Fenomena yang bisa terjadi di masyarakat, di tengah-tengah kalangan muda-mudi yang mencari calon pasangan hidup. Manusia disebut sebagai zoon politicon, makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, membutuhkan partner yang saling membantu, saling menopang dan saling menemani satu sama lain.
Penulis tidak menampik bahwa rasa ketertarikan itu bisa muncul dari mata turun ke hati, atau melalui beragam jalan yang lain. Boleh jadi juga, sebelum maupun sesudah pernikahan itu terjadi. Dan, dari 7 miliar manusia di muka Bumi, barangkali ada yang memutuskan pada akhirnya menikah dengan seseorang walau tanpa ada rasa ketertarikan, ada walau sedikit atau memang telah ada dan terpupuk sekian lama.
Dari perspektif laki-laki, bisa saja berpikir bahwa kaumnya yang bakal melakukan perannya untuk mencari, menyatakan dan kemudian menikahi. Tapi dari sisi perempuan, tentu ada pertimbangan apakah menerima atau menolak kehadiran seorang laki-laki. Eits, jangan salah kalau perempuan juga harusnya bisa memulai duluan. Katanya zaman emansisapi, eh emansipasi?
Kita tidak menampik pula bahwa di era modern saat ini, harta menjadi target, atau kecantikan/ketampanan menjadi faktor utama, sedikit mungkin yang melihat bahwa jauh lebih penting memilih seseorang karena agamanya (ibadah/akhlak atau tingkat keshalehannya). Yang penting ganteng atau cantik, urusan agama mah belakangan. Yang penting kaya raya, urusan duitnya dapat dari jalan halal atau haram itu urusan belakangan.
Melihat konon katanya jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki, maka bila secara impas laki-laki menikah dengan satu perempuan di muka Bumi, maka hal ini akan menghasilkan ratusan ribu atau bahkan jutaan perempuan yang tidak dapat menikah. Miris bukan? saat poligami dalam Islam di satu sisi memberikan solusi terkait ketaqwaan, di satu sisi agaknya membuat makan hati. *Ini bukan membicarakan masalah poligami.
Itu bila satu laki-laki tertarik dengan satu perempuan atas dasar suka sama suka. Bagaimana dengan mereka yang hanya suka di satu pihak alias bertepuk sebelah tangan, lalu menolak ajakan lamaran dengan alasan ketidaksukaan atau tidak cinta, mungkin akan lebih banyak lagi jumlah manusia yang tidak memiliki pasangan.
Tentu ini akan sangat memprihatinkan, padahal sesungguhnya pernikahan itu sendiri yang akan menciptakan sebuah cinta, suasana cinta penuh kecintaan dan rasa kasih sayang. Atau, seseorang telah tertutup hatinya atau menutup diri dari melihat potensi kemungkinan ia akan jatuh cinta karena keistimewaan yang dimiliki seseorang.
“Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir,” [QS Ar-Rum 21].
*****
Ilustrasi (Foto: Kompasiana)
Pengalaman mengurus balik nama motor, pajak tahunan dan ganti kaleng (plat) di Samsat Kelapa Dua Tangerang
Sebagai warna negara yang baik, tentu kita perlu untuk memenuhi apa yang diharuskan bagi setiap pemilik kendaraan bermotor, yakni membayar pajak. Oleh karena kini sudah berdomisili di Kabupaten Tangerang, tepatnya di wilayah kecamatan Curug, maka Anda yang beralamat di wilayah tersebut bisa mengurus seperti balik nama kendaraan bermotor, pajak tahunan dan ganti kaleng alias plat di Samsat Induk Kelapa Dua Tangerang. Penulis mengalami sendiri, karena berdomisili di Curug, maka tidak dapat mengurus seperti balik nama ranmor, dan lain-lain di Samsat Tangerang (Cikokol). Yang beralamat di Curug diarahkan untuk mengurus ke Samsat Kelapa Dua Tangerang. Perlu diperhatikan kalau Anda mengetikkan kata kunci di Google "Samsat Kelapa Dua Tangerang", maka hasil pencarian teratas akan menunjukkan "Gerai Samsat Kelapa Dua". Kalau Anda ingin cek fisik, mengurus balik nama hingga ganti kaleng secara mandiri (ngurus sendiri), maka di gerai tersebut tampaknya tidak bisa m
Comments
Post a Comment