Buat yang sedang jatuh cinta, kenali mengapa Anda bisa jatuh cinta. Catat! ingat, mengapa Anda bisa sampai pada titik di mana perasaan itu datang.
Bila dengan kebaikannya perlahan menyadarkan Anda bahwa sesungguhnya Anda tidak mungkin selamanya hidup sendiri, maka boleh jadi itu pertanda bahwa Anda harus berupaya.
Bila ketampanan atau kecantikan saja yang dirasakan dan dianggap mampu memunculkan cinta, tanpa adanya kebaikan hati apalagi akhlak yang baik, maka siap-siap suatu hari Anda dikecewakan karenanya.
Namun, bila perasaan si virus merah jambu itu hadir karena kebaikannya, cobalah memahami, merenung bahwa mungkin saja Allah menurunkan perasaan yang sangat damai itu agar Anda bisa berbahagia bersamanya dalam ikatan suci, pernikahan.
Apakah cinta itu ujian? Ya, bahkan memastikan bahwa dia adalah jodoh juga perlu kesabaran, ketidaktergesaan dan menjaga hubungan baik, tali silaturahim sesama manusia perlu dijaga dan memohon petunjuk-Nya.
Bangun optimisme dalam diri. Sebab, optimisme ialah harapan baik yang mendorong bahwa apapun yang terjadi, keputusannya ialah kehendak Allah. Apa tugas manusia? tugas manusia berusaha semaksimal mungkin dan berdoa.
Setan seringkali mengganggu segala itikad baik manusia, mulai dari membuatnya ragu serta pesimis. Maka, tetaplah berada dalam jalan yang lurus, nawaitu yang mantap dan berserah diri kepada Allah.
Bila Anda jatuh cinta, selama janur kuning belum melengkung atau bendera kuning belum berkibar, cobalah berikhtiar sekuat tenaga. Setinggi apapun harapan, bila tidak diupayakan nyata maka hanya menjadi angan kosong belaka.
Maka, bagi laki-laki yang sungguh-sungguh mencinta. Jangan berpacaran atau memacari atau memberikan harapan palsu pada perempuan yang Anda harapkan menjadi ibu bagi anak-anak Anda. Islam datang memberikan petunjuk, bagaimana cara pergaulan terhadap lawan jenis dan bagaimana cara-cara syar'i dalam meminang.
Bila Anda orang baik, Allah turunkan 'skenario kehidupan' hingga Anda pada akhirnya mencinta dengan orang yang baik pula. Jagalah perasaan tersebut hingga Anda benar-benar mampu untuk menikah, tetapi bersegera jauh lebih baik.
Untuk itu, jangan pernah berhenti berharap selagi masih ada peluang atau kesempatan. Tidak perduli apakah dirinya masih memiliki pacar, kekasih atau belum. Ketahuilah, tidak selalu mereka yang berpacaran akan berakhir indah di pelaminan, bahkan yang sudah 'berikrar' dalam hubungan jadian atau pacaran selama bertahun-tahun kemungkinan gagal menikah selalu ada.
Justru, laki-laki yang memiliki nyali, yang berani mengatakan kalimat meminang kepada orangtua, yakni ayahanda dari si perempuan ialah laki-laki tangguh yang pernah ada di muka Bumi. Sebab, kecenderungan sebagian besar laki-laki, bukan maksud menggeneralisir, tetapi terkadang seringkali ditemukan yang lebih memilih menunda dibanding menyegerakan.
Maka, selagi masih ada peluang, 'sasar hingga mentok', hingga terungkap tabir jawaban bahwa perjuangan Anda sudah finish, sampai ujung dan menemukan titik terang. Hanya ada dua pilihan, diterima atau ditolak.
Bila cinta adalah perjuangan, maka jangan ragu ambil posisi di garda terdepan dibanding pesaing yang lain, mantapkan diri kemudian nikahi, itu baru laki-laki sejati. Karena perlu dicermati bahwa tidak mudah seseorang jatuh hati dan ada maksud mengapa Allah menganugerahkan perasaan tersebut dalam diri seseorang.
Tentu bagi laki-laki muslim, kebahagiaan bukan datang dari berhasilnya memacari anak gadis orang yang dicinta, melainkan pernikahan yang barokah. Tentunya, dengan menikahi seseorang yang didamba dan dicinta, akan lebih mampu untuk membahagiakan, mendamaikan, menentramkan dan membentuk keluarga yang sakinah, mawadah serta warohmah bersamanya.
Bila sudah sampai batasan meminang, tetapi ada ungkapan penolakan, mungkin Allah punya rencana lain. Akan tetapi, tidak ada yang perlu disesali saat sudah berupaya sekuat tenaga, karena tabir misteri sudah terungkap saat jawaban dari pihak keluarganya sudah sampai ditelinga laki-laki yang meminang.
Namun, bila lamaran itu diterima, maka beryukurlah, tetapi jangan senang dulu, karena kehidupan rumah tangga tidak hilang dari ujian atau cobaan. Maka dari itu, kebersamaan dua insan manusia yang saling mencinta dalam ikatan pernikahan, harus mampu menguatkan dan menopang satu sama lain.
Semoga tidak ada kata penundaan lagi, bersegera, bersegera dan bersegera.
*****
Bila dengan kebaikannya perlahan menyadarkan Anda bahwa sesungguhnya Anda tidak mungkin selamanya hidup sendiri, maka boleh jadi itu pertanda bahwa Anda harus berupaya.
Bila ketampanan atau kecantikan saja yang dirasakan dan dianggap mampu memunculkan cinta, tanpa adanya kebaikan hati apalagi akhlak yang baik, maka siap-siap suatu hari Anda dikecewakan karenanya.
Namun, bila perasaan si virus merah jambu itu hadir karena kebaikannya, cobalah memahami, merenung bahwa mungkin saja Allah menurunkan perasaan yang sangat damai itu agar Anda bisa berbahagia bersamanya dalam ikatan suci, pernikahan.
Apakah cinta itu ujian? Ya, bahkan memastikan bahwa dia adalah jodoh juga perlu kesabaran, ketidaktergesaan dan menjaga hubungan baik, tali silaturahim sesama manusia perlu dijaga dan memohon petunjuk-Nya.
Bangun optimisme dalam diri. Sebab, optimisme ialah harapan baik yang mendorong bahwa apapun yang terjadi, keputusannya ialah kehendak Allah. Apa tugas manusia? tugas manusia berusaha semaksimal mungkin dan berdoa.
Setan seringkali mengganggu segala itikad baik manusia, mulai dari membuatnya ragu serta pesimis. Maka, tetaplah berada dalam jalan yang lurus, nawaitu yang mantap dan berserah diri kepada Allah.
Bila Anda jatuh cinta, selama janur kuning belum melengkung atau bendera kuning belum berkibar, cobalah berikhtiar sekuat tenaga. Setinggi apapun harapan, bila tidak diupayakan nyata maka hanya menjadi angan kosong belaka.
Maka, bagi laki-laki yang sungguh-sungguh mencinta. Jangan berpacaran atau memacari atau memberikan harapan palsu pada perempuan yang Anda harapkan menjadi ibu bagi anak-anak Anda. Islam datang memberikan petunjuk, bagaimana cara pergaulan terhadap lawan jenis dan bagaimana cara-cara syar'i dalam meminang.
Bila Anda orang baik, Allah turunkan 'skenario kehidupan' hingga Anda pada akhirnya mencinta dengan orang yang baik pula. Jagalah perasaan tersebut hingga Anda benar-benar mampu untuk menikah, tetapi bersegera jauh lebih baik.
Untuk itu, jangan pernah berhenti berharap selagi masih ada peluang atau kesempatan. Tidak perduli apakah dirinya masih memiliki pacar, kekasih atau belum. Ketahuilah, tidak selalu mereka yang berpacaran akan berakhir indah di pelaminan, bahkan yang sudah 'berikrar' dalam hubungan jadian atau pacaran selama bertahun-tahun kemungkinan gagal menikah selalu ada.
Justru, laki-laki yang memiliki nyali, yang berani mengatakan kalimat meminang kepada orangtua, yakni ayahanda dari si perempuan ialah laki-laki tangguh yang pernah ada di muka Bumi. Sebab, kecenderungan sebagian besar laki-laki, bukan maksud menggeneralisir, tetapi terkadang seringkali ditemukan yang lebih memilih menunda dibanding menyegerakan.
Maka, selagi masih ada peluang, 'sasar hingga mentok', hingga terungkap tabir jawaban bahwa perjuangan Anda sudah finish, sampai ujung dan menemukan titik terang. Hanya ada dua pilihan, diterima atau ditolak.
Bila cinta adalah perjuangan, maka jangan ragu ambil posisi di garda terdepan dibanding pesaing yang lain, mantapkan diri kemudian nikahi, itu baru laki-laki sejati. Karena perlu dicermati bahwa tidak mudah seseorang jatuh hati dan ada maksud mengapa Allah menganugerahkan perasaan tersebut dalam diri seseorang.
Tentu bagi laki-laki muslim, kebahagiaan bukan datang dari berhasilnya memacari anak gadis orang yang dicinta, melainkan pernikahan yang barokah. Tentunya, dengan menikahi seseorang yang didamba dan dicinta, akan lebih mampu untuk membahagiakan, mendamaikan, menentramkan dan membentuk keluarga yang sakinah, mawadah serta warohmah bersamanya.
Bila sudah sampai batasan meminang, tetapi ada ungkapan penolakan, mungkin Allah punya rencana lain. Akan tetapi, tidak ada yang perlu disesali saat sudah berupaya sekuat tenaga, karena tabir misteri sudah terungkap saat jawaban dari pihak keluarganya sudah sampai ditelinga laki-laki yang meminang.
Namun, bila lamaran itu diterima, maka beryukurlah, tetapi jangan senang dulu, karena kehidupan rumah tangga tidak hilang dari ujian atau cobaan. Maka dari itu, kebersamaan dua insan manusia yang saling mencinta dalam ikatan pernikahan, harus mampu menguatkan dan menopang satu sama lain.
Semoga tidak ada kata penundaan lagi, bersegera, bersegera dan bersegera.
*****
Comments
Post a Comment