Apa kabar kalian, wahai teman sejawat yang sudah bekerja di tempat baru dan mendapatkan gaji dengan nominal baru. Semoga di sana jauh lebih baik dan tetap berkarya.
Fenomena resign atau mengundurkan diri memang bukan hal yang luar biasa, itu sudah lazim terjadi, umum dan biasa. Hanya saja, sebagai salah satu pekerja, penulis juga punya persepsi tersendiri tentang mengapa perlu resign dan pindah di tempat kerja yang lain?
Memang tidak bisa digeneralisir, dari sisi tingkat kebetahan, tingkat kecukupan gaji (gaji naik atau tetap kebutuhan pasti meningkat) dan tingkat kenyamanan dalam bekerja di suatu tempat untuk periode jangka panjang.
Pegawai swasta memang harus memutar otak untuk tetap dapat survive di tengah kebutuhan yang terus meningkat. Mungkin dari mereka yang masih single, kemudian menikah, punya anak, dan seterusnya, dituntut untuk memiliki gaji lebih besar.
Bila alasan yang masuk akal itu cukup bisa dimengerti, lalu ada alasan lainnya mengapa seseorang memutuskan untuk resign dan pindah tempat kerja. Mungkin tidak semua tempat pekerjaan akan 100 persen enak dan nyaman dengan bos yang bisa sangat memahami kondisi karyawan.
Alasan ketidaksenangan terhadap bos atau mitra kerja atau tidak senang dengan kebijakan kantor/perusahaan tampak seperti bumerang yang justru merugikan. Padahal, kalau mau sedikit berpikir lebih realistis tanpa perlu membawa urusan 'pribadi', pekerjaan saat ini masih bisa disyukuri dan dijalani dengan kesabaran.
Kita tidak bisa lari dari masalah atau lari dari tanggungjawab, beban kerja yang menumpuk memang sudah menjadi konsekuensi. Maka, seorang yang berjiwa ksatria akan menghadapi tantangan itu dan berusaha menyelesaikannya dengan baik.
Dan, yang penulis lihat di tempat kerja, mereka yang tetap enjoy bekerja di kantor ialah mereka yang tidak mempersoalkan atau ikut-ikutan kawan lainnya yang pindah tempat kerja. Atau, sebenarnya mereka juga memiliki keinginan yang sama, tetapi masih terhalang oleh ketiadaan peluang atau justru memutuskan untuk tetap berada di zona nyaman.
Sebab, blunder pada akhirnya bila memutuskan resign, tergoda gaji lebih besar di tempat lain, tetapi bila dihitung-hitung tempat kerja yang baru itu lebih jauh, lebih ngongkos, lebih melelahkan dan sebagainya.
Lebih baik memikirkan dengan matang. Kalau dengan mudahnya resign dan pindah, "loncat sana loncat sini", selain butuh adaptasi lagi, jabatan kerja yang mungkin dari awal lagi, juga track record yang barangkali kurang baik karena terlalu seringnya resign dari kantor yang satu kemudian pindah ke kantor lainnya.
Bagi yang mendewakan gaji yang besar, maka tidak akan ada habisnya untuk mencari dan mencari lagi tempat kerjaan lain yang memberikan gaji lebih besar. Kuncinya ialah sabar dan bersyukur, karena diri kita yang paling tahu apa yang terbaik yang kita butuhkan, bukan ego yang dikedepankan.
Memang butuh perjuangan untuk mereka yang masih bekerja di perusahaan swasta. Tidak salah mereka yang pindah dari satu tempat kerja ke tempat lain, itu adalah hak. Lebih berbahagia lagi bila resign itu karena telah diterima menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Tapi lagi-lagi, tidak semua orang juga berminat menjadi PNS. Sekali lagi, perhitungkanlah masa depan, masa depan dan masa depan.
*****
Fenomena resign atau mengundurkan diri memang bukan hal yang luar biasa, itu sudah lazim terjadi, umum dan biasa. Hanya saja, sebagai salah satu pekerja, penulis juga punya persepsi tersendiri tentang mengapa perlu resign dan pindah di tempat kerja yang lain?
Memang tidak bisa digeneralisir, dari sisi tingkat kebetahan, tingkat kecukupan gaji (gaji naik atau tetap kebutuhan pasti meningkat) dan tingkat kenyamanan dalam bekerja di suatu tempat untuk periode jangka panjang.
Pegawai swasta memang harus memutar otak untuk tetap dapat survive di tengah kebutuhan yang terus meningkat. Mungkin dari mereka yang masih single, kemudian menikah, punya anak, dan seterusnya, dituntut untuk memiliki gaji lebih besar.
Bila alasan yang masuk akal itu cukup bisa dimengerti, lalu ada alasan lainnya mengapa seseorang memutuskan untuk resign dan pindah tempat kerja. Mungkin tidak semua tempat pekerjaan akan 100 persen enak dan nyaman dengan bos yang bisa sangat memahami kondisi karyawan.
Alasan ketidaksenangan terhadap bos atau mitra kerja atau tidak senang dengan kebijakan kantor/perusahaan tampak seperti bumerang yang justru merugikan. Padahal, kalau mau sedikit berpikir lebih realistis tanpa perlu membawa urusan 'pribadi', pekerjaan saat ini masih bisa disyukuri dan dijalani dengan kesabaran.
Kita tidak bisa lari dari masalah atau lari dari tanggungjawab, beban kerja yang menumpuk memang sudah menjadi konsekuensi. Maka, seorang yang berjiwa ksatria akan menghadapi tantangan itu dan berusaha menyelesaikannya dengan baik.
Dan, yang penulis lihat di tempat kerja, mereka yang tetap enjoy bekerja di kantor ialah mereka yang tidak mempersoalkan atau ikut-ikutan kawan lainnya yang pindah tempat kerja. Atau, sebenarnya mereka juga memiliki keinginan yang sama, tetapi masih terhalang oleh ketiadaan peluang atau justru memutuskan untuk tetap berada di zona nyaman.
Sebab, blunder pada akhirnya bila memutuskan resign, tergoda gaji lebih besar di tempat lain, tetapi bila dihitung-hitung tempat kerja yang baru itu lebih jauh, lebih ngongkos, lebih melelahkan dan sebagainya.
Lebih baik memikirkan dengan matang. Kalau dengan mudahnya resign dan pindah, "loncat sana loncat sini", selain butuh adaptasi lagi, jabatan kerja yang mungkin dari awal lagi, juga track record yang barangkali kurang baik karena terlalu seringnya resign dari kantor yang satu kemudian pindah ke kantor lainnya.
Bagi yang mendewakan gaji yang besar, maka tidak akan ada habisnya untuk mencari dan mencari lagi tempat kerjaan lain yang memberikan gaji lebih besar. Kuncinya ialah sabar dan bersyukur, karena diri kita yang paling tahu apa yang terbaik yang kita butuhkan, bukan ego yang dikedepankan.
Memang butuh perjuangan untuk mereka yang masih bekerja di perusahaan swasta. Tidak salah mereka yang pindah dari satu tempat kerja ke tempat lain, itu adalah hak. Lebih berbahagia lagi bila resign itu karena telah diterima menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Tapi lagi-lagi, tidak semua orang juga berminat menjadi PNS. Sekali lagi, perhitungkanlah masa depan, masa depan dan masa depan.
*****
Comments
Post a Comment