Perempuan memiliki kedudukan yang sangat mulia. Ia sebagai pendorong semangat dan penentram bagi hidup suaminya.
Terpikirkah mengapa perempuan itu diciptakan dengan rupanya yang indah? Perbandingan aurat perempuan dengan aurat laki-laki itu jelas. Bila aurat laki-laki dari perut (pusar) hingga ke bawah, sampai lutut. Sedangkan perempuan auratnya ialah seluruh tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan.
Berarti, hampir sekira 95 persen fisik perempuan itu adalah aurat. Definisi aurat apa sih? Sesuatu yang membangkitkan syahwat apakah bisa dikatakan sebagai aurat?
Lebih rinci lagi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa aurat ialah '(1) bagian badan yang tidak boleh kelihatan (menurut hukum Islam); (2) kemaluan; (3) organ untuk mengadakan perkembangbiakan.'
Celakalah bagi perempuan yang mengumbar auratnya. Begitu juga dengan laki-laki yang tanpa pengetahuan agama yang mumpuni, ia pergi keluar rumah dengan mengenakan celana pendek yang panjangnya hingga di atas lutut misalnya.
Seringkali ditemui mereka (laki-laki) sulit mencari sarung saat hendak shalat. Oleh karena mereka memakai celana pendek, kalau hendak shalat.
Alangkah hebatnya mereka yang pandai menjaga aurat, sehingga tidak memunculkan pikiran kotor dan membangkitkan syahwat, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Namun, tidak banyak juga perempuan yang pandai menjaga bagian tubuhnya. Parahnya, tidak banyak juga laki-laki yang 'kuat' menundukkan pandangannya (tidak melihat aurat perempuan).
Islam hadir membawa ketentraman dan sebagai pedoman hidup. Adanya jilbab sebagaimana yang penulis baca di beberapa artikel internet, tidak hanya memberikan rasa aman bagi pemakainya, tetapi juga selain kewajiban sebagai muslimah, jilbab juga simbol modernitas.
Dalam artikel yang pernah penulis baca, dijelaskan bahwa jilbab bukan tanda keterbelakangan seseorang. Logikanya, dahulu manusia masih minim dengan pengetahuan dan belum hadirnya agama Islam di tengah-tengah masyarakat kala itu.
Kini, seiring kemajuan zaman dan terbentuknya peradaban, banyak manusia cerdas berpengetahuan serta tersebarnya ajaran agama Islam. Sehingga, jilbab seharusnya dinilai sebagai simbol kemajuan bagi diri perempuan dan bukan merupakan keterbelakangan.
Masihkah mereka di luar sana ada yang berpikir bahwa jilbab simbol kemerosotan atau keterbelakangan?
Jilbab di sini tidak hanya menunjukkan sisi modernitas, selain kewajiban sebagai muslimah seperti yang telah disebut di atas, jilbab juga menjadi tameng dari serangan panah-panah setan. Mereka yang berpikir, seyogianya sadar bahwa jilbab adalah bentuk kemuliaan, kehormatan dan wujud rasa bersyukur kepada Allah bagi diri muslimah.
Semoga pembahasan atau seminar atau informasi mengenai jilbab yang syar'i, muncul hidayah dan banyak dari mereka yang belum mengenal Islam, pada akhirnya merasakan indahnya Islam melalui jilbab bagi muslimah.
"Who has a knowledge, should be correct to do something. And, who don't know the knowledge, she will trapped with their own mistake".
Entah bahasa Inggris penulis betul apa salah. Sebenarnya hanya sebuah pengungkapan mukadimah dari apa yang ingin penulis sampaikan.
Maksud dari kata-kata tersebut, penulis ingin mengungkapkan bahwa ilmu yang membuat sebuah tindakan atau perilaku dapat terarah dan benar sesuai aturan. Sedangkan, mereka yang tidak paham ilmu atau menolak untuk menerima ilmu, maka apapun yang ia lakukan tidak berdasarkan aturan dan terkesan tabrak sana-sini, demi sebuah egoisme sendiri.
Di sinilah penulis ingin menyampaikan, jilbab bukanlah main-main atau sekedar penutup kepala, yang menjaga rambut dari debu atau terik panas matahari.
Akan tetapi, jilbab adalah kewajiban bagi perempuan yang mengaku beragam Islam, yang mencegah pandangan liar laki-laki seraya memberikan rasa aman bagi penggunanya serta menutup rapat-rapat dari celah-celah godaan setan.
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya.." (QS An-Nur: 31). Sayangnya, bagi mereka yang tampak belum paham esensi jilbab yang sesungguhnya, terkesan menjadikan jilbab hanya barang komoditas yang diperjualbelikan bebas tanpa mengindahkan unsur syar'i.
Selain itu, mereka yang belum memahami makna jilbab yang sebenarnya, seakan asal menjadikan jilbab itu sebagai penutup kepala tanpa memperhatikan bahwa aurat itu tidak hanya kepala (selain wajah), tetapi juga seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan.
Pernah dengar istilah jilbab gaul? Jilbab modis? Bahkan maaf, jilbab yang memperlihatkan lekukan pinggul ke bawah, tubuh bagian dada, paha serta kaki atau yang tampak dikenal dengan ungkapan 'jilb**bs'?
Entah sejak kapan ungkapan tersebut muncul. Namun yang pasti, lahirnya istilah tersebut tidak lebih dulu daripada fenomena yang bisa Anda saksikan setiap hari, di tempat umum, di kampus, di tempat kerja, di jejaring sosial, di internet, bahkan di mushola sekalipun!
Seperti apa gambaran istilah tersebut? Anda mungkin bisa menemukannya melalui kata kunci di website mesin pencari. Tidak perlu heran dan berpikir, "kok ada ya foto-foto ini? kok ada ya perempuan berkerudung yang mengenakan pakaian ketat kayak begini?"
Tanpa mereka sadari, foto mereka bisa saja dicuri dan diposting ulang di website 'nyeleneh' dan disaksikan oleh ribuan, bahkan jutaan orang tanpa sepengetahuan mereka.
Parahnya lagi, foto mereka bisa disalahgunakan untuk bahan guyonan, pelecehan, bahkan maaf, foto tersebut bisa direkayasa sehingga objeknya menjadi tanpa busana.
Menikah itu dapat menjaga kemaluan, agar lebih dapat menundukkan pandangan dan memelihara kesucian diri. Penulis tidak bisa membayangkan bagaimana mereka yang sudah menikah saja, kemungkinan untuk melihat dengan sengaja atau tidak sengaja terkait aurat lawan jenis bisa saja terjadi, apalagi mereka yang belum menikah?
Tidak bisa disalahkan tubuh perempuan yang kebetulan tampak agak gemuk atau proporsional itu. Sehingga menunjukkan lekukan atau sesuatu yang seharusnya bisa mereka tutupi, andai saja mereka mau memahami diri mereka sendiri dan berusaha untuk menutupinya.
Misalnya, kan bisa mengenakan pakaian atau rok panjang yang lebih longgar, atau menggunakan jilbab (baju kurung) yang syar'i, sehingga tidak memperlihatkan bagian tubuh tertentu.
Jangan beralasan, "ini kan baru belajar mengenakan kerudung/jilbab", sehingga menjadi pembenaran dari terbukanya bagian aurat yang lain. Esensi penggunaan jilbab itu justru tidak terlihat sama sekali, karena pakaian yang ketat sama saja memperjelas bentuk tubuh yang seharusnya tersembunyi.
Apakah perempuan ingin disebut sebagai bagian dari kaum yang 'berpakaian tapi telanjang'? Untuk itulah diperlukan pemahaman dan ilmu. Jangan asal pakai bila tidak tahu ilmunya, dan juga jangan menunda-menunda untuk memakai jilbab sebagaimana yang diperintahkan di dalam Al-Quran.
Mungkin ada yang berpikir begini, "kan mau kerudungin hati dulu, baru kerudung benerannya". Loh, justru kondisinya harus dibalik, pahami kewajiban sebagai muslimah, sadari manfaatnya, dan pakai tanpa kata 'tapi'. Mudah-mudahan, justru ketika sudah bertekad mengenakan kerudung atau jilbab, maka hati akan tergerak, ikhlas dan mau tertaubat menjadi muslimah yang lebih baik.
Mirisnya, mereka tampak tidak mengerti esensi mengenakan kerudung atau jilbab. Mereka yang berkerudung tetapi auratnya masih tampak, mereka bahkan terlihat tidak bisa menjaga dan menghormati diri mereka sendiri, yang disadari atau tanpa disadari, menjadi 'objek pikiran kotor' bagi laki-laki yang tidak pandai menjaga pandangan.
Fenomena ini sudah terjadi, bahkan hal yang dianggap biasa di tengah masyarakat yang sebagian besar beragama Islam. Mengenakan kerudung tetapi berpakaian ketat atau celana jeans ketat, keluyuran keluar rumah atau bepergian di tempat umum. Bagaimana nih didikan orangtuanya, terutama bapaknya?
Ada perbedaan antara jilbab dengan kerudung. Yang penulis tahu, kerudung itu seharusnya menutup kepala sampai dada, sedangkan jilbab, merupakan baju longgar atau baju kurung yang menutup seluruh aurat hingga ke mata kaki. Selebihnya, perempuan bisa mengenakan kaus kaki untuk menutup kulit kaki bagian luarnya.
Mohon maaf atas tulisan penulis yang mengungkap sedikit banyak mengenai perempuan dan jilbab. Tulisan ini mengalir dengan sendirinya dari sudut pandang atau kacamata laki-laki.
Agar perempuan memahami dan menyadari bahwa perempuan adalah makhluk mulia, yang keindahan fisiknya hanya boleh dimiliki oleh suami, bukan teman laki-laki, atau suami orang lain atau laki-laki tidak dikenal yang ditemui di tempat umum.
Tulisan ini tidak bermaksud mendiskreditkan siapapun. Hanya sedikit risau dan terganggu atas fenomena yang bisa kita temui sehari-hari.
Semoga yang belum tahu menjadi tahu, yang belum sadar menjadi sadar, dan segera memperbaiki diri.
Bersyukur dan berbahagialah bagi perempuan yang sudah sadar akan pentingnya mengenakan jilbab secara benar/syar'i. Perempuan ini yang menunjukkan identitasnya sebagai muslimah sejati.
*****
Ilustrasi (Foto: Nyari di Internet)
Terpikirkah mengapa perempuan itu diciptakan dengan rupanya yang indah? Perbandingan aurat perempuan dengan aurat laki-laki itu jelas. Bila aurat laki-laki dari perut (pusar) hingga ke bawah, sampai lutut. Sedangkan perempuan auratnya ialah seluruh tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan.
Berarti, hampir sekira 95 persen fisik perempuan itu adalah aurat. Definisi aurat apa sih? Sesuatu yang membangkitkan syahwat apakah bisa dikatakan sebagai aurat?
Lebih rinci lagi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa aurat ialah '(1) bagian badan yang tidak boleh kelihatan (menurut hukum Islam); (2) kemaluan; (3) organ untuk mengadakan perkembangbiakan.'
Celakalah bagi perempuan yang mengumbar auratnya. Begitu juga dengan laki-laki yang tanpa pengetahuan agama yang mumpuni, ia pergi keluar rumah dengan mengenakan celana pendek yang panjangnya hingga di atas lutut misalnya.
Seringkali ditemui mereka (laki-laki) sulit mencari sarung saat hendak shalat. Oleh karena mereka memakai celana pendek, kalau hendak shalat.
Alangkah hebatnya mereka yang pandai menjaga aurat, sehingga tidak memunculkan pikiran kotor dan membangkitkan syahwat, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Namun, tidak banyak juga perempuan yang pandai menjaga bagian tubuhnya. Parahnya, tidak banyak juga laki-laki yang 'kuat' menundukkan pandangannya (tidak melihat aurat perempuan).
Islam hadir membawa ketentraman dan sebagai pedoman hidup. Adanya jilbab sebagaimana yang penulis baca di beberapa artikel internet, tidak hanya memberikan rasa aman bagi pemakainya, tetapi juga selain kewajiban sebagai muslimah, jilbab juga simbol modernitas.
Dalam artikel yang pernah penulis baca, dijelaskan bahwa jilbab bukan tanda keterbelakangan seseorang. Logikanya, dahulu manusia masih minim dengan pengetahuan dan belum hadirnya agama Islam di tengah-tengah masyarakat kala itu.
Kini, seiring kemajuan zaman dan terbentuknya peradaban, banyak manusia cerdas berpengetahuan serta tersebarnya ajaran agama Islam. Sehingga, jilbab seharusnya dinilai sebagai simbol kemajuan bagi diri perempuan dan bukan merupakan keterbelakangan.
Masihkah mereka di luar sana ada yang berpikir bahwa jilbab simbol kemerosotan atau keterbelakangan?
Jilbab di sini tidak hanya menunjukkan sisi modernitas, selain kewajiban sebagai muslimah seperti yang telah disebut di atas, jilbab juga menjadi tameng dari serangan panah-panah setan. Mereka yang berpikir, seyogianya sadar bahwa jilbab adalah bentuk kemuliaan, kehormatan dan wujud rasa bersyukur kepada Allah bagi diri muslimah.
Semoga pembahasan atau seminar atau informasi mengenai jilbab yang syar'i, muncul hidayah dan banyak dari mereka yang belum mengenal Islam, pada akhirnya merasakan indahnya Islam melalui jilbab bagi muslimah.
"Who has a knowledge, should be correct to do something. And, who don't know the knowledge, she will trapped with their own mistake".
Entah bahasa Inggris penulis betul apa salah. Sebenarnya hanya sebuah pengungkapan mukadimah dari apa yang ingin penulis sampaikan.
Maksud dari kata-kata tersebut, penulis ingin mengungkapkan bahwa ilmu yang membuat sebuah tindakan atau perilaku dapat terarah dan benar sesuai aturan. Sedangkan, mereka yang tidak paham ilmu atau menolak untuk menerima ilmu, maka apapun yang ia lakukan tidak berdasarkan aturan dan terkesan tabrak sana-sini, demi sebuah egoisme sendiri.
Di sinilah penulis ingin menyampaikan, jilbab bukanlah main-main atau sekedar penutup kepala, yang menjaga rambut dari debu atau terik panas matahari.
Akan tetapi, jilbab adalah kewajiban bagi perempuan yang mengaku beragam Islam, yang mencegah pandangan liar laki-laki seraya memberikan rasa aman bagi penggunanya serta menutup rapat-rapat dari celah-celah godaan setan.
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya.." (QS An-Nur: 31). Sayangnya, bagi mereka yang tampak belum paham esensi jilbab yang sesungguhnya, terkesan menjadikan jilbab hanya barang komoditas yang diperjualbelikan bebas tanpa mengindahkan unsur syar'i.
Selain itu, mereka yang belum memahami makna jilbab yang sebenarnya, seakan asal menjadikan jilbab itu sebagai penutup kepala tanpa memperhatikan bahwa aurat itu tidak hanya kepala (selain wajah), tetapi juga seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan.
Pernah dengar istilah jilbab gaul? Jilbab modis? Bahkan maaf, jilbab yang memperlihatkan lekukan pinggul ke bawah, tubuh bagian dada, paha serta kaki atau yang tampak dikenal dengan ungkapan 'jilb**bs'?
Entah sejak kapan ungkapan tersebut muncul. Namun yang pasti, lahirnya istilah tersebut tidak lebih dulu daripada fenomena yang bisa Anda saksikan setiap hari, di tempat umum, di kampus, di tempat kerja, di jejaring sosial, di internet, bahkan di mushola sekalipun!
Seperti apa gambaran istilah tersebut? Anda mungkin bisa menemukannya melalui kata kunci di website mesin pencari. Tidak perlu heran dan berpikir, "kok ada ya foto-foto ini? kok ada ya perempuan berkerudung yang mengenakan pakaian ketat kayak begini?"
Tanpa mereka sadari, foto mereka bisa saja dicuri dan diposting ulang di website 'nyeleneh' dan disaksikan oleh ribuan, bahkan jutaan orang tanpa sepengetahuan mereka.
Parahnya lagi, foto mereka bisa disalahgunakan untuk bahan guyonan, pelecehan, bahkan maaf, foto tersebut bisa direkayasa sehingga objeknya menjadi tanpa busana.
Menikah itu dapat menjaga kemaluan, agar lebih dapat menundukkan pandangan dan memelihara kesucian diri. Penulis tidak bisa membayangkan bagaimana mereka yang sudah menikah saja, kemungkinan untuk melihat dengan sengaja atau tidak sengaja terkait aurat lawan jenis bisa saja terjadi, apalagi mereka yang belum menikah?
Tidak bisa disalahkan tubuh perempuan yang kebetulan tampak agak gemuk atau proporsional itu. Sehingga menunjukkan lekukan atau sesuatu yang seharusnya bisa mereka tutupi, andai saja mereka mau memahami diri mereka sendiri dan berusaha untuk menutupinya.
Misalnya, kan bisa mengenakan pakaian atau rok panjang yang lebih longgar, atau menggunakan jilbab (baju kurung) yang syar'i, sehingga tidak memperlihatkan bagian tubuh tertentu.
Jangan beralasan, "ini kan baru belajar mengenakan kerudung/jilbab", sehingga menjadi pembenaran dari terbukanya bagian aurat yang lain. Esensi penggunaan jilbab itu justru tidak terlihat sama sekali, karena pakaian yang ketat sama saja memperjelas bentuk tubuh yang seharusnya tersembunyi.
Apakah perempuan ingin disebut sebagai bagian dari kaum yang 'berpakaian tapi telanjang'? Untuk itulah diperlukan pemahaman dan ilmu. Jangan asal pakai bila tidak tahu ilmunya, dan juga jangan menunda-menunda untuk memakai jilbab sebagaimana yang diperintahkan di dalam Al-Quran.
Mungkin ada yang berpikir begini, "kan mau kerudungin hati dulu, baru kerudung benerannya". Loh, justru kondisinya harus dibalik, pahami kewajiban sebagai muslimah, sadari manfaatnya, dan pakai tanpa kata 'tapi'. Mudah-mudahan, justru ketika sudah bertekad mengenakan kerudung atau jilbab, maka hati akan tergerak, ikhlas dan mau tertaubat menjadi muslimah yang lebih baik.
Mirisnya, mereka tampak tidak mengerti esensi mengenakan kerudung atau jilbab. Mereka yang berkerudung tetapi auratnya masih tampak, mereka bahkan terlihat tidak bisa menjaga dan menghormati diri mereka sendiri, yang disadari atau tanpa disadari, menjadi 'objek pikiran kotor' bagi laki-laki yang tidak pandai menjaga pandangan.
Fenomena ini sudah terjadi, bahkan hal yang dianggap biasa di tengah masyarakat yang sebagian besar beragama Islam. Mengenakan kerudung tetapi berpakaian ketat atau celana jeans ketat, keluyuran keluar rumah atau bepergian di tempat umum. Bagaimana nih didikan orangtuanya, terutama bapaknya?
Ada perbedaan antara jilbab dengan kerudung. Yang penulis tahu, kerudung itu seharusnya menutup kepala sampai dada, sedangkan jilbab, merupakan baju longgar atau baju kurung yang menutup seluruh aurat hingga ke mata kaki. Selebihnya, perempuan bisa mengenakan kaus kaki untuk menutup kulit kaki bagian luarnya.
Mohon maaf atas tulisan penulis yang mengungkap sedikit banyak mengenai perempuan dan jilbab. Tulisan ini mengalir dengan sendirinya dari sudut pandang atau kacamata laki-laki.
Agar perempuan memahami dan menyadari bahwa perempuan adalah makhluk mulia, yang keindahan fisiknya hanya boleh dimiliki oleh suami, bukan teman laki-laki, atau suami orang lain atau laki-laki tidak dikenal yang ditemui di tempat umum.
Tulisan ini tidak bermaksud mendiskreditkan siapapun. Hanya sedikit risau dan terganggu atas fenomena yang bisa kita temui sehari-hari.
Semoga yang belum tahu menjadi tahu, yang belum sadar menjadi sadar, dan segera memperbaiki diri.
Bersyukur dan berbahagialah bagi perempuan yang sudah sadar akan pentingnya mengenakan jilbab secara benar/syar'i. Perempuan ini yang menunjukkan identitasnya sebagai muslimah sejati.
*****
Ilustrasi (Foto: Nyari di Internet)
Comments
Post a Comment