Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2014

Tulisan Dibuang Sayang

Berikut adalah artikel hangat yang baru saja dibuat. Namun, oleh karena rupanya sudah pernah dibuat kemarin (28/5) tanpa sepengetahuan penulis, alhasil berita ini gagal naik di website media online. Daripada di buang sayang, mending penulis posting di blog, hehe.. ----- 2018, Pengguna Twitter Capai 400 Juta Orang CALIFORNIA - Pengguna jejaring sosial Twitter diprediksi akan mencapai 400 juta orang pada 2018. Seluruh pengguna tersebar di Asia, Amerika Latin dan Timur Tengah. Dilansir Reuters, Kamis (29/5/2014), studi baru ini dilakukan oleh perusahaan riset industri digital advertising eMarketer yang menunjukkan bahwa pengguna Twitter semakin tumbuh. Khususnya, para pengguna jejaring sosial ini akan mendominasi di wilayah negara berkembang. Pada 2018, pertumbuhan pengguna Twitter di pasar seperti Amerika Serikat dan Jepang akan menurun sekira 6,4 dan 6,1 persen. Jumlah pengguna global website microblogging saat ini mencapai 386,9 juta. Amerika Serikat menyumbangkan tiga pe

Futur

Akhir-akhir ini penulis merasa futur. Kondisi yang membuat pikiran terlalu diporsir untuk pekerjaan dan segala macam kemumetan. Tidak ada 100 persen pekerjaan yang menyenangkan, penulis paham akan hal itu. Akan selalu ditemui plus minus yang dihadapi dalam sebuah pekerjaan. Pekerjaan saat ini bisa dikatakan mempengaruhi aspek psikis dan mental, bahkan iman. Godaan selalu datang, sulit menentukan apakah ini halal atau haram, terutama bila menyangkut soal uang yang kita terima dari suatu jasa yang kita lakukan, walaupun sesungguhnya itu sudah menjadi bagian dari pekerjaan. Bagi yang ingin menjadi reporter, tolong pikirkan sekali lagi dengan matang, yakinkan diri sehingga tidak salah dalam memilih sebuah pekerjaan. Dari beragam sudut pandang, ada 'dosa-dosa' reporter yang bisa muncul dan dialami, baik itu oleh kalangan junior maupun senior. Reporter, 'prajurit' dari sebuah media, secara tidak langsung atau langsung turut andil dalam menentukan arah dan kebijakan p

Rumus Jodoh

Dari dulu penulis ingin sekali menulis tema yang satu ini. Rumus jodoh. Beberapa waktu lalu saat penulis lihat di video YouTube, Ustadz Yusuf Mansyur sempat mengungkap 'matematika jodoh'. Ia mengatakan bila jodoh itu 'dibeli'. Dalam artian, jodoh itu bisa mendekat atau menghampiri bila kita banyak beramal shaleh dan bersedekah. Menurut penulis, itu benar, namun agak abstrak. Sebab, manusia tidak hanya berdoa atau beramal shaleh, tetapi juga harus melakukan segala macam upaya untuk memantaskan diri dan berusaha mendekati jodoh tersebut secara lahiriah. Penulis senang sekali, salah satu teman di jejaring sosial menunjukkan foto bahwa ia baru saja dilamar. Terangkai satu cincin indah yang melingkar di jari manisnya. Entah itu pertunangan atau khitbah, yang pasti disebutkannya sebagai 'one step closer' menuju hari yang paling dinantikan, pernikahan. Apa yang disebutkan sebagai 'one step closer' itu mungkin tidak dilalui dengan waktu singkat. Tentun

Perbanyak Mengingat Kematian

Tiada yang bisa mengelak dari datangnya kematian atau maut. Tidak melulu mereka yang sudah berusia tua, bahkan anak kecilpun bila telah tiba ajalnya, bisa meninggal dunia. Waktu penulis duduk di bangku SD kelas 3, tiba-tiba berpikir kok bisa ya ada dunia yang fana ini? kok bisa ya manusia bernapas dan berjalan dengan urusannya masing-masing? Bagaimana kalau tidak ada bintang-bintang di langit, tidak ada perputaran Bumi yang mengelilingi matahari. Bagaimana bila dunia ini diam saja, kosong, hampa, mati, gelap? Agak nyerempet ke filsafat memang, dan ini sempat dipikirkan oleh bocah yang masih duduk di bangku SD. Oleh karena dunia ini fana, dunia ini tidaklah kekal, maka seharusnya manusia itu berpikir. Hakekat manusia hidup di dunia, untuk apa manusia diciptakan dan apakah ada kehidupan selanjutnya setelah kehidupan di dunia? Penulis sengaja membawa pembaca untuk berpikir dan membayangkan tentang fenomena alam yang terjadi. Yang seharusnya membuat kita mengerti, mengenali tanda

Sabar dan Bersyukur

Uang memang penting, uang bisa membayar materi walau tidak sepenuhnya dapat membeli kebahagiaan. Faktor bahagia sebenarnya tidak melulu soal uang. Namun pada kenyataannya, uang atau besaran gaji yang diperoleh bisa membuat orang tertarik untuk bekerja di tempat yang katanya lebih menyejahterakan. Sekali lagi, uang memang penting, tetapi tidak semua bisa dibeli dengan uang. Biasanya, yang gajinya lebih besar, otomatis tuntutan pekerjaannya juga lebih besar. Diperlukan tanggungjawab lebih besar saat mengemban pekerjaan yang lebih besar. Tabiat manusia mungkin selalu ingin mendapatkan penghasilan yang besar. Hanya satu kunci seseorang bisa tetap bertahan untuk jangka waktu lama dalam sebuah pekerjaan, yakni sabar dan bersyukur. Beberapa yang saya amati dilapangan, sangat realistis sekali beralasan, yakni tidak mau bekerja di perusahaan A karena tidak sesuai dengan ekspektasi gaji yang diharapkannya. Atau, sudah bekerja di perusahaan A atau B, tapi gaji di tempat lain lebih besar

Bersegeralah

Sebuah ungkapan sederhana yang terlontar dari seorang teman, "kalau tidak ada yang abadi, mengapa kita harus menanti". Mari kita analisis. Ada dua variabel di situ, tidak ada yang abadi artinya 'sementara' dan mengapa harus menanti? Ini sebuah tanda tanya terkait seberapa penting Anda harus 'menunggu'. Coba kita ambil contoh, bila usia ini kekal, maka tidak ada yang perlu dirisaukan. Anda bebas bertindak sesuka hati, bebas melakukan apapun dan tidak perlu takut bahwa Anda akan dimintai pertanggunganjawab-Nya. HANYA SAJA, kita tidak hidup kekal di dunia ini. Maka, segala sesuatunya berjalan sesuai dengan ketentuan-Nya, mulai dari kematian, rezeki dan urusan jodoh. Berarti, "kalau tidak ada yang abadi, mengapa kita harus menanti", ada sesuatu yang harus kita lakukan, ada sesuatu yang mesti diputuskan, ada sesuatu yang perlu dilaksanakan, sebelum ajal menjemput. Konteks kalimat "kalau tidak ada yang abadi, mengapa kita harus menanti"

"Banyak Daun Berguguran"

Akhirnya semua telah pindah kerja di tempat baru. Good, saat ada keinginan yang dibarengi dengan peluang, klop. Kini, tinggal tersisa satu orang dan ada satu pendatang baru. Entah saya ingin berkata apa, karena setiap ada permulaan, pasti ada akhiran. Meskipun semua telah berpencar, tetapi semua masih berada di profesi yang sama, jurnalis. Berawal dari nol, saya pun sangat merasakan bagaimana sulitnya mencari kerja setelah lulus kuliah beberapa tahun lalu. Ketika itu, bersama seorang teman, kami sempat menyusuri jalanan pemda cibinong, mencoba menaruh lamaran di salah satu perusahaan air ledeng, kemudian mendaratkan motor di area parkir gedung perusahaan telekomunikasi, kami pun menaruh CV di tempat ini. Di gedung perusahaan telekomunikasi ini, dengan datang secara baik-baik, kami langsung menuju proses interview singkat dan bisa memulai bekerja di hari berikutnya. Namun, ada sesuatu yang membuat kami pada akhirnya keluar dari tempat kerja tersebut, oleh karena ketidakjelasan s

Berbagi Pengalaman di Negeri Patung Singa

Ini bukan kali pertamanya penulis berkelana ke negara tetangga. Menggunakan jasa transportasi udara, salah satu maskapai penerbangan dengan kode khas 'GA' membuat hati sedikit tenang. Paling tidak, kredibilitas, pelayanan serta kenyamanan penumpang masih terjaga. Untungnya, penulis berangkat tidak mengeluarkan sepeserpun untuk ongkos pesawat terbang, semua ditanggung oleh perusahaan yang mengundang. Penulis merasa, ini merupakan kesempatan emas untuk bisa belajar banyak hal, mulai dari kesabaran dan keberanian. Anggap saja begitu, petualangan hidup di negeri orang asing walau hanya dibatasi 3 hari 2 malam (29/4-1/5/2014), penulis rasa sudah cukup. Ini sebuah pengalaman berharga, bila sebelumnya ada event dalam negeri dan kami serombongan yang sudah mengenal satu sama lain, namun kali ini berbeda, penulis pergi sendiri. Memang pada mulanya penulis agak cemas, sebab ini merupakan pertama kalinya dilepas tanpa ada kawan satu bendera merah putih, menuju negeri patung Singa.