Tiba-tiba benturan itu muncul lagi. Entah seperti apa jadinya, terlalu dini untuk berspekulasi. Lingkungan keluarga yang memang mengharuskan untuk berpikir konservatif. Diperlukan kekuatan untuk bisa bertahan dalam idealisme atau mencoba melunak, bertindak agak moderate untuk memuluskan pencapaian target sesuai harapan.
Target waktu sepertinya tidak lebih sulit daripada target kandidat. Sekalinya dapat target kandidat, harus berargumen terlebih dahulu dengan orangtua. Pada saat seperti ini, laki-laki memang harus cerdas bernegosiasi serta menentukan sikap yang arif dalam menghadapi perkara yang satu ini.
Kekonservativan itu tampak baik, dan orangtua pasti ingin yang terbaik seraya memastikan anaknya kelak tidak menyesal dalam sebuah pernikahan. Maka, dibutuhkan fundamental berupa niatan yang lurus untuk mampu melewati tahap demi tahap proses tersebut.
Pernah suatu ketika ada teman yang menawarkan, dan ingin memperkenalkan bila sudah siap untuk berkeluarga. Namun, logika berbicara lebih lantang, sehingga ada kriteria yang harus dipertahankan demi pengharapan kelanggengan kehidupan baru yang kelak ditempuh itu.
Berterima kasihlah masih ada teman yang setidaknya peduli dan beritikad baik untuk menjadi penengah, walau akhirnya proses tersebut tidak berlanjut. Mungkin masih harus menimba ilmu dan memperbaiki diri terlebih dahulu baru kemudian berpikir jauh ke depan.
Hari ini adalah hari di mana penulis mungkin bisa ditertawakan saat dikenang pada 10 tahun ke depan. Satu dekade ke depan, Insha Allah kalau masih punya umur dan sudah memiliki istri, maka hari ini adalah masa-masa kegalauan tingkat tinggi yang yakin akan segera terlewati.
Mungkin harus mengikuti arahan dari orangtua, sebab katanya, ridha orangtua adalah ridha Allah juga. Pilah pilih dan tentukan mana yang terbaik, tetapi tetap ingat adanya batasan-batasan.
Kalau begitu, perjuangan untuk melewati fase kehidupan yang satu ini sedang berlangsung. Di mana ada kemauan, biasanya di situ selalu ada jalan. Mudah-mudahan lancar.
Aamiin.
*****
Target waktu sepertinya tidak lebih sulit daripada target kandidat. Sekalinya dapat target kandidat, harus berargumen terlebih dahulu dengan orangtua. Pada saat seperti ini, laki-laki memang harus cerdas bernegosiasi serta menentukan sikap yang arif dalam menghadapi perkara yang satu ini.
Kekonservativan itu tampak baik, dan orangtua pasti ingin yang terbaik seraya memastikan anaknya kelak tidak menyesal dalam sebuah pernikahan. Maka, dibutuhkan fundamental berupa niatan yang lurus untuk mampu melewati tahap demi tahap proses tersebut.
Pernah suatu ketika ada teman yang menawarkan, dan ingin memperkenalkan bila sudah siap untuk berkeluarga. Namun, logika berbicara lebih lantang, sehingga ada kriteria yang harus dipertahankan demi pengharapan kelanggengan kehidupan baru yang kelak ditempuh itu.
Berterima kasihlah masih ada teman yang setidaknya peduli dan beritikad baik untuk menjadi penengah, walau akhirnya proses tersebut tidak berlanjut. Mungkin masih harus menimba ilmu dan memperbaiki diri terlebih dahulu baru kemudian berpikir jauh ke depan.
Hari ini adalah hari di mana penulis mungkin bisa ditertawakan saat dikenang pada 10 tahun ke depan. Satu dekade ke depan, Insha Allah kalau masih punya umur dan sudah memiliki istri, maka hari ini adalah masa-masa kegalauan tingkat tinggi yang yakin akan segera terlewati.
Mungkin harus mengikuti arahan dari orangtua, sebab katanya, ridha orangtua adalah ridha Allah juga. Pilah pilih dan tentukan mana yang terbaik, tetapi tetap ingat adanya batasan-batasan.
Kalau begitu, perjuangan untuk melewati fase kehidupan yang satu ini sedang berlangsung. Di mana ada kemauan, biasanya di situ selalu ada jalan. Mudah-mudahan lancar.
Aamiin.
*****
Comments
Post a Comment