Berita yang paling banyak diminati dan dibaca orang ternyata di mulai dari kalimat judul. Mengapa demikian? karena judul bisa menunjukkan seperti apa ekspektasi tulisan yang ada di dalamnya. Kebanyakan judul-judul yang rumit serta topik yang terasa tak penting bisa menjadi salah satu alasan mengapa orang enggan membaca berita itu. Judul-judul yang dibuat semenarik mungkin juga terkadang tidak membuat rasa penasaran orang meninggi untuk kemudian membaca isi beritanya. Faktanya, judul atau berita yang bernuansa mesum misalnya, orang berpikir penting atau tidak penting, dia kemungkinan besar mengklik serta membaca berita itu. Pertanyaannya, mengapa demikian? jawaban bisa saja bermacam-macam, apa benar kaum pria yang senang membaca berita semacam itu? tetapi tampaknya, hal tersebut juga berlaku bagi wanita. Sebagian besar orang bakal memilih berita-berita yang sekiranya penting untuk dibaca dan diketahui. Karena dalam jurnalistik, dikenal juga dengan istilah news value. Apa itu news value? istilah yang merujuk pada seberapa tinggi nilai berita dan seberapa kuat berita itu bisa menarik minat pembaca.
Terlepas dari hal itu, tampaknya ini bisa dianalogikan terkait judul sebagaimana diri seseorang. Bisa ditemui seseorang dengan penampilan yang merepresentasikan 'judul' yang ia bawa kepada orang lain. Namun, apakah penampilan fisik mempengaruhi seseorang untuk tertarik melihat atau mengenalnya lebih dalam? Jawabannya juga bisa bermacam-macam. Tak perlu dan memang belum tahu apakah ada penelitian mengenai hal ini, namun bisa dikira-kira saja sebesar 85 persen dari seluruh sampel menyatakan, pertama-tama melihat penampilan fisik terlebih dahulu baru kemudian mengetahui dan mengenal dirinya lebih dalam. Sudah menjadi hal lumrah, melihat melalui panca indera untuk kemudian menerka-nerka bagaimana kepribadian orang itu? Dalam ilmu komunikasi terkait komunikasi lintas budaya juga dijelaskan, pakaian atau penampilan adalah mengomunikasikan siapa diri Anda yang sebenarnya? Tetapi tentu tidak semua berpikir serentak seperti itu. Tiap orang kadang merasa cuek, kurang peduli terhadap penampilan, padahal justru kepribadiannya berbeda 180 derajat dari penampilan luarnya, begitu juga sebaliknya. Cara terbaik untuk mengetahui bagaimana hati seseorang adalah dengan menutup mata dan pasang telinga. Mungkin agak sedikit menabrak dengan pepatah yang berbunyi, "Dari mata turun ke hati". Ya, orang-orang yang seperti itu memang membiarkan sepasang matanya dijejali oleh penampilan etalase yang belum pasti.
Telinga mampu mendengar, tidak sekedar mendengar, tingkatannya bisa diatur, mendengar sambil lalu dan mendengar secara seksama. Kemudian perhatikan bagaimana rangkaian kata demi kata yang terucap, hal itu bisa mengindikasikan apakah seseorang itu berilmu, pintar membual, humoris dan sebagainya. Bahkan pada tingkat yang lebih tinggi lagi yang belum tentu bisa diraih bila hanya menggunakan indera penglihatan saja.
*****
(Gambar: Servitokss)
Terlepas dari hal itu, tampaknya ini bisa dianalogikan terkait judul sebagaimana diri seseorang. Bisa ditemui seseorang dengan penampilan yang merepresentasikan 'judul' yang ia bawa kepada orang lain. Namun, apakah penampilan fisik mempengaruhi seseorang untuk tertarik melihat atau mengenalnya lebih dalam? Jawabannya juga bisa bermacam-macam. Tak perlu dan memang belum tahu apakah ada penelitian mengenai hal ini, namun bisa dikira-kira saja sebesar 85 persen dari seluruh sampel menyatakan, pertama-tama melihat penampilan fisik terlebih dahulu baru kemudian mengetahui dan mengenal dirinya lebih dalam. Sudah menjadi hal lumrah, melihat melalui panca indera untuk kemudian menerka-nerka bagaimana kepribadian orang itu? Dalam ilmu komunikasi terkait komunikasi lintas budaya juga dijelaskan, pakaian atau penampilan adalah mengomunikasikan siapa diri Anda yang sebenarnya? Tetapi tentu tidak semua berpikir serentak seperti itu. Tiap orang kadang merasa cuek, kurang peduli terhadap penampilan, padahal justru kepribadiannya berbeda 180 derajat dari penampilan luarnya, begitu juga sebaliknya. Cara terbaik untuk mengetahui bagaimana hati seseorang adalah dengan menutup mata dan pasang telinga. Mungkin agak sedikit menabrak dengan pepatah yang berbunyi, "Dari mata turun ke hati". Ya, orang-orang yang seperti itu memang membiarkan sepasang matanya dijejali oleh penampilan etalase yang belum pasti.
Telinga mampu mendengar, tidak sekedar mendengar, tingkatannya bisa diatur, mendengar sambil lalu dan mendengar secara seksama. Kemudian perhatikan bagaimana rangkaian kata demi kata yang terucap, hal itu bisa mengindikasikan apakah seseorang itu berilmu, pintar membual, humoris dan sebagainya. Bahkan pada tingkat yang lebih tinggi lagi yang belum tentu bisa diraih bila hanya menggunakan indera penglihatan saja.
*****
(Gambar: Servitokss)
Comments
Post a Comment