Skip to main content

Gamang

Sekelumit pikiran yang terus menggelombang, menantang diri untuk tetap berprasangka baik dengan siapapun, termasuk kepada Sang Maha Melihat. Entah apakah ini hanya perasaan sempit seorang laki-laki bujang atau ruang berpikir terbatas bagi jiwa yang sepi.

Ketahuilah, zaman semakin edan, yang buruk dianggap benar, yang benar masih dapat dipelintir dicari kesalahan, yang yakin digoda supaya ragu dan yang ragu semakin terjebak dalam lubang keraguannya.

Kian dicari, semakin sulit dikejar, saat diam tak berbuat apapun, tanda kebodohan yang seharusnya tidak dilakukan. Gamang, bila masih tersesat dalam kebimbangan, belum menemukan tolok ukur yang menjurus pada kemantapan.

Mungkin, saat kumbang bertemu bunga, betapa mudahnya ia terbang, betapa gampangnya ia hinggap dan berlabuh di sana. Perkara yang tampak sederhana, mungkin di situlah jodohnya. Kalau pun ada hambatan kecil, hal itu tak menyurutkan kumbang untuk tetap berjuang. Tolok ukur kemantapan bagi kumbang kala itu, karena ia siap dan yakin untuk berlabuh di bunga tersebut.

Namun, apakah sesimpel itu dalam menemukan jodoh? manusia dengan segala kelebihan kekurangan serta kompleksitasnya, menemukan tolok ukur kemantapan seperti kumbang di atas, barangkali penuh dengan pertimbangan yang matang.

Kalau bisa dianalogikan, di era beberapa dekade lalu, saat internet belum lahir, smartphone belum beredar, ialah karena adanya pertemuan fisik yang berkualitas, sehingga mampu mengenali, mendalami karakter serta membingkai hubungan atau interaksi dalam suasana kekeluargaan.

Mungkin dengan sepucuk surat cinta jauh lebih romantis, kala itu, sekarang mungkin masih, tetapi masanya tergerus. Teknologi yang berkembang saat ini sebetulnya memudahkan, namun terkadang menjauhkan yang dekat, menghilangkan esensi dari hubungan sosial yang sesungguhnya, bahkan boleh jadi menipu karena teknologi saat ini memiliki fitur Camera 360.

Ahh, malang rasanya laki-laki yang hidup di zaman modern saat ini, tidak semuanya beruntung dengan mudah menemukan tambatan hati. Tambatan hati yang sungguh, baik akhlaknya, shalehah agamanya, rajin dan pintar, luas pengetahuannya, dermawan orangnya, cantik parasnya dan yang penting, dia mau menerima laki-laki apa adanya.

Model yang begini tentu langka. Kalau beberapa dekade lalu, saat internet, jejaring sosial atau WhatsApp belum ada saja mungkin sulit menemukan perempuan tipe tersebut, apalagi di era saat ini?? Mungkin dibantu teknologi kelihatannya mudah, tetapi tidak semuanya beruntung serta pada kenyataannya sulit.

Kita lihat, saat artis Korea lebih mereka senangi daripada belajar menjadi perempuan dewasa yang bijak, saat lipstik dan makeup beserta pewarna kuku unyu-unyu lebih mereka gemari dibanding menjaga wudhu atau memperdalam ilmu agama, saat nongkrong di mall-mall kota metropolitan lebih mereka cintai ketimbang datang ke majelis taklim dan saat jilbab yang mereka kenakan lebih rempong ketimbang pemahaman akan esensi jilbab itu sendiri.

Bagi laki-laki, tolok ukur kemantapan untuk memilih perempuan untuk dijadikan pendamping hidup, tidak melulu soal materi, penampilan atau sifat keduniawian. Akan tetapi, bagaimana bisa menunjukkan kedewasaan, tanggungjawab dan yang terpenting rasa aman.

Boleh dirinci lagi terkait rasa aman? ya, tidak ada yang lebih menyakitkan atau menghancurkan kecuali bentuk penghianatan atau perselingkuhan dalam sebuah rumah tangga. Fatal akibatnya, nyata sering kita dengar di berita, di lingkungan kita barangkali juga ada.

Penulis sempat membaca salah satu artikel yang di-share di Facebook. Luar biasa dampak dari perselingkuhan, bagai menorehkan retakan pada guci secara permanen, walau guci itu tetap mampu berdiri, meninggalkan goresan abadi, walau luka telah mengering tertutup perban.

Hanya anak-anak mereka yang menjadi penguat hubungan. Walau jasad bersama tetapi jiwa terluka, dan potensi perpisahan jauh lebih terbuka, ketimbang merelakan yang telah terjadi.

Apa? mengapa? bagaimana itu bisa terjadi? kita tidak ingin dituduh salah dalam.. memilih. Sejak dahulu mungkin sudah ada penghianatan dalam hubungan semacam itu, tetapi kini, saat smartphone merajalela, internet modem 4G bertebar di mana-mana, SMS dan telefon masih berguna, celah-celah selalu terbuka.

Ahh, sekali lagi.. malang rasanya laki-laki yang hidup di zaman modern saat ini, tidak semuanya beruntung dengan mudah langsung menemukan tambatan hati. Tambatan hati yang sungguh, baik akhlaknya, shalehah agamanya, rajin dan pintar, luas pengetahuannya, dermawan orangnya, cantik parasnya dan yang penting, dia mau menerima laki-laki apa adanya.

Aneh di zaman sekarang ini. Yang baik dituduh buruk, yang buruk tetap dipelihara. Yang memilih pacaran terus didorong, yang memilih jalur taaruf malah kurang disosialisasikan. Derasnya pengaruh budaya luar dan tayangan media massa yang menggila.

Mau dikemanakan generasi anak-anak kita? Calon yang seperti apa yang sebetulnya kita damba?

Ketahuilah, sadar atau tidak sadar, dunia akan semakin menggiring manusia untuk diperbudak hawa nafsu, baik melalui tayangan media, propaganda, konten internet, dan lain sebagainya.

Berat rasanya bila beban ini kita pikul sendiri, tentu kita ingin agar semakin kuat dalam taat, semakin solid dalam ukhuwah dan semakin kokoh dalam iman serta taqwa. Tidak ada jalan lain selain menikah, berketurunan, dan jadikan keluarga sebagai tempat pendidikan awal bagi generasi kita.

Salah dalam memilih.. akan salah jua dalam tujuan pencapaian. "We don't want to be a loser. Prepare ourself to facing the world's challenge, start it from building family, rise our children with Quran and become a good parents for the future!".

*****

Ilustrasi kucing (Foto: 7-themes.com)

Comments

Popular posts from this blog

Betapa Mahalnya Sehat Itu

Selagi manusia masih sehat dan beraktivitas dalam rutinitasnya, istirahat adalah salah satu hal utama yang perlu dipenuhi oleh tubuh. Karena kita bukan mesin atau robot, melainkan makhluk hidup yang memiliki sistem yang bekerja dalam raga. Maka, sistem ini perlu diberikan 'waktunya' untuk beristirahat, terutama tidur yang cukup. Namun, apa jadinya bila porsi istirahat menjadi kurang, tetapi setiap hari sudah harus digenjot terus dengan pekerjaan yang menguras energi? Bila satu atau dua hari mungkin tubuh masih bisa sehat, walau tanda-tanda lelah seperti ngantuk di siang hari (karena kurang tidur) itu sudah menjadi pertanda bahwa tubuh perlu istirahat. Agak sulit memang, saat seharian bekerja dari pagi hingga sore atau malam hari, terdapat porsi istirahat yang sebetulnya cukup, namun mata tak jua ingin terpejam. Ada hal lain yang ingin dilakukan, mungkin hiburan atau sekadar berinteraksi dengan sosial media. Waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk melepas penat den

Pengalaman mengurus balik nama motor, pajak tahunan dan ganti kaleng (plat) di Samsat Kelapa Dua Tangerang

Sebagai warna negara yang baik, tentu kita perlu untuk memenuhi apa yang diharuskan bagi setiap pemilik kendaraan bermotor, yakni membayar pajak. Oleh karena kini sudah berdomisili di Kabupaten Tangerang, tepatnya di wilayah kecamatan Curug, maka Anda yang beralamat di wilayah tersebut bisa mengurus seperti balik nama kendaraan bermotor, pajak tahunan dan ganti kaleng alias plat di Samsat Induk Kelapa Dua Tangerang. Penulis mengalami sendiri, karena berdomisili di Curug, maka tidak dapat mengurus seperti balik nama ranmor, dan lain-lain di Samsat Tangerang (Cikokol). Yang beralamat di Curug diarahkan untuk mengurus ke Samsat Kelapa Dua Tangerang. Perlu diperhatikan kalau Anda mengetikkan kata kunci di Google "Samsat Kelapa Dua Tangerang", maka hasil pencarian teratas akan menunjukkan "Gerai Samsat Kelapa Dua". Kalau Anda ingin cek fisik, mengurus balik nama hingga ganti kaleng secara mandiri (ngurus sendiri), maka di gerai tersebut tampaknya tidak bisa m

Lebih Baik Disini, Rumah Kita Sendiri (Bagian I)

Rasa nasionalis meledak bukan karena sedang nonton pertandingan bola timnas Indonesia, namun justru rasa kebanggaan dengan negara sendiri muncul pada saat ditolak dalam pengajuan VISA keluar negeri, ke USA. Bisa dibayangkan berapa uang yang mesti dikeluarkan dalam pengajuan permohonan VISA serta tinggal di negeri paman Sam tersebut, meski hanya beberapa hari. Untungnya semua biaya ditanggung oleh salah satu perusahaan elektronik terkemuka asal Jepang, yang memiliki Country Manager atau kantor cabang negara yang berlokasi di Jakarta timur. Komprehensifnya arsip, berkas dan surat ternyata mampu dikalahkan dengan "personal identity" yang mungkin mereka anggap belum layak untuk melancong ke negara super power tersebut. Padahal, surat beserta dokumen resmi lainnya telah dilampirkan, bahkan tiket reservasi hotel di Las Vegas pun telah dibukukan. Sekadar diketahui, event CES atau Consumer Electronic Show 2013 digelar pada awal Januari 2013. Di event akbar internasional ters