Cinta, sejenis makanan apa itu? kalau ada bakso namanya bakso cinta, itu mungkin hanya sekedar nama saja. Boleh jadi pemilik warung membuat nama itu yang disegmentasikan khusus untuk para muda-mudi agar mampir dan "mencoba" seperti apa bakso cinta di warung mereka.
Hmm, sepertinya enak bakso tersebut, tapi setop!, kali ini sedang tidak membahas kuliner bakso cinta, tetapi pemahaman mengenai cinta itu sendiri, apa sih cinta?
Cinta dalam konteks kepada lawan jenis pada hakekatnya bukan sebuah praktek uji coba. Perasaan fitrah yang bisa muncul kapan saja dan di mana saja kepada satu orang. Ya, umumnya kepada satu orang, tidak lebih.
Ada yang bilang cinta tak kenal logika. Oleh karenanya, terkadang ia bisa menjadi pembuta bagi akal pikiran. Ada saja perilaku yang tidak biasa karena cinta, dari mulai senang gembira, hingga tiba-tiba sedih dan duka, mungkin luka.
Cinta mungkin susah didefinisikan untuk mereka yang belum menemukan tambatan hati. Definisinya jadi berbeda-beda tergantung apakah cinta itu membahagiakan atau justru sebaliknya. Yang pasti cinta bukan kutukan.
Lho, maksudnya apa cinta bukan kutukan? Sesuatu yang berkaitan dengan 'balasan' karena dulu kita pernah mengecewakan orang lain, maka kita pun kena batunya.
Singkat cerita, seorang teman perempuan melalui percakapan telefon beberapa hari lalu mengatakan 'karma'. Entah karma seperti apa yang dimaksud, tampaknya hubungan asmara yang sedang dijalaninya kini tidak berjalan dengan mulus.
Diceritakan bahwa dulu ada laki-laki yang menaruh hati padanya, bahkan berkeinginan melamarnya. Maksud hati pun sudah disampaikan dan laki-lakinya sudah menyatakan cinta kepadanya.
Teman perempuan ini pada saat itu masih menjalin hubungan dengan yang lain, walau mungkin hubungan tersebut pernah ada keretakan yang terjadi, mungkin laki-lakinya bukan orang baik.
Suatu ketika, kesedihan membuncah pada sang laki-laki yang dahulu berkeinginan melamarnya karena respon yang diterima justru pengabaian dan ketidaktegasan.
Beberapa bulan setelah itu, dalam kegalauan (sepertinya), perempuan ini mencoba menghubungi laki-laki yang dulu ada hati kepadanya. Apakah bisa ditebak apa yang diharapkan perempuan tersebut kepada laki-laki yang dulu mendambakannya? Apakah hubungan perempuan itu dengan kekasihnya kini sedang baik-baik saja atau malah sebaliknya?
Saat kita menyukai seseorang, tetapi orang itu tidak suka dengan kita atau menunjukkan tanda ketidaksukaan, masalah sesungguhnya bukan 100 persen ada pada diri kita. Dalam posisi tersebut, kita memang harus pandai membaca 'kode' dan upayakan agar tidak tercebur terlalu dalam.
Bila kita dalam posisi yang disukai, maka ujian sesungguhnya yang sedang kita alami. Bagaimana membuat kondisi pertemanan tetap kondusif, artinya tetap menjaga hubungan baik, tetapi batasan cukup pada pertemanan saja.
Ada suatu keadaan di mana orang lain mungkin menyukai kita, tetapi kita menaruh hati kepada orang lain, bukan dirinya. Dalam 'Love & Relationship' bisa ditemukan hal demikian dan itu wajar.
Apakah dengan kita menaruh hati kepada seseorang dan kemudian perasaan itu disambut pula oleh lawan jenis, maka permasalahan akan selesai dalam hubungan yang namanya jadian atau pacaran?
Tanpa tujuan pernikahan mungkin hanya akan menjadi pengisi waktu luang, mood booster yang bisa naik maupun turun. Dan, bukan tidak mungkin suatu ketika kita pun menerima kekecewaan oleh seseorang yang awalnya sangat kita harapkan itu.
Kalau kita mau introspeksi, mungkin dahulu kita pernah melukai orang yang menyukai kita. Akan tetapi, sekarang kita yang mengalami rasa sakit hati seperti yang dirasakannya dahulu. Namun hei! itu bukan kutukan atau karma.
Waktu yang kemudian menghapus dan menetralisir rasa patah hati itu. Lalu, saat siap menjalin hubungan yang baru, tantangan dimulai. Tetap ada kemungkinan kita tidak bisa menjangkau hati orang baru yang kita sukai saat ini.
Mungkin dulu atau saat ini ada yang menyukai atau tampak menyukai kita, namun selalu kita abaikan. Selalu kita mencari alasan untuk mengatakan tidak, menolak atau mendustakan bahwa sesungguhnya ada orang yang mungkin lebih baik yang sedang berharap dengan diri kita.
Mungkin saja kita tidak cukup anggun dalam berbahasa dan berperilaku serta kurang mampu bersikap dewasa saat mendekati orang yang kita harapkan. Mungkin kita terlalu tergesa-gesa, pedekate yang tidak cakep bahasanya, enggak cool, kurang memberikan daya tarik yang kuat. Atau, memang kesalahan sebetulnya bukan berasal dari diri kita?
Perlu ditegaskan sekali lagi dalam konteks jodoh, cinta bukanlah kutukan atau karma. Saat terjadi kasus seperti di atas, itu bukanlah kutukan atau karma, tetapi barangkali ada kesalahan dan kekhilafan pada diri kita.
Kalau kata seorang teman perempuan yang kini sudah berkeluarga, mungkin kita punya dosa-dosa yang menumpuk, sehingga Allah cegat jalan jodoh atau rezeki (lahirnya anak atau keturunan bagi pasutri) yang seharusnya datang pada kita.
Allah baru akan membukakan pintu jodoh itu bila kita sudah benar-benar bertaubat, benar-benar menjadi pribadi shaleh dan shalehah, dewasa, nawaitu yang lurus, serta siap mengemban tugas sebagai seorang suami atau istri.
Yang terpenting ialah menjaga hubungan baik dengan siapapun, dengan teman, rekan kerja, tetangga, saudara atau keluarga. Jagalah silaturahmi.
Bagaimanapun cinta dan jodoh adalah misteri. Disikapi saja dengan tenang, tidak melakukan hal-hal bodoh yang bisa merendahkan diri atau melakukan tindakan yang mengganggu atau merugikan orang lain.
Urusan cinta sejati selalu sederhana.
*****
(Foto: Fanpop)
Hmm, sepertinya enak bakso tersebut, tapi setop!, kali ini sedang tidak membahas kuliner bakso cinta, tetapi pemahaman mengenai cinta itu sendiri, apa sih cinta?
Cinta dalam konteks kepada lawan jenis pada hakekatnya bukan sebuah praktek uji coba. Perasaan fitrah yang bisa muncul kapan saja dan di mana saja kepada satu orang. Ya, umumnya kepada satu orang, tidak lebih.
Ada yang bilang cinta tak kenal logika. Oleh karenanya, terkadang ia bisa menjadi pembuta bagi akal pikiran. Ada saja perilaku yang tidak biasa karena cinta, dari mulai senang gembira, hingga tiba-tiba sedih dan duka, mungkin luka.
Cinta mungkin susah didefinisikan untuk mereka yang belum menemukan tambatan hati. Definisinya jadi berbeda-beda tergantung apakah cinta itu membahagiakan atau justru sebaliknya. Yang pasti cinta bukan kutukan.
Lho, maksudnya apa cinta bukan kutukan? Sesuatu yang berkaitan dengan 'balasan' karena dulu kita pernah mengecewakan orang lain, maka kita pun kena batunya.
Singkat cerita, seorang teman perempuan melalui percakapan telefon beberapa hari lalu mengatakan 'karma'. Entah karma seperti apa yang dimaksud, tampaknya hubungan asmara yang sedang dijalaninya kini tidak berjalan dengan mulus.
Diceritakan bahwa dulu ada laki-laki yang menaruh hati padanya, bahkan berkeinginan melamarnya. Maksud hati pun sudah disampaikan dan laki-lakinya sudah menyatakan cinta kepadanya.
Teman perempuan ini pada saat itu masih menjalin hubungan dengan yang lain, walau mungkin hubungan tersebut pernah ada keretakan yang terjadi, mungkin laki-lakinya bukan orang baik.
Suatu ketika, kesedihan membuncah pada sang laki-laki yang dahulu berkeinginan melamarnya karena respon yang diterima justru pengabaian dan ketidaktegasan.
Beberapa bulan setelah itu, dalam kegalauan (sepertinya), perempuan ini mencoba menghubungi laki-laki yang dulu ada hati kepadanya. Apakah bisa ditebak apa yang diharapkan perempuan tersebut kepada laki-laki yang dulu mendambakannya? Apakah hubungan perempuan itu dengan kekasihnya kini sedang baik-baik saja atau malah sebaliknya?
Saat kita menyukai seseorang, tetapi orang itu tidak suka dengan kita atau menunjukkan tanda ketidaksukaan, masalah sesungguhnya bukan 100 persen ada pada diri kita. Dalam posisi tersebut, kita memang harus pandai membaca 'kode' dan upayakan agar tidak tercebur terlalu dalam.
Bila kita dalam posisi yang disukai, maka ujian sesungguhnya yang sedang kita alami. Bagaimana membuat kondisi pertemanan tetap kondusif, artinya tetap menjaga hubungan baik, tetapi batasan cukup pada pertemanan saja.
Ada suatu keadaan di mana orang lain mungkin menyukai kita, tetapi kita menaruh hati kepada orang lain, bukan dirinya. Dalam 'Love & Relationship' bisa ditemukan hal demikian dan itu wajar.
Apakah dengan kita menaruh hati kepada seseorang dan kemudian perasaan itu disambut pula oleh lawan jenis, maka permasalahan akan selesai dalam hubungan yang namanya jadian atau pacaran?
Tanpa tujuan pernikahan mungkin hanya akan menjadi pengisi waktu luang, mood booster yang bisa naik maupun turun. Dan, bukan tidak mungkin suatu ketika kita pun menerima kekecewaan oleh seseorang yang awalnya sangat kita harapkan itu.
Kalau kita mau introspeksi, mungkin dahulu kita pernah melukai orang yang menyukai kita. Akan tetapi, sekarang kita yang mengalami rasa sakit hati seperti yang dirasakannya dahulu. Namun hei! itu bukan kutukan atau karma.
Waktu yang kemudian menghapus dan menetralisir rasa patah hati itu. Lalu, saat siap menjalin hubungan yang baru, tantangan dimulai. Tetap ada kemungkinan kita tidak bisa menjangkau hati orang baru yang kita sukai saat ini.
Mungkin dulu atau saat ini ada yang menyukai atau tampak menyukai kita, namun selalu kita abaikan. Selalu kita mencari alasan untuk mengatakan tidak, menolak atau mendustakan bahwa sesungguhnya ada orang yang mungkin lebih baik yang sedang berharap dengan diri kita.
Mungkin saja kita tidak cukup anggun dalam berbahasa dan berperilaku serta kurang mampu bersikap dewasa saat mendekati orang yang kita harapkan. Mungkin kita terlalu tergesa-gesa, pedekate yang tidak cakep bahasanya, enggak cool, kurang memberikan daya tarik yang kuat. Atau, memang kesalahan sebetulnya bukan berasal dari diri kita?
Perlu ditegaskan sekali lagi dalam konteks jodoh, cinta bukanlah kutukan atau karma. Saat terjadi kasus seperti di atas, itu bukanlah kutukan atau karma, tetapi barangkali ada kesalahan dan kekhilafan pada diri kita.
Kalau kata seorang teman perempuan yang kini sudah berkeluarga, mungkin kita punya dosa-dosa yang menumpuk, sehingga Allah cegat jalan jodoh atau rezeki (lahirnya anak atau keturunan bagi pasutri) yang seharusnya datang pada kita.
Allah baru akan membukakan pintu jodoh itu bila kita sudah benar-benar bertaubat, benar-benar menjadi pribadi shaleh dan shalehah, dewasa, nawaitu yang lurus, serta siap mengemban tugas sebagai seorang suami atau istri.
Yang terpenting ialah menjaga hubungan baik dengan siapapun, dengan teman, rekan kerja, tetangga, saudara atau keluarga. Jagalah silaturahmi.
Bagaimanapun cinta dan jodoh adalah misteri. Disikapi saja dengan tenang, tidak melakukan hal-hal bodoh yang bisa merendahkan diri atau melakukan tindakan yang mengganggu atau merugikan orang lain.
Urusan cinta sejati selalu sederhana.
*****
(Foto: Fanpop)
infonya menarik...
ReplyDeletedan sangat berguna..
mantap..
terima ksh.. mantap
Delete