Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2013

Inget Usia Bro!

Tiba-tiba alunan tembang pemenang X-factor, perempuan berkerudung yang menanyikan lagu berjudul Dia Dia Dia mengusik sebuah ruang sunyi. Ruang yang hanya si empunya yang bisa merasakan dan berisi banyak seliweran pikiran. Tentu engkau tahu bagaimana rasanya berada dalam keadaan sendiri menyepi. Saat tidak ada orang yang mengetahui apa yang engkau rasakan, pikirkan, pun orang tidak tahu apa yang kau lakukan, kecuali Sang Maha Mengetahui. Tembang yang dinyanyikan itu sepertinya biasa, namun sedikit potongan lirik yang cukup menyentil. Tidak untuk diumbar dimuka, penulis tidak suka banyak berkata lewat verbal, biarkan ketikan teks sederhana ini yang berbicara. Mungkin engkau pernah merasakan jatuh hati? atau paling tidak, samar-samar sudah menentukan calon terbaik yang hadir dalam kehidupan kau saat ini. Saat lidah menjadi kaku, jari terasa beku saat menuliskan sesuatu, perilaku barangkali jadi tidak menentu. Dengan tanda-tanda tersebut, bersyukurlah bahwa kau masih waras. Seper

Menulis Bebas

Tidak perlu dijelaskan apa kegunaan dari tiap-tiap aplikasi atau website semacam Facebook, Twitter, Path, Tumblr, Blogspot atau Wordpress. Tanpa perlu penjelasan apa beda Facebook, Twitter dan jejaring sosial lainnya, orang sudah bisa langsung pakai, sign up dan selesai, mencoba sendiri. Memang ada perbedaan walau sama-sama jejaring sosial. Pendirinya memang pintar mengklasifikasi kebiasaan seseorang yang senang celoteh singkat 140 karakter (Twitter), mereka yang senang upload foto (Instagram/Path), atau mereka yang suka berinteraksi di dunia maya sambil menonjolkan sisi personal, serta tersedianya fasilitas mini game online (Facebook). Berbeda dengan blog yang dibuat untuk sharing artikel personal dengan tulisan panjang. Blog bisa juga dimanfaatkan sebagai citizen journalism, di mana peristiwa terkini bisa dipublikasikan dengan mudah, bebas, dan mampu cepat diketahui orang banyak. Poin bebas yang disebutkan di atas memang menjadi keasyikan tersendiri, seperti mengesampingkan p

Kekuatan Jejaring Sosial

Terlalu banyak kata yang mungkin menjelma menjadi gundah (lohh apa hubungannya?! haha). Kekuatan verbal sangat terbatas dan mudah berlalu. Hebat sekali pencipta blogspot ini. Akan tetapi, barangkali lebih hebat lagi pengembang teknologi hingga munculnya internet seperti saat ini. Tidak lupa juga kepada pembuat komputer dan segala macam aksesoris pendukungnya. Intinya, sekarang ruang komunikasi menjadi begitu terbuka dan luas. Teringat kata-kata seorang rekan. Dia bilang, tidak ada manusia yang introvert di zaman modernisasi saat ini. Sebab apa? tersedianya jejaring sosial dan akses internet memungkinkan orang untuk lebih extrovert. Yap, terbuka. Tidak aneh bila setiap hari bermunculan kata-kata di status Facebook atau kicauan di Twitter yang berupa pengungkapan, baik itu sharing apa yang sedang dirasa, peristiwa yang dialami orang lain, pengamatan keseharian, kata-kata bijak dan lain sebagainya. Hampir tidak ada alasan bagi seseorang untuk menjadi 'pendiam', bila nyat

Potret Miris Dunia Perkulitintaan

Sampai tidak bisa tidur (pukul 02.30an WIB). Mengingat kepicikan seseorang yang mengaku katanya berpengalaman dalam dunia perkulitintaan. Yap, julukan kuli tinta biasa disebut untuk profesi yang satu ini. Tanpa perlu dijelaskan, intuisi sudah memahami terkait sebuah praktik sogok yang mencemari dunia jurnalistik. Sudah sejak lama teramati, terobservasi dan juga terdengar dari berbagai sumber terdekat. Sebuah istilah proyek yang berorientasi persis ungkapan “ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang”, kiranya itulah yang saat ini terjadi. Vulgarnya, “ada uang berita tentang produk elu gue naikin, kaga ada uang berita elu sori cuma bertengger di-inbox email kantor aje ye”. Kebobrokan ini sudah lama terjadi. Proyek semacam ini pun kompak dijalani oleh superior yang cuma mementingkan kantong rekeningnya sendiri. Anak buah bukan tidak tahu menahu, justru tahu dan cerdas mengamati ketidakjujuran. Salah seorang rekan kerja mengungkapkan, “gimana mau maju, kalo mikirin untung

Pelatuk Introspeksi dengan 'Klasifikasi' (Bagian II-Habis)

Apa implikasi dari tingkatan akhlak atau klasifikasi yang telah disebutkan di-posting-an sebelumnya ? Sejauh mana pemahaman seseorang terhadap ilmu agamanya barangkali berpengaruh pula terhadap watak, karakteristik, gaya hidup serta perilaku. Contoh di poin 1 atau 4, seperti dua kubu yang saling bertentangan. Sedangkan poin 2 atau 3 barangkali bisa dikatakan 'moderate'. Poin 1 yang merupakan 'Orang yang pemahaman agamanya sangat baik dan konsisten dalam ibadah' bukan berarti menutup diri dari pergaulan atau melupakan urusan duniawi. Melainkan, ia lebih mampu mengatur diri untuk bergerak berdasarkan apa yang diyakini dan semata-mata hanya mengharap ridha Allah. Implikasi lainnya bisa terlihat dari kehidupan sehari-harinya, seperti misalnya bagaimana ia memutuskan sesuatu hal, lebih sabar menghadapi cobaan, bertutur kata yang berguna, senantiasa sabar, pembawaannya yang tenang, dan berpikir dengan lebih jernih. Selain itu, seseorang pada tingkatan 1 ini tidak ingin

Pelatuk Introspeksi dengan 'Klasifikasi'

Penulis senang mengklasifikasi. Salah satu artikel laptop yang baru-baru ini di-review juga menyebutkan kata-kata klasifikasi. Penulis mengklasifikasi laptop dengan spesifikasi low-end, mid-end hingga high end. Mungkin tidak hanya laptop yang merupakan benda mati, manusia pun bisa diklasifikasi. Ini ada kaitannya dengan akhlak, ilmu agama Islam serta kematangan pribadi seseorang. Mengapa ilmu agama tidak bisa dipisahkan dari kehidupan maupun peradaban manusia? Jawaban bisa berdasarkan penalaran pribadi, di mana penulis ini merupakan manusia yang jauh dari kata sempurna. Semua yang tertulis dalam posting-an ini juga berdasarkan pengamatan langsung atau realitas yang ada di lapangan. Islam diturunkan sebagai penyempurna dari agama sebelumnya. Tidak dapat diragukan lagi kebenaran dalam kitab suci umat Islam, yang menjadi pegangan hidup seorang Muslim, bahkan umat manusia hingga akhir zaman. Selalu ada kaitan antara agama dengan perilaku, kebiasaan serta hal-hal yang menyangkut s

Pukulan Terdahsyat

Menyambung posting-an sebelumnya. Seorang yang selama ini menjadi titik fokus untuk terus memperbaiki diri dan berharap kelak bisa merajut bingkai keluarga, rupanya telah menjalin ikatan suci bersama pendamping hidupnya. Benar-benar era informasi memberi beragam manfaat, mulai dari mengetahui kehidupan pribadi seseorang yang telah dikenal baik di luar sana, atau justru mengetahui sesorang yang belum terlalu mengenalnya di luar sana. Sebuah pukulan terdahsyat, terbukti benar bahwa kualitas diri mencerminkan siapa pasangan kelak. "Bagaikan memeluk gunung", bukit kecilpun belum mampu ditaklukkan. Terlalu terlena dan keasyikan dalam urusan duniawi bisa menjauhkan seorang hamba dari pendekatan kepada Allah. Selalu ada balasan dari setiap tindakan, baik yang disadari atau tidak. Semua dirasa memberi efek jera, kesadaran serta perbaikan diri. Teringat segala kesalahan dan dosa yang tak luput. Mungkin sudah terlalu lama menanti. Penjemputan itu bagian yang tidak terpisahkan d

Kalau Saja

Saya tidak pernah bercakap-cakap dengannya, pun tidak pernah menyapa walau jejaring sosial memungkinkan untuk itu. Saya hanya kagum melihat sosoknya yang begitu tampak sederhana, tetapi ilmu pengetahuan agamanya tidak diragukan lagi. Selalu memposting di jejaring sosial hal-hal yang bermanfaat serta tema tulisan yang mengenalkan Islam lebih dekat. Saya pun sangat memahami bahwa ia tidak pernah memasang foto profil kecantikan wajahnya di jejaring sosial itu. Saya bisa bicara demikian, tidak diberi tahu oleh siapapun, tidak juga kenal dekat seperti teman perempuan lainnya. Hanya sebagian kecil tentangnya yang bisa diketahui melalui tulisan yang dipostingnya di microblogging. Dahulu mungkin pernah bertemu, dalam perjalanan menuju sebuah acara yang dihadiri pembicara penulis Jalan Cinta Para Pejuang itu. Ya, sekilas saja dan berlalu. Betapa rasanya ia memiliki 'tingkatan' yang sangat tinggi. Tidak sembarang lelaki bisa dengan lancang mendekati, pun ia mungkin sangat memba

'Jelas' Itu Sudah Menjelaskan

Lihat yang katanya media besar, yang promosinya gencar namun sebagian besar dari para 'pendekar'nya berkoar. Mungkin karena kesejahteraan yang agak 'terlantar' dibandingkan media tetangga lainnya yang juga besar. Mereka menyaksikan ada hak yang seolah 'dirampas', permainan 'lempar perintah terima upah' tampaknya sudah beberapa kali terjadi. Anak buah bukan orang-orang tak pintar yang tidak tahu menahu praktek kotor oleh kaum superior. Bisa jadi alasan minimnya gaji yang diperoleh, tetapi mereka pun sama-sama 'kurang'. Akan tetapi, mereka terkadang terus dibombardir dengan kerjaan yang ekstra melelahkan. Tak jarang juga instruksi atau arahan kepada anak buah, seringkali 'tak mendasar'. Alasan kedangkalan kompetensi sebenarnya bisa diatasi dengan mau belajar. Karena mau tidak mau seorang yang katanya pemimpin harus tahu dan mengerti hal-hal yang menyangkut bidang yang diampunya. Bukan malah melimpahkan pekerjaan itu pada orang lain, y