Masih single, ada hal yang menyenangkan dan yang tidak.
Ah betapa bebasnya, bisa berkenalan dengan siapapun, tanpa merasa terkekang. Ini salah satu kenikmatan, 'kebebasan' yang dirasakan saat masih sendiri. Mungkin tidak demikian untuk mereka yang memiliki pacar/kekasih.
Kalau single lebih nyaman, mengapa perlu pacar-pacaran? Hanya buang-buang waktu, buang energi dan uang. Yang pacaran, belum tentu pacarnya itu bakal jadi istri/suaminya, iya kan?
Beruntungnya mereka yang masih berstatus single, ambil positifnya. Single sementara saja, lalu berikutnya bersegera menikah.
Single jadi membuat hidup lebih leluasa, dan bisa bebas melakukan apapun, tanpa hambatan. Mungkin Allah tak mengizinkan untuk membiarkan hamba-Nya jatuh dalam kubangan zina.
Boleh jadi setiap kali memulai hubungan pacaran, pasti gagal, paling banter hanya beberapa bulan. Dan itu juga mungkin dianggap pacaran yang 'garing', seperti tidak pacaran.
Karena ada sebagian yang mungkin merasa takut, bila terlalu jauh pacaran malah benar-benar terlarut. Mending enggak pacaran sama sekali kalau belum siap menikah, bila lebih banyak mudharat-nya daripada manfaat, "Nothing to be worried, because Allah is always listening our pray".
Saat status single, sudah bekerja Alhamdulillah, biasanya akan muncul sinyal-sinyal dari berbagai arah. Baik yang berasal dari dalam diri sendiri, maupun rangsangan dari luar.
Sinyal yang dimaksud adalah pilihan demi pilihan barangkali yang mendekatkan diri kita pada jodoh, menikah. Sinyal dari dalam diri biasanya terjadi, karena misalnya dorongan usia, dorongan kebutuhan yang bersifat biologis, maupun dorongan yang berlandaskan iman & taqwa untuk ibadah kepada Allah.
Saat masih single, secara bebas & leluasa kita bisa bergaul dengan siapapun. Mendekati siapapun, walau hanya dalam batasan teman.
Ibarat memancing di empang, memang diperlukan kesabaran dan usaha. Tidak mungkin tidak, laki-laki harus 'bergerak', boleh tebar umpan di mana-mana, asal tahu diri, tahu batasan.
Umpan itu jangan ditebar berlebihan, permukaan-permukaannya saja. Proses penyeleksian bisa dilancarkan pasca penebaran umpan tersebut. Yang paling berpotensi, yang paling memungkinkan dan sesuai kriteria, itu barangkali bisa masuk klasifikasi khusus.
Biasanya, atau mungkinnya, jodoh itu adalah proses dengan disertai kemudahan. Selalu ada jalan, selalu menemukan alur indah-Nya, selalu bersifat misteri skenario-Nya.
Maka, yang perlu dijaga ialah hubungan baik dengan siapapun, pertemanan, silaturahim dengan teman maupun saudara. Sebab, sinyal dari luar terkadang bisa lebih kencang, bisa tiba-tiba ditawarkan oleh kawan, dibantu diperkenalkan oleh atasan, dibantu kenalan oleh teman atau orangtua dan sebagainya.
Bila memang sudah mendekati masanya, pastikan diri kita siap menghadapi kemungkinan-kemungkinan itu, baik sinyal yang datang dari luar maupun dari dalam. Pantaskan diri.
*****
Ah betapa bebasnya, bisa berkenalan dengan siapapun, tanpa merasa terkekang. Ini salah satu kenikmatan, 'kebebasan' yang dirasakan saat masih sendiri. Mungkin tidak demikian untuk mereka yang memiliki pacar/kekasih.
Kalau single lebih nyaman, mengapa perlu pacar-pacaran? Hanya buang-buang waktu, buang energi dan uang. Yang pacaran, belum tentu pacarnya itu bakal jadi istri/suaminya, iya kan?
Beruntungnya mereka yang masih berstatus single, ambil positifnya. Single sementara saja, lalu berikutnya bersegera menikah.
Single jadi membuat hidup lebih leluasa, dan bisa bebas melakukan apapun, tanpa hambatan. Mungkin Allah tak mengizinkan untuk membiarkan hamba-Nya jatuh dalam kubangan zina.
Boleh jadi setiap kali memulai hubungan pacaran, pasti gagal, paling banter hanya beberapa bulan. Dan itu juga mungkin dianggap pacaran yang 'garing', seperti tidak pacaran.
Karena ada sebagian yang mungkin merasa takut, bila terlalu jauh pacaran malah benar-benar terlarut. Mending enggak pacaran sama sekali kalau belum siap menikah, bila lebih banyak mudharat-nya daripada manfaat, "Nothing to be worried, because Allah is always listening our pray".
Saat status single, sudah bekerja Alhamdulillah, biasanya akan muncul sinyal-sinyal dari berbagai arah. Baik yang berasal dari dalam diri sendiri, maupun rangsangan dari luar.
Sinyal yang dimaksud adalah pilihan demi pilihan barangkali yang mendekatkan diri kita pada jodoh, menikah. Sinyal dari dalam diri biasanya terjadi, karena misalnya dorongan usia, dorongan kebutuhan yang bersifat biologis, maupun dorongan yang berlandaskan iman & taqwa untuk ibadah kepada Allah.
Saat masih single, secara bebas & leluasa kita bisa bergaul dengan siapapun. Mendekati siapapun, walau hanya dalam batasan teman.
Ibarat memancing di empang, memang diperlukan kesabaran dan usaha. Tidak mungkin tidak, laki-laki harus 'bergerak', boleh tebar umpan di mana-mana, asal tahu diri, tahu batasan.
Umpan itu jangan ditebar berlebihan, permukaan-permukaannya saja. Proses penyeleksian bisa dilancarkan pasca penebaran umpan tersebut. Yang paling berpotensi, yang paling memungkinkan dan sesuai kriteria, itu barangkali bisa masuk klasifikasi khusus.
Biasanya, atau mungkinnya, jodoh itu adalah proses dengan disertai kemudahan. Selalu ada jalan, selalu menemukan alur indah-Nya, selalu bersifat misteri skenario-Nya.
Maka, yang perlu dijaga ialah hubungan baik dengan siapapun, pertemanan, silaturahim dengan teman maupun saudara. Sebab, sinyal dari luar terkadang bisa lebih kencang, bisa tiba-tiba ditawarkan oleh kawan, dibantu diperkenalkan oleh atasan, dibantu kenalan oleh teman atau orangtua dan sebagainya.
Bila memang sudah mendekati masanya, pastikan diri kita siap menghadapi kemungkinan-kemungkinan itu, baik sinyal yang datang dari luar maupun dari dalam. Pantaskan diri.
*****
Comments
Post a Comment