Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2014

Berguru dengan Pengalaman (II - Habis)

Punya blog pribadi menjadi wadah keluarnya semua unek-unek, pikiran dan 'berteriak' lantang dalam kemasan teks yang tersusun. Penulis tidak perduli berapa banyak orang yang membaca, berapa banyak orang yang mengambil manfaat dari tulisan-tulisan pada blog ini atau bahkan berapa banyak yang tidak perduli terhadap konten blog ini. Di sinilah wadah di mana penulis bisa berkomentar, bercerita, mengungkap sesuatu dengan terbatas yang mungkin tidak bisa terlontar dari lisan. Sebuah isi cerita yang tidak mungkin terungkap di media online tempat penulis bekerja. Meneruskan bagian sebelumnya, "Berguru dengan Pengalaman ", apa yang langsung Anda tangkap dari kalimat judul tersebut? Guru yang diberi imbuhan 'ber' di depan, berarti sebuah kata kerja yang mengacu pada sebuah cara yang ditempuh untuk mendapatkan ilmu dari 'guru' yang dimaksud pada kata selanjutnya, yakni 'Pengalaman'. Pengalaman ini bisa berasal dari diri sendiri atau bisa juga pengala

Berguru dengan Pengalaman (I)

Ada pengalaman yang berharga, ilmu yang bisa diambil dan mungkin bisa diamalkan. Penulis beberapa hari lalu mendapatkan 'undangan' mengunjungi korban banjir, yah dikatakan mengunjungi karena itu seperti bukan liputan. Hanya datang, mendengarkan sambutan petinggi salah satu perusahaan tv kabel terbesar di Tanah Air, foto dan selesai. Tetapi tidak begitu saja penulis pulang dengan tanpa membawa apa-apa. Di sana, korban banjir Kedoya Jakarta yang mengungsi justru menjadi guru yang kisah hidupnya, petuahnya barangkali, menjadi motivasi tersendiri. Memang selalu ada hikmah di balik peristiwa. Di balik kesusahan mereka, yang mengungsi di pinggiran kelas SDN Kedoya Utara, tampak tak ada raut kecewa sebagai korban bencana alam banjir. Penulis pun untuk pertama kalinya menyaksikan bagaimana banjir yang sesungguhnya, merasakan langsung ngobrol dengan korban, melihat sampah-sampah di atas sebuah selokan yang airnya sudah meninggi dan lain-lain. Kunjungan ini diselenggarakan pada

Manfaat Main Game

Barangkali dulu rental PlayStation yang marak di tahun 2000-an dipersalahkan sebagai tempat anak-anak nongkrong karena bolos sekolah. Mungkin anak-anak ini saking ngebela-belainnya mau main game PS, sampai rela menyisihkan uang jajannya untuk biaya sewa rental PS satu atau dua jam. Kalau dulu mungkin, Rp2000-3000 sejam, sekarang ga tau harganya berapa, yang pasti harga-harga apa-apa sekarang naik. Duit Rp2000 10 tahun lalu sama duit Rp2000 sekarang nilainya sudah berbeda. Penulis tidak menyalahkan rental PS tersebut. Lah wong itu kan tempat hiburan sederhana bagi mereka yang ingin melepas penat, berkumpul bersama teman dan segudang manfaat lainnya, termasuk usaha halal oleh pemilik rental. Cuma, si pemilik harus membatasi, punya aturan agar enggak menimbulkan citra dan dampak negatif terhadap anak-anak atau siapapun yang main PS di situ. Misalnya, enggak boleh buka saat jam sekolah aktif, dan sebagainya. Terlepas dari itu semua, game sesungguhnya bagi penulis adalah aktivitas yan

Membasmi Kejahatan?

Penulis baru saja baca sebuah berita mengenai aksi perampokan yang terjadi di Jakarta. Dalam artikel tersebut, seorang perempuan berjilbab diceritakan loncat dari bus metromini yang sedang melaju untuk menghindari aksi perampokan. Berita yang diposting tersebut sukses membuat penulis membayangkan keberanian (walau dikatakan nekad) dari figur seorang perempuan berjilbab usia di bawah 30 tahun yang tak gentar menghadapi bahaya. Sebab, ketika itu diceritakan dalam berita bahwa lalu lintas sedang ramai. Kemungkinan selamat bisa 50:50, karena kendaraan lain bisa saja menabrak perempuan tersebut saat ia jatuh ke jalanan akibat meloncat dari bus. Berikut link beritanya: http://www.dakwatuna.com/2014/01/19/45019/ditodong-perampok-wanita-berjilbab-ini-loncat-dari-metromini/#axzz2qr4NrsXS. Kejadian ini terjadi tepat siang hari ini atau 19 Januari 2014. Entah kemudian bagaimana nasib korban perampokan yang masih berada di dalam bus. Bisa jadi uang dan hartanya telah dibawa oleh kawanan pera

Sebelum Masa Tua Tiba

Memiliki pekerjaan memang sesuatu yang barangkali diidam-idamkan oleh seseorang. Di luar sana, pasti ada orang yang sedang kesulitan mencari pekerjaan, lelah menyebar CV dan bosan mantengin situs-situs lowongan pekerjaan di internet. Bagi mereka yang memang memiliki jiwa kreatif dan berpikir 'out of the box', kemungkinan mereka memiliki ide untuk usaha. Usaha tersebut bisa berdagang atau wirausaha atau mengajar, menawarkan jasa dari ilmu yang dimiliki. Mendapatkan pekerjaan tidak melulu karena gaji, tetapi seyogianya manusia berkeinginan untuk beraktivitas, mengeluarkan energi, sehingga tidak diam di rumah saja, pengangguran. Dengan demikian, pekerjaan itu ibarat sebuah kebutuhan. Karena dari pekerjaan itu, barulah pekerja diberikan haknya untuk mendapat upah atau penghasilan. Disitulah rezeki-Nya dialokasikan kepada mereka yang memang mau berikhtiar untuk mencari maisyah. Realita yang terjadi, tidak banyak orang mensyukuri 'nikmat' sudah memiiki pekerjaan di s

Kesederhanaan itu..

Beberapa pertanyaan umum sangat mungkin untuk muncul. Perlu menelusuri arti jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Membaca dan menganalisis dari setiap kalimat umpan balik. Siapakah gerangan dirimu? Mengapa saya begitu ingin mengenalmu? Bagaimana cara ku untuk mengenalmu? Satu di antara sekian miliar manusia di Bumi, pasti ada individu yang sudah ditakdirkan oleh Allah menjadi pasangan hidup untuk individu yang lain. Seberapa jauh ia berjarak atau seberapa kuat dua orang tersebut untuk berjauhan, pasti Allah yang akan mempertemukan. Penulis percaya akan hal itu. Dan, ini adalah kenyataan, bukan cerita fiksi seperti dalam karya novel Habiburrahman El Shirazy (Kang Abik). Barangkali Kang Abik justru mengambil kisah atau realita yang benar-benar pernah dialami oleh seseorang. Penulis jadi penasaran seperti apa kisah akhir novel Cinta Suci Zahrana yang sempat diangkat ke layar lebar itu. Kebetulan novel punya, tetapi tak tuntas dibaca dan film pun tidak sempat ditonton ketika

Peka Soal Waktu

Kurang lengkap rasanya kalau tidak mengetik panjang lebar, menuangkan sesuatu yang ingin dituang serta berbagi cerita. Yah, blog barangkali memang tidak berbeda jauh dengan sebuah diary. Mungkin bisa dikatakan demikian. Masih dalam suasana awal tahun baru, banyak yang berkata, "apa resolusi mu di tahun 2014?". Pada awal saya mendengar kata resolusi, saya belum begitu memahami arti resolusi tersebut. Rupanya resolusi itu bukan cuma penyebutan dalam dunia produk teknologi semisal layar resolusi 1280 x 720 piksel atau resolusi layar monitor atau TV full high definition. Resolusi yang dimaksud ialah cita-cita atau target yang ingin diwujudkan di tahun ini. Sebagian mungkin bingung menentukan apa resolusi di tahun baru ini. Sebagian lainnya sudah menargetkan apa-apa yang ingin dicapai di tahun ini. Poster provokatif, ya, saya menyebutnya demikian, karena komposisi kalimat ditambah dengan latar belakang sosok motivator terkemuka dalam tayangan Golden Ways itu begitu men

Refleksi Diri 2014

Assalamu'alaikum, Bertambah tua kalender masehi menjadi 2014. Apa harapan engkau di tahun ini kawan? Apa mimpi yang belum tercapai dan cita-cita yang tertunda di tahun sebelumnya? Tidak perlulah membesar-besarkan perayaan seperti yang terjadi beberapa hari lalu. Sebab, selain itu mencerminkan jiwa yang 'dangkal iman', juga perayaan tahun baru sarat akan aktivitas kemaksiatan, kemubaziran dan kerugian. Bisa kita tengok, khususnya di ibu kota Jakarta. Ada tempat-tempat yang khusus disediakan sebagai ajang hiburan semata, dan ada juga tempat untuk refleksi diri, siraman rohani sekaligus meningkatkan kembali ketakwaan kepada Illahi. Jarak kedua jenis tempat ini nyaris berdekatan. Bisa disaksikan mana orang-orang yang terlalu mengagungkan sebuah malam yang mereka anggap spesial, dan orang-orang yang memang ingin memperbaiki diri, introspeksi dan berdoa untuk kebaikan di tahun yang baru. Saya tidak menyalahkan euforia yang menyebabkan banyaknya orang panen berjuala