Kalau ditanya, emang nyaman berstatus pacaran? Yang identik dengan mendekati zina itu, yang menentang surat Al-Isra ayat 32 itu? Jawabannya tentu berbeda-beda bagi tiap individu, terutama buat yang muda-muda nih (yang tua mungkin sudah pada nikah).
Yang berani nentang larangan Allah sebagaimana yang disebutkan dalam Alquran, barangkali sudah siap tunggu azab bila belum jua bertaubat. Bukan ingin menakut-nakutkan, tetapi ini kenyataan, sebuah jalan yang menyimpang, yang terus berlanjut dan banyak orang melakukan.
Mungkin ada yang sudah sadar kemudian bertaubat, ada yang masih asyik melakukan. Sungguh hati kita, dalam hal ini iman, dipertanyakan.
Tapi kan, banyak orang berpacaran ujung-ujungnya nikah juga? Iya karena sesama aktivis pacaran, ya jodohnya dapat yang demikian. Urusan sang pasangan ngerti agama atau tidak, itu belakangan. Urusan dia bisa ngebimbing jadi imam atau tidak, itu nomor sekian. Urusan dia shaleh atau shalehah apa bukan, itu entar dipikirkan. Tuh pelaku pacaran!.
Yang perlu digarisbawahi ialah, pacar itu bukan siapa-siapa kita. Saudara bukan, orangtua kita bukan, suami atau istri juga bukan, namun ada hak-hak yang dibuat-buat yang terspesialkan. Sedikit-sedikit jalan bareng, sedikit-sedikit minta perhatian, menuntut ini dan itu tanpa ikatan sah pernikahan. Masih betah pacaran?
Ustadz Felix Siauw pernah bilang, segala bentuk pacaran memang tidak selamanya berbuah perzinaan. Namun, segala perzinaan pasti diawali dulu dengan aktivitas pacaran. Pacaran yang selalu menuntut waktu, energi, dan pikiran, pacaran yang mengekang kebebasan. Masih betah pacaran?
Tragis, pacaran bertahun-tahun, tak juga terlihat tanda-tanda menikah. Kita sebetulnya enggak tahu siapa jodoh kita, belum tentu juga pacar bakal jadi jodoh. Ada jodoh betulan yang datang, melihat kita pacaran, jodoh minggat kagak bakal mendekat. Masih betah pacaran?
Yang namanya pacaran, itu merangsang mengeluarkan sifat naluriah melindungi, protektif, posesif, provokatif. Saking protektifnya, segala kebebasan dirampas, apa-apa butuh izin dulu, bisa memunculkan sifat terlalu pencemburu yang sesungguhnya destruktif. Masih betah pacaran?
Ada juga yang mungkin berpacaran hingga merasa menjadi budak dan mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan, kekerasan dan ancaman, hingga sulit ia keluar dari lingkaran setan yang namanya pacaran. Masih betah pacaran?
Masih banyak kerugian-kerugian yang diakibatkan aktivitas pacaran. Jelas ini bertentangan dengan ajaran agama Islam, terampasnya kebebasan, merusak tatanan kehidupan bersosial akibat pengekangan, menyia-nyiakan waktu, energi, biaya (barangkali) yang belum tentu dia jodoh kita, menciptakan hobi baru bernama 'baper' yang mengganggu dan lain-lain.
Yang perlu diperhatikan, segala yang mengajak kepada kemaksiatan, niscaya berujung pada keburukan demi keburukan, walau itu dikemas dalam bentuk indah yang namanya pacaran. Keburukan tersebut akan dapat ditemukan dan bisa dilihat, baik itu berasal dari individunya (yang mengajak pacaran), dari tutur katanya, dari sikap atau kebiasaannya, atau bentuk-bentuk dari aktivitas pacaran itu sendiri.
Lalu, kalau pacaran itu dilarang dalam Islam, apa solusinya? Bagaimana kita mengetahui bahwa pasangan kita adalah orang yang tepat, yang bisa membimbing, yang shaleh atau shalehah? Jawabannya, minta sama Allah, doa dan ikhtiar dengan cara ta'aruf, Insya Allah.
Pembahasan Taaruf barangkali sudah banyak dipaparkan melalui buku atau pengalaman teman atau saudara.
Intinya, kalau kita ingin berubah, dapat jodoh yang terbaik, yang Insya Allah sama-sama berharap bahagia di dunia dan akherat, itu bisa. Kita yang mulai berubah, dekat sama Allah, doa, pelajarin Alquran dan As-Sunnah, ikhtiarin, mudah-mudahan kita semua selamat dunia dan akherat.
Kurang lebihnya penulis mohon maaf.
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk,”. [Al Qasas: 56].
(Foto: Muslimmarriageadvice)
Comments
Post a Comment