Secercah rindu kembali mengusik, kala malam yang dingin teramat menusuk kesunyian. Teringat elok rupa tentang seseorang yang kerap singgah tanpa diundang, dan ia pergi begitu saja tanpa diantar. Berbicara empat mata pun belum pernah barang sesaat. Hanya saja, mengetahui kabar pintas serta ucap sepatah melalui perangkat media komunikasi pintar yang sama-sama dimiliki, tampaknya itu sudah lebih dari cukup. Sayangnya, waktu seolah memenjarakan diri untuk tetap teguh berdiam sepi. Seperti residivis yang menanti masa karantinanya usai, barulah ia dapat melangkah keluar dengan mantap. Namun, tak ada jaminan prototipe afeksi yang kini mendiami, akan tetap tergenggam hingga detik nanti. Terlebih, mengingat kondisi dan situasi yang begitu menghunus nafas harapan. Mungkinkah kelak akan tiba waktu, untuk dapat mengarungi samudera kehidupan bersama? Bukan karena takut kehilangan, hanya tak berani untuk mengklaim bahwa rindu ini secara penuh akan terus terjaga. Entah saat ini, entah esok, lu
Aktualisasi, cipratkan cerita, temukan warna.