nabinya, Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam ialah dengan mengikuti sunnah-sunnah beliau. Menjadi mudah mengerjakan sunnah manakala ibadah wajib itu ditunaikan secara ikhlas tanpa paksaan. Dan, menjadi ringan seseorang untuk berhijrah ketika ia berani untuk meninggalkan segala kemaksiatan yang pernah dilakukannya. Sehingga, bagi seorang muslim sejati, melengkapi ibadah yang wajib dengan yang sunnah tampak menunjukkan kesempurnaan dalam menjalankan agama. Sebab, sunnah inilah yang mendatangkan cintanya Allah Subhanahu wa ta’ala. Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku akan memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan

“Dakwah sunnah dan kemudahan akses internet”

Chapter 6 “Dakwah sunnah dan kemudahan akses internet” Dulu internet sangat sulit diakses. Dulu belum banyak provider yang menyediakan layanan internet, kalau pun ada biayanya cukup mahal dan baru sebatas diakses di PC. Kini, di saat generasi milenial muncul, era internet semakin membuat orang melek informasi, dan akses internet sudah tidak lagi melulu di PC, melainkan di ponsel mobile. Di saat yang bersamaan, saat ponsel mobile hadir dengan harga yang semakin terjangkau, layanan internet oleh operator telekomunikasi terus memberikan tarif yang cukup bersahabat bagi konsumen. Hal ini semakin memuluskan penyebaran informasi kepada khalayak luas. Sebagian masyarakat yang haus akan ilmu agama Islam, salah satunya mengandalkan internet untuk browsing maupun mengakses YouTube. Ya, kira-kira dalam waktu beberapa tahun terakhir ini, akrab di telinga para pencari ilmu, ustadz-ustadz yang mendakwahkan sunnah. Mungkin ada salah persepsi, julukan dakwah sunnah sebetulnya bukanlah pr

"Perumpamaan sederhana”

Chapter 5 “Perumpamaan sederhana” Pernah dengar kata emas murni, susu murni? Dan kata lainnya yang bisa dipadukan dengan kata murni. Kata murni memang bisa melekat pada apapun kata bendanya. Ketika kata murni disandingkan dengan kata benda, berarti ia menjadi objek yang bisa dimaknai sesuatu yang utuh, bersih dan sesuai dengan asalnya. Murni berarti tidak pernah tercampur atau terkontaminasi dengan zat apapun juga. Murni juga tidak tercemar bahan apapun, sehingga ia bisa sangat disukai, seperti susu murni itu tadi, misalnya. Susu murni, jelas khasiatnya bagi tubuh, 100 persen ia menyehatkan, dan bermanfaat bagi tubuh. Sedangkan bila susu itu tercemari dengan zat lain, ia menjadi beda rasa, boleh jadi bukannya menyehatkan, malah berpotensi menimbulkan penyakit. Secara akal, apakah kita lebih memilih susu murni yang utuh segar atau susu yang sudah tercampuri dengan zat lain, yang kita tidak tahu apakah zat itu berbahaya atau justru mematikan bagi peminumnya? Pilih susu mu

“Bahaya taklid buta”

Chapter 4 “Bahaya taklid buta” Setelah kita tahu bahwa berilmu penting sebelum beramal, maka kemudian kita perlu juga mengetahui bahayanya taklid buta. Apa sih yang dimaksud dengan taklid? Kalau kita melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), taklid artinya “ keyakinan atau kepercayaan kepada suatu paham (pendapat) ahli hukum yang sudah-sudah tanpa mengetahui dasar atau alasannya; peniruan; ”. Di mana letak bahayanya? Kan selama ini bahkan sudah bertahun-tahun dikerjakan? Aman-aman saja tuh? Mungkin pertanyaan itu yang bisa muncul di benak kita. Ketahuilah kawan, saat ini mungkin tidak banyak yang memperhatikan agamanya sendiri (agama Islam). Jangankan bersikap kritis atau menelusuri mengapa ibadah ini disyariatkan, sebagian mungkin tidak peduli yang penting hanya gugur kewajiban. Ibadah hanya sekedar mengikuti kata orang dan meniru orang banyak. Tidak ada waktu untuk menuntut ilmu, sibuk dengan urusan duniawi, kurangnya ketaatan atau bahkan meremehkan ibadah-ibadah waj

“Berilmu dulu sebelum beramal”

Chapter 3 “Berilmu dulu sebelum beramal” Pentingnya kita menuntut ilmu agama agar kita mengetahui bahwa landasan kita beribadah atau beramal ialah berdasarkan Alquran dan Sunnah. Menuntut ilmu disertai keikhlasan dan hanya mengharapkan ridha Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebab, berapa banyak orang-orang yang melakukan suatu amalan atau ibadah, tetapi belum mengetahui ilmunya atau bahkan tidak mengikuti seperti yang Rasulullah ajarkan. Mungkin juga, kita mengerjakan suatu ibadah yang kita anggap betul dengan hanya melihat orang lain, menirunya atau ikut-ikutan kebanyakan orang. Kritis perlu bukan berarti kita menjadi kaku ketika berinteraksi, melainkan menjaga ibadah-ibadah kita sendiri karena siapa lagi kalau bukan kita yang bertanggungjawab terhadap amalan-amalan kita? Maka dari itu, yuk kita belajar ilmu agama yang benar. Contoh pada saat wudhu, sudahkah kita berwudhu dengan betul sesuai cara Rasulullah? Sudahkah kita shalat mengikuti gerakan yang dicontohkan Nabi Muhammad S