Tidak ada pekerjaan yang 100 persen enak. Selalu ada lelah dalam mencari yang namanya penghasilan. Tidak perlu kaget setiap hari di kereta api, pagi sebelum matahari terbit pun penumpang kantoran atau non-kantoran sudah menanti kereta tiba.
Ada pekerjaan yang membutuhkan waktu penuh 'full time', ada pula pekerjaan paruh waktu dan free lance. Lamanya waktu yang merepresentasikan durasi kerja boleh jadi menunjukkan seberapa besar jumlah penghasilan yang didapatkan.
Ada tujuan dibalik lelahnya bergelut pada pekerjaan itu. Untuk mereka yang bekerja resmi dalam sebuah perusahaan, pasti ada upah/gaji, tunjangan dan fasilitas yang bisa ia dapatkan.
Pekerjaan tidak selamanya enak terus. Ada tingkatan lelah: bisa sangat melelahkan, melelahkan atau cukup melelahkan. Kenikmatan dalam bekerja juga bisa dibagi dua. Yang diperoleh secara konkret maupun abstrak.
Secara sadar atau tidak sadar, ada kenikmatan itu, dengan bekerja, tubuh beraktivitas, otot berkontraksi, ada energi yang dikeluarkan, ada waktu yang diisi dengan kegiatan. Dari situ seharusnya muncul rasa bersyukur, karena Anda bukan seorang pengangguran.
Coba kesampingkan dulu urusan gaji, dengan bekerja, ada kenikmatan bahwa Anda sedang berkarya, menciptakan sebuah hasil, yang bisa diapresiasi oleh orang-orang di sekitar Anda, termasuk si Bos, apabila hasil pekerjaan itu dianggap baik.
Dengan bekerja, ada energi yang Anda salurkan, aktivitas positif, membangun kualitas diri dan sebagainya. Itulah mengapa bekerja memberikan nikmat tersendiri, tidak melulu gaji, tetapi waktu yang dihabiskan bisa untuk hal bermanfaat, walau kenikmatan itu bersifat abstrak.
Sedangkan kenikmatan konkret, sudah jelas, yakni gaji yang diterima dalam bentuk nyata, yaitu uang.
Pasti selalu ada dinamika dalam pekerjaan, selalu ada tantangan dan hal tidak mengenakan, mungkin itu adalah bagian dari ujian-Nya. Semakin sabar & bersyukur, pasti akan ada kebaikan & berkah.
Penulis jadi berpikir, bagi pekerja yang single, maka terhapusnya lelah dan keluh itu tampaknya terbatas hanya seputar kenikmatan abstrak dan konkret itu tadi. Sedangkan yang sudah menikah, tentunya ada bagian rezeki untuk istri dan anak-anak.
Rezeki yang diberikan kepada orang-orang tercinta itu, yang menunjang kebahagiaan mereka atau keluarga, maka muncul satu kenikmatan abstrak lainnya yang bersifat menenangkan, memberikan kekuatan dan semangat dalam bekerja. Bila diperhatikan, itulah salah satu bagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya.
Keluarga adalah harta yang paling berharga, kata sebuah lagu dalam film Keluarga Cemara. Mungkin demikian, dan sebaik-baiknya harta atau perhiasan dunia ialah wanita yang shalehah.
*****
(Foto: Kikiandtea)
Ada pekerjaan yang membutuhkan waktu penuh 'full time', ada pula pekerjaan paruh waktu dan free lance. Lamanya waktu yang merepresentasikan durasi kerja boleh jadi menunjukkan seberapa besar jumlah penghasilan yang didapatkan.
Ada tujuan dibalik lelahnya bergelut pada pekerjaan itu. Untuk mereka yang bekerja resmi dalam sebuah perusahaan, pasti ada upah/gaji, tunjangan dan fasilitas yang bisa ia dapatkan.
Pekerjaan tidak selamanya enak terus. Ada tingkatan lelah: bisa sangat melelahkan, melelahkan atau cukup melelahkan. Kenikmatan dalam bekerja juga bisa dibagi dua. Yang diperoleh secara konkret maupun abstrak.
Secara sadar atau tidak sadar, ada kenikmatan itu, dengan bekerja, tubuh beraktivitas, otot berkontraksi, ada energi yang dikeluarkan, ada waktu yang diisi dengan kegiatan. Dari situ seharusnya muncul rasa bersyukur, karena Anda bukan seorang pengangguran.
Coba kesampingkan dulu urusan gaji, dengan bekerja, ada kenikmatan bahwa Anda sedang berkarya, menciptakan sebuah hasil, yang bisa diapresiasi oleh orang-orang di sekitar Anda, termasuk si Bos, apabila hasil pekerjaan itu dianggap baik.
Dengan bekerja, ada energi yang Anda salurkan, aktivitas positif, membangun kualitas diri dan sebagainya. Itulah mengapa bekerja memberikan nikmat tersendiri, tidak melulu gaji, tetapi waktu yang dihabiskan bisa untuk hal bermanfaat, walau kenikmatan itu bersifat abstrak.
Sedangkan kenikmatan konkret, sudah jelas, yakni gaji yang diterima dalam bentuk nyata, yaitu uang.
Pasti selalu ada dinamika dalam pekerjaan, selalu ada tantangan dan hal tidak mengenakan, mungkin itu adalah bagian dari ujian-Nya. Semakin sabar & bersyukur, pasti akan ada kebaikan & berkah.
Penulis jadi berpikir, bagi pekerja yang single, maka terhapusnya lelah dan keluh itu tampaknya terbatas hanya seputar kenikmatan abstrak dan konkret itu tadi. Sedangkan yang sudah menikah, tentunya ada bagian rezeki untuk istri dan anak-anak.
Rezeki yang diberikan kepada orang-orang tercinta itu, yang menunjang kebahagiaan mereka atau keluarga, maka muncul satu kenikmatan abstrak lainnya yang bersifat menenangkan, memberikan kekuatan dan semangat dalam bekerja. Bila diperhatikan, itulah salah satu bagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya.
Keluarga adalah harta yang paling berharga, kata sebuah lagu dalam film Keluarga Cemara. Mungkin demikian, dan sebaik-baiknya harta atau perhiasan dunia ialah wanita yang shalehah.
*****
(Foto: Kikiandtea)
Comments
Post a Comment