Teruntuk seseorang yang pernah dinyatakan perasaan. Melalui tulisan yang tidak penting ini, ada beberapa maklumat yang ingin disampaikan. Ada sesuatu yang mengganjal, maka semoga tulisan ini bisa membantu memahami keadaan.
Seorang teman perempuan pernah mengatakan usai ia mendengarkan sebuah curhatan. Ia mengungkapkan bahwa sekalipun mengalami penolakan, laki-laki harus berjuang lagi dan lagi untuk menunjukkan keseriusannya.
Mungkin engkau berpikir aku sudah tak berharap lagi, mungkin juga engkau berpikir aku sudah melupakan dan tak lagi menyukai.
Mungkin engkau menganggap aku lelaki tak bertanggungjawab yang sudah mengungkapkan perasaan, tetapi kemudian tampak seperti menghilang dan tak lagi terdengar kabar atau menanyakan kabar seperti dahulu.
Mungkin engkau merasa aku sudah melupakan semuanya, menghapus segala memori serta berpikir bahwa aku tak menjaga konsistensi dari perkataanku.
Ketahuilah, apa yang mungkin engkau duga itu tidak benar. Karena aku menyadari ada dua sisi dalam diriku, satu yang membuat aku ingin tetap tinggal dan satu sisi lagi yang ingin agar aku melupakanmu.
Apa yang kau dengar, yang mungkin sampai di telingamu, apa yang kau baca, yang mungkin kau temukan di sosial media dan blog ini, adalah pertempuran hebat dari dua sisi itu.
Setiap dari sisi itu saling mendominasi, saling mencari pembenaran apakah rasa ini harus tetap bertahan atau pergi. Kondisi yang pelik.
Itu berarti, satu sisi mencari energi untuk bisa tetap memperjuangkan, satu sisi lagi memburu 'kode' yang mengantarkanku untuk mengikhlaskanmu.
Setelah ku telusuri, ternyata sisi ini bisa sangat terpengaruhi bukan dari aku, tetapi dari engkau. Apa yang membuat aku bertahan ditengarai dari bagaimana engkau mencoba untuk tidak melepaskanku.
Akan tetapi sebaliknya, bila engkau ingin menjauh dan memilih hati yang lain, atau masih terjebak dengan masa lalu, maka itu mempermulus sisi diriku yang hanya ingin menyimpan engkau cukup dalam kenanganku saja, walau aku tidak mengharapkan hal itu.
Sampai detik ini pun aku tidak tahu alasan yang membuatmu sulit menerimaku. Engkau tak menjelaskannya secara rinci kepadaku. Mungkin ada sesuatu yang kau rahasiakan atau engkau masih menantikan kedatangan hati yang lain?
Aku pun tak bertanya kembali pada engkau mengenai hal itu. Pada akhirnya, kita yang menarik kesimpulan masing-masing dari akhir perbincangan.
"Tak akan ku halangi walau ku tak ingin kau pergi," kata Duta vokalis Sheila on 7 pada lagu Hujan Turun. Seperti itulah keadaannya, dan aku sadar bahwa hakekat perasaan yang tidak biasa ini adalah melepaskan.
Asalkan engkau bahagia tanpaku, tidak menjadi soal bila itu yang sungguh engkau inginkan. Aku tidak mengejar mati-matian karena aku mencari calon pendamping hidup, bukan yang lain.
Bukankah jodoh sudah diatur-Nya, kita manusia hanya mampu berdoa dan berusaha untuk menemukannya. Apakah jalan jodoh itu harus dipersulit? Padahal sesungguhnya perkara ibadah itu mudah.
Seorang teman perempuan pernah mengatakan usai ia mendengarkan sebuah curhatan. Ia mengungkapkan bahwa sekalipun mengalami penolakan, laki-laki harus berjuang lagi dan lagi untuk menunjukkan keseriusannya.
Mungkin engkau berpikir aku sudah tak berharap lagi, mungkin juga engkau berpikir aku sudah melupakan dan tak lagi menyukai.
Mungkin engkau menganggap aku lelaki tak bertanggungjawab yang sudah mengungkapkan perasaan, tetapi kemudian tampak seperti menghilang dan tak lagi terdengar kabar atau menanyakan kabar seperti dahulu.
Mungkin engkau merasa aku sudah melupakan semuanya, menghapus segala memori serta berpikir bahwa aku tak menjaga konsistensi dari perkataanku.
Ketahuilah, apa yang mungkin engkau duga itu tidak benar. Karena aku menyadari ada dua sisi dalam diriku, satu yang membuat aku ingin tetap tinggal dan satu sisi lagi yang ingin agar aku melupakanmu.
Apa yang kau dengar, yang mungkin sampai di telingamu, apa yang kau baca, yang mungkin kau temukan di sosial media dan blog ini, adalah pertempuran hebat dari dua sisi itu.
Setiap dari sisi itu saling mendominasi, saling mencari pembenaran apakah rasa ini harus tetap bertahan atau pergi. Kondisi yang pelik.
Itu berarti, satu sisi mencari energi untuk bisa tetap memperjuangkan, satu sisi lagi memburu 'kode' yang mengantarkanku untuk mengikhlaskanmu.
Setelah ku telusuri, ternyata sisi ini bisa sangat terpengaruhi bukan dari aku, tetapi dari engkau. Apa yang membuat aku bertahan ditengarai dari bagaimana engkau mencoba untuk tidak melepaskanku.
Akan tetapi sebaliknya, bila engkau ingin menjauh dan memilih hati yang lain, atau masih terjebak dengan masa lalu, maka itu mempermulus sisi diriku yang hanya ingin menyimpan engkau cukup dalam kenanganku saja, walau aku tidak mengharapkan hal itu.
Sampai detik ini pun aku tidak tahu alasan yang membuatmu sulit menerimaku. Engkau tak menjelaskannya secara rinci kepadaku. Mungkin ada sesuatu yang kau rahasiakan atau engkau masih menantikan kedatangan hati yang lain?
Aku pun tak bertanya kembali pada engkau mengenai hal itu. Pada akhirnya, kita yang menarik kesimpulan masing-masing dari akhir perbincangan.
"Tak akan ku halangi walau ku tak ingin kau pergi," kata Duta vokalis Sheila on 7 pada lagu Hujan Turun. Seperti itulah keadaannya, dan aku sadar bahwa hakekat perasaan yang tidak biasa ini adalah melepaskan.
Asalkan engkau bahagia tanpaku, tidak menjadi soal bila itu yang sungguh engkau inginkan. Aku tidak mengejar mati-matian karena aku mencari calon pendamping hidup, bukan yang lain.
Bukankah jodoh sudah diatur-Nya, kita manusia hanya mampu berdoa dan berusaha untuk menemukannya. Apakah jalan jodoh itu harus dipersulit? Padahal sesungguhnya perkara ibadah itu mudah.
Ada dua sisi dalam diriku yang saling bertarung mendominasi. Bila sisi yang satu tak engkau sentuh, maka sisi yang lain yang akan menang.
Ada yang berbeda tidak seperti dulu, dan kebisuan ini yang sebetulnya tidak aku harapkan saat aku tahu di situ ada kamu, yang hanya berjarak beberapa meter. Perasaanku tidak menentu.
Mungkin engkau anggap kita berteman biasa. Namun, sulit bagiku mengelak dari sesuatu yang sudah menancap kuat.
Memang sama sekali tidak ada jalinan apapun di antara kita. Namun kehadiranmu terkadang cukup menggugah rasa penasaranku.
Dan, aku merasa tak berdaya lagi untuk memulai segala sesuatunya. Engkau yang memegang kunci itu. Aku tak sanggup bila mengatakan ini berulang kali melalui pertemuan langsung.
Aku cukup merasa lega mengatakan semua ini walau melalui tulisan blog (entah engkau membacanya atau tidak). Karena melalui blog-lah, sebuah awal bagiku yang membuka pintu perkenalan denganmu.
Mungkinkah engkau datang kepadaku, memecah kebekuan ini, mengatakan sesuatu yang membuat aku tetap bertahan? Atau, mengucapkan kata-kata yang meyakinkanku, mempersilakan dirimu untuk mengenal aku lebih dalam.
Tanyakan saja semuanya kepadaku, segala hal yang membuatmu ragu? Bila memang masih ada waktu, bila memang masih ada kesempatan, bila memang masih ada harapan.
Seperti pesan dalam film Project Almanac yang telah kau saksikan, before the world ends.. (something that, I hopes its refers to me. Yeah, only hope).
Pada akhirnya waktu yang akan berikan jawaban. Sisi diri aku yang manakah yang engkau pilih?
-RA-
*****
(Foto: Komik yang menyimpan memori)
Ada yang berbeda tidak seperti dulu, dan kebisuan ini yang sebetulnya tidak aku harapkan saat aku tahu di situ ada kamu, yang hanya berjarak beberapa meter. Perasaanku tidak menentu.
Mungkin engkau anggap kita berteman biasa. Namun, sulit bagiku mengelak dari sesuatu yang sudah menancap kuat.
Memang sama sekali tidak ada jalinan apapun di antara kita. Namun kehadiranmu terkadang cukup menggugah rasa penasaranku.
Dan, aku merasa tak berdaya lagi untuk memulai segala sesuatunya. Engkau yang memegang kunci itu. Aku tak sanggup bila mengatakan ini berulang kali melalui pertemuan langsung.
Aku cukup merasa lega mengatakan semua ini walau melalui tulisan blog (entah engkau membacanya atau tidak). Karena melalui blog-lah, sebuah awal bagiku yang membuka pintu perkenalan denganmu.
Mungkinkah engkau datang kepadaku, memecah kebekuan ini, mengatakan sesuatu yang membuat aku tetap bertahan? Atau, mengucapkan kata-kata yang meyakinkanku, mempersilakan dirimu untuk mengenal aku lebih dalam.
Tanyakan saja semuanya kepadaku, segala hal yang membuatmu ragu? Bila memang masih ada waktu, bila memang masih ada kesempatan, bila memang masih ada harapan.
Seperti pesan dalam film Project Almanac yang telah kau saksikan, before the world ends.. (something that, I hopes its refers to me. Yeah, only hope).
Pada akhirnya waktu yang akan berikan jawaban. Sisi diri aku yang manakah yang engkau pilih?
-RA-
*****
(Foto: Komik yang menyimpan memori)
Comments
Post a Comment