Manusia lahir dalam latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Pengaruh lingkungan serta didikan keluarga sejak usia dini barangkali sedikit banyaknya akan bepengaruh terhadap karakter anak.
Karakter seperti apa yang ingin dibangun untuk anak, maka treatment-nya mungkin berbeda yang dilakukan oleh orangtuanya. Atau, justru orangtua tak pernah terpikir ingin memiliki karakter seperti apa yang harus dipegang oleh sang anak, ketika menghadapi masa remaja hingga dewasa nanti.
Bila anak tidak diberi contoh yang baik, khususnya pengajaran agama Islam dari masa kanak-kanak atau usia sedini mungkin. Maka, jangan heran bila remaja ia menjadi generasi pembangkang, tak kenal siapa Tuhannya, tak kenal apa kewajibannya sebagai seorang muslim/muslimah.
Dan, bila lingkungannya, pergaulannya mendorong ia untuk berbuat keji, berbuat kenakalan, maka semakin mulus-lah ia berbuat kejahiliyahan. Boleh jadi ia tidak pernah takut berbuat dosa, karena tak pernah dikenali siapa Rabb-nya, tak pernah mau mendalami agama, karena dunia telah menyibukannya, mengonstruksi pikirannya untuk cinta dunia, dan ia berjalan di atas ego serta emosinya semata.
Agama menjadi fundamental, penanaman nilai-nilai Keislaman sejak dini sungguh benteng paling efektif untuk mencegah segala keburukan di hari tuanya. Minimal, ini minimal.. anak paham, ia kenal siapa Rabb-nya, ia mengerti hakekat shalat wajib lima waktu, ia menyadari batasan pergaulan antar lawan jenis, ia tahu bagaimana cara bertatakrama di kehidupan masyarakat.
Sehingga, nilai agama yang tertanam kuat paling tidak dapat membuatnya tetap menjadi pribadi yang shaleh/shalehah, apapun profesinya nanti, apapun jabatannya nanti, di mana pun ia akan ditempatkan, maka benteng iman menahannya dari berbuat maksiat, berbuat aniaya, berbuat dzhalim, bahkan mencegahnya dari perbuatan zina yang merusak moral serta masa depannya.
Yang jadi masalah ialah, saat ini, remaja dewasa ini, ya mungkin sebagian walau tidak semua, ialah jauhnya mereka dari agama, enggannya mereka mencintai Alquran, malasnya mendatangi majelis ilmu, menyebabkan kelakuan mereka menjadi liar, emosi tak terkontrol, kenakalan brutal, budaya hedonis/sekuler yang jauh dari nilai-nilai Islam, materialistis dan sebagainya.
Kondisi yang memprihatinkan ini, akan mereka bawa dari kecil hingga remaja, dan dari remaja hingga mereka dewasa. Sebagian dari anak-anak mungkin ada yang sadar atas izin Allah, kemudian akrab ditelinga kita istilah hijrah, menjadi pribadi yang mengamalkan 'amar ma'ruf nahi munkar', mengajak berbuat kebaikan dan mencegah keburukan atau kejahatan.
Ambil contoh kecil, aktivitas pacaran. Benarkah banyak kebaikan yang terkandung di dalamnya? Benarkah pacaran sungguh dapat menjanjikan pasangan hidup yang shaleh/shalehah? Benarkah pacaran sebagai jalan untuk menjemput jodoh shaleh/shalehah?
Sudah banyak ceramah ustadz, guru-guru, barangkali orangtua kita yang menjelaskan dampak buruk pacaran, baik secara sosial maupun psikologis. Tidak jarang pula kita dengar, sebuah tragedi hamil duluan sebelum menikah, aborsi, dan praktek keji lainnya.
Ketahuilah, walau tidak disebutkan kata 'pacaran' di dalam Alquran. Namun, sungguh pacaran itu identik dengan berdua-duaan alias khalwat, bahkan itu sebuah jalan mendekati zina. Padahal Allah berfirman, "Dan, janganlah kamu mendekati zina. Zina itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk," QS Al-Isra:32.
Sesuatu yang mendekati zina saja dilarang, apalagi sampai melakukan perbuatan zina tersebut. Pacaran identik dengan aktivitas mendekati zina, oleh karena itu Islam melarang.
Maha Besar Allah yang Maha Mengetahui, segala larangan yang disebutkan dalam Alquran, jelas itu pasti memiliki sesuatu dampak apabila dilanggar. Apakah dampak itu lebih cenderung kepada keburukan atau kebaikan? Jawab di dalam hati kita masing-masing.
Yang ingin penulis sampaikan, marilah kita melihat segala sesuatu yang ada dan terjadi di dunia, berdasarkan iman kepada Allah SWT dan sunnah Rasulullah SAW. Buka mata hati dan iman kita.
Terkadang, kita melihat sesuatu yang baik, sebuah jalan yang lurus, jalan yang benar, namun kita tidak mengikuti jalan tersebut. Bukan karena kita tidak mau, bukan karena kita tidak ingin, tetapi ada penghalang yang menahan diri kita. Apakah penghalang itu? mungkin dosa atau kemaksiatan yang menumpuk menebal dan terus kita biarkan.
Berlanjut..
(Foto: Aquila-style)
Balik nama motor itu penting, karena daripada capek-capek bolak-balik pinjem KTP asli pemilik motor lama, maka balik nama bisa memudahkan kita untuk bayar pajak pakai KTP sendiri. Selain itu, dari sisi psikologis juga, motor kesayangan itu sudah benar-benar 100 persen milik kita (perasaannya sih gitu), jadi lebih enak aja. Sebelumnya penulis belum tahu sama sekali dengan proses balik nama. Ya, karena ini baru pertama kali. Seharusnya balik nama itu enggak lama setelah Anda membeli kendaraan, jadi kalau entar-entaran lama-lama jadi males, eh tau-tau sudah kelewat dari jatuh tempo pajak motor tahunan. Terus kena denda deh. Tp sebaiknya memang satu bulan sebelum jatuh tempo pajak motor udah disiapin dan segera cabcus cari waktu ke kantor Samsat. Oh ya, di sini penulis ingin berbagi cerita nyata proses balik nama kendaraan motor. Sebelum berangkat, ada baiknya Anda cari-cari informasi melalui teman, saudara, atau cari di internet bagaimana proses balik nama kendaraan motor. Rupanya...
Comments
Post a Comment