Dunia semakin ke sini semakin mengerikan. Mengapa? Lihat saja potret negeri sendiri yang begitu carut-marutnya.
Pemimpin yang membuat harga BBM seolah mudah naik dan turun, belum lagi informasi yang barusan penulis dengar, ada gubernur ibukota berencana bikin lokalisasi atau prostitusi yang dilegalkan.
Atas alasan sosial katanya, demi menyelamatkan mereka (perempuan) yang sudah terlanjur tercebur dalam industri esek-esek, lalu dibuat lokalisasi. Saat ada lokalisasi yang penuh dengan perjuangan ditutup di salah satu kota di Indonesia, malah pejabat yang satu ini mau bikin lokalisasi.
Atas alasan keamanan katanya, sehingga perempuan yang sudah terlanjur berkecimpung di dunia gelap ini bisa terdata. Bahkan, kabarnya, mereka yang coba-coba praktek prostitusi di luar lokalisasi tersebut, bisa dihukum seberat-beratnya.
Belum lagi situs media Islam yang beberapa waktu lalu dikabarkan diblokir karena alasan membawa ajaran radikalisme. Tampaknya sedang terjadi konspirasi di negeri ini, yang menyudutkan Islam, agar Islam dibatasi ruang gerak dakwahnya.
Sama saja bodohnya dengan berusaha mencegah penyebaran virus AIDS atau penyakit kelamin, maka dikeluarkan kebijakan bagi-bagi kondom gratis. Bukannya menyelamatkan 'umat manusia' dari kenistaan, malah makin diperbolehkan, diteruskan dan didukung perbuatan yang melanggar batasan agama tersebut.
Hei, kita bukan hidup di negara Barat yang menganut paham liberalisme atau kebebasan, tetapi Indonesia dengan mayoritas muslim terbesar di dunia. Aneh rasanya bila keluar kebijakan 'nyeleneh' tersebut di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Mungkin ada yang berpendapat, ini bukan negara Islam bos, jadi jangan bawa-bawa agama dalam kebijakan yang dikeluarkan sebuah negara. Kalau ada yang berpendapat seperti itu, balikan lagi, memangnya negara ini diisi oleh para binatang semua atau robot, bukan manusia?
Manusia beragama (walau ada juga yang mengaku tidak beragama - atheis), dan Islam menjadi cahaya serta petunjuk agar umat manusia selamat di dunia maupun di akherat.
Berbeda pemimpin, barangkali berbeda pula kebijakannya. Oh ya, kita lihat lagi latarbelakang orang tersebut, bagaimana akidah para pejabat-pejabat ini. Untuk itulah, mutlak memilih pemimpin yang beragama Islam, amanah dan menjalankan amar ma'ruf nahi munkar agar memperjuangan nilai-nilai Islam dalam sebuah negara.
Terkait bagi-bagi kondom, kenapa enggak penyuluhan bahaya zina, dan sosialisasi terkait penyegeraan menikah, menikah dan menikah. Nafsu barangkali tidak bisa dihilangkan, walau bisa diredam, kebutuhan manusia memang demikian, maka satu-satunya jalan pemenuhan kebutuhan syahwat ialah menikah secara sah, resmi, baik sah secara agama (bukan nikah mut'ah lho ya) dan dicatat oleh negara.
Barangkali ada yang ingin menikah tetapi enggak punya duit untuk biaya nikah, pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan yang meringankan pembiayaan, bila memungkinkan didanain dong. Barangkali ada yang belum menemukan jodohnya, bisa dibantu dari program pemerintah, melalui kelurahan atau RT/RW, data yang masih single berapa, usia berapa dan buat semacam biro jodoh masif, itu baru keren.
Masalah itu ibarat api, kalau kebijakannya bagi-bagi kondom gratis, lokalisasi, miras legal, itu cuma menutup api dengan jerami. Apinya sih enggak kelihatan, tetapi api itu masih ada, bahkan semakin kuat menyala di dalam, asepnya semakin membuat sesak mengebul dan bahkan membakar jerami itu sendiri, sehingga membuat apinya semakin membesar.
Tetapi solusi menikah, penyuluhan bahaya zina, sosialisasi bahaya pacaran, dan sebagainya itu bisa menjadi program pemerintah lho. Ini baru mematikan api dengan air secara langsung, apinya benar-benar padam.
Kondisi yang amburadul ini, pemimpin-pemimpin ini, semoga masih bisa diperbaiki dengan generasi-generasi baru berikutnya. Tentunya, perlu diperhatikan anak-anak kita, mendidik mereka sejak dini secara Islam, didikan agama yang kuat, sehingga mereka bisa menjadi calon pemimpin yang diandalkan mengatasi problem umat di masa depan.
Buat yang masih single, berbicara generasi baru berikutnya, maka yang perlu diperhatikan ialah memilih calon pasangannya. Pilihlah yang insya Allah baik agamanya, maka ia dan Anda bisa bersama-sama melahirkan generasi anak-anak yang shaleh dan shalehah.
Manusia akan selamat bila masih menggenggam agama (Islam), bila sudah jauh dari agama, hanya ada kerusakan dan kerusakan. Dan, kita tidak ingin kerusakan ini terus terjadi.
*****
(Foto: Colourbox)
Pemimpin yang membuat harga BBM seolah mudah naik dan turun, belum lagi informasi yang barusan penulis dengar, ada gubernur ibukota berencana bikin lokalisasi atau prostitusi yang dilegalkan.
Atas alasan sosial katanya, demi menyelamatkan mereka (perempuan) yang sudah terlanjur tercebur dalam industri esek-esek, lalu dibuat lokalisasi. Saat ada lokalisasi yang penuh dengan perjuangan ditutup di salah satu kota di Indonesia, malah pejabat yang satu ini mau bikin lokalisasi.
Atas alasan keamanan katanya, sehingga perempuan yang sudah terlanjur berkecimpung di dunia gelap ini bisa terdata. Bahkan, kabarnya, mereka yang coba-coba praktek prostitusi di luar lokalisasi tersebut, bisa dihukum seberat-beratnya.
Belum lagi situs media Islam yang beberapa waktu lalu dikabarkan diblokir karena alasan membawa ajaran radikalisme. Tampaknya sedang terjadi konspirasi di negeri ini, yang menyudutkan Islam, agar Islam dibatasi ruang gerak dakwahnya.
Sama saja bodohnya dengan berusaha mencegah penyebaran virus AIDS atau penyakit kelamin, maka dikeluarkan kebijakan bagi-bagi kondom gratis. Bukannya menyelamatkan 'umat manusia' dari kenistaan, malah makin diperbolehkan, diteruskan dan didukung perbuatan yang melanggar batasan agama tersebut.
Hei, kita bukan hidup di negara Barat yang menganut paham liberalisme atau kebebasan, tetapi Indonesia dengan mayoritas muslim terbesar di dunia. Aneh rasanya bila keluar kebijakan 'nyeleneh' tersebut di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Mungkin ada yang berpendapat, ini bukan negara Islam bos, jadi jangan bawa-bawa agama dalam kebijakan yang dikeluarkan sebuah negara. Kalau ada yang berpendapat seperti itu, balikan lagi, memangnya negara ini diisi oleh para binatang semua atau robot, bukan manusia?
Manusia beragama (walau ada juga yang mengaku tidak beragama - atheis), dan Islam menjadi cahaya serta petunjuk agar umat manusia selamat di dunia maupun di akherat.
Berbeda pemimpin, barangkali berbeda pula kebijakannya. Oh ya, kita lihat lagi latarbelakang orang tersebut, bagaimana akidah para pejabat-pejabat ini. Untuk itulah, mutlak memilih pemimpin yang beragama Islam, amanah dan menjalankan amar ma'ruf nahi munkar agar memperjuangan nilai-nilai Islam dalam sebuah negara.
Terkait bagi-bagi kondom, kenapa enggak penyuluhan bahaya zina, dan sosialisasi terkait penyegeraan menikah, menikah dan menikah. Nafsu barangkali tidak bisa dihilangkan, walau bisa diredam, kebutuhan manusia memang demikian, maka satu-satunya jalan pemenuhan kebutuhan syahwat ialah menikah secara sah, resmi, baik sah secara agama (bukan nikah mut'ah lho ya) dan dicatat oleh negara.
Barangkali ada yang ingin menikah tetapi enggak punya duit untuk biaya nikah, pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan yang meringankan pembiayaan, bila memungkinkan didanain dong. Barangkali ada yang belum menemukan jodohnya, bisa dibantu dari program pemerintah, melalui kelurahan atau RT/RW, data yang masih single berapa, usia berapa dan buat semacam biro jodoh masif, itu baru keren.
Masalah itu ibarat api, kalau kebijakannya bagi-bagi kondom gratis, lokalisasi, miras legal, itu cuma menutup api dengan jerami. Apinya sih enggak kelihatan, tetapi api itu masih ada, bahkan semakin kuat menyala di dalam, asepnya semakin membuat sesak mengebul dan bahkan membakar jerami itu sendiri, sehingga membuat apinya semakin membesar.
Tetapi solusi menikah, penyuluhan bahaya zina, sosialisasi bahaya pacaran, dan sebagainya itu bisa menjadi program pemerintah lho. Ini baru mematikan api dengan air secara langsung, apinya benar-benar padam.
Kondisi yang amburadul ini, pemimpin-pemimpin ini, semoga masih bisa diperbaiki dengan generasi-generasi baru berikutnya. Tentunya, perlu diperhatikan anak-anak kita, mendidik mereka sejak dini secara Islam, didikan agama yang kuat, sehingga mereka bisa menjadi calon pemimpin yang diandalkan mengatasi problem umat di masa depan.
Buat yang masih single, berbicara generasi baru berikutnya, maka yang perlu diperhatikan ialah memilih calon pasangannya. Pilihlah yang insya Allah baik agamanya, maka ia dan Anda bisa bersama-sama melahirkan generasi anak-anak yang shaleh dan shalehah.
Manusia akan selamat bila masih menggenggam agama (Islam), bila sudah jauh dari agama, hanya ada kerusakan dan kerusakan. Dan, kita tidak ingin kerusakan ini terus terjadi.
*****
(Foto: Colourbox)
Comments
Post a Comment