Mengalir kehidupan, mengikuti jalurnya yang penuh dinamika. Tak selamanya jalan itu lurus, terkadang harus berbelok, menabrak, menghindar, berjuang dan kemudian bertahan.
Setelah sekian lama, memang tidak ada yang setenang perjumpaan ini, walau dunia maya masih menjadi dunia yang dihuni oleh mereka-mereka yang belum dipertemukan secara lahiriah. Namun, kita harus yakin bahwa kesabaran selalu berbuah manis.
Entah itu sabar dalam menunggu secara internal dalam konteks meningkatkan kualitas diri, maupun menunggunya (eksternal) yang kelak bila memang masanya tiba, segalanya akan menjadi indah, mengobati kerinduan, dan menepis kesunyian.
Memang harapan ini bukan harapan pertama kali yang muncul. Ada harapan-harapan lainnya yang sebelumnya singgah kemudian mati di tengah jalan. Atau, telah layu duluan sebelum tumbuh dan berkembang.
Kata seorang teman, 'modus' itu bagian dari ikhtiar. Modus mungkin selalu disalahartikan sebagai bentuk kenegativan. Saat jurus modus digunakan untuk mendekati seseorang, sebenarnya dia tidak sedang berjuang untuk kepentingan dirinya sendiri.
Namun, modus yang merekatkan tali perkenalan itu akan menjadikan mereka semakin menyadari bahwa tidak selamanya mereka akan sendiri. Dan, barangkali, ini yang seringkali diabaikan, ditidakpedulikan atau bahkan dicampakan bagi sebagian oleh sebagian yang lain.
Kasihan bilamana ada laki-laki yang demikian. Menurut pengamatan penulis, SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) yang menjurus kepada PDKT (PenDeKaTan) adalah bentuk upaya 'ketuk pintu' untuk kebaikan-kebaikan ke depan. Harapannya tidak lebih dan tidak kurang, yakni kebahagiaan.
Memang kuasa-Nya mampu mengatur dan membolak-balikan hati seseorang. Mungkin ada hikmah mengapa harus ada pengakhiran untuk menyetop kesedihan, atau harus ada pengelupaan saat kebahagiaannya bersama orang lain, yang harus lebih dikedepankan.
Rezeki tidak akan kemana, begitu juga dengan urusan mencari pendamping hidup. Teringat kata-kata pengarang buku Hafalan Shalat Delisa yang diposting di jejaring sosial, penulis agak lupa kalimatnya. Kalau tidak salah ia mengatakan, saat waktunya tiba, jodoh itu tidak berbelit-belit, prosesnya mudah, ringan, dan mantap.
"Kalau memang terlihat rumit, ragu2, kesana-kemari, tidak jelas, plintat-plintut, bikin sebal, sakit hati, lupakanlah. Segera lupakan. Urusan perasaan yg sejati selalu sederhana." (--Tere Liye, novel 'Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah').
Yah, kiranya penulis menafsirkan kata-kata tersebut sebagai dorongan agar jangan pernah memilih dalam keraguan. Bukankah perkara syubhat itu sebisa mungkin dihindarkan? Memang tidak ada yang sia-sia, karena selalu ada pelajaran dari setiap kesalahan.
Buat laki-laki atau perempuan yang selalu merasa gagal saat berusaha mandiri mencari jodoh, ingatlah bahwa mungkin Allah mempertemukan Anda dengan orang yang salah untuk menyiapkan diri Anda bertemu dengan orang yang tepat. Pemeran utama atau 'jagoan' selalu datang belakangan bukan? *eh
Salah satu cara yang paling ampuh ialah, dekati orang terpercaya, yang amanah, baik itu saudara, keluarga atau teman untuk minta dicarikan. Ingat, kedua kubu yang sudah memiliki tujuan yang sama, satu visi (pernikahan), tidak akan mencari-cari alasan lagi untuk menunda.
Lupakan orang yang tidak jelas asal-usulnya. Tinggalkan orang yang masih asyik dengan dunianya sendiri dan tidak memperdulikan diri dan masa depan Anda.
Fokuslah pada yang memperhatikan Anda, yang lebih memiliki kepastian dan harapan untuk meraih masa depan yang cerah bersamanya. Dan, yang paling penting lagi, niatkan proses hingga menuju pernikahan itu semata-mata karena Allah dan mengharapkan ridha-Nya.
Insha Allah diberikan kemudahan.
*****
Ilustrasi (Foto: Cooldigitalphotography)
Setelah sekian lama, memang tidak ada yang setenang perjumpaan ini, walau dunia maya masih menjadi dunia yang dihuni oleh mereka-mereka yang belum dipertemukan secara lahiriah. Namun, kita harus yakin bahwa kesabaran selalu berbuah manis.
Entah itu sabar dalam menunggu secara internal dalam konteks meningkatkan kualitas diri, maupun menunggunya (eksternal) yang kelak bila memang masanya tiba, segalanya akan menjadi indah, mengobati kerinduan, dan menepis kesunyian.
Memang harapan ini bukan harapan pertama kali yang muncul. Ada harapan-harapan lainnya yang sebelumnya singgah kemudian mati di tengah jalan. Atau, telah layu duluan sebelum tumbuh dan berkembang.
Kata seorang teman, 'modus' itu bagian dari ikhtiar. Modus mungkin selalu disalahartikan sebagai bentuk kenegativan. Saat jurus modus digunakan untuk mendekati seseorang, sebenarnya dia tidak sedang berjuang untuk kepentingan dirinya sendiri.
Namun, modus yang merekatkan tali perkenalan itu akan menjadikan mereka semakin menyadari bahwa tidak selamanya mereka akan sendiri. Dan, barangkali, ini yang seringkali diabaikan, ditidakpedulikan atau bahkan dicampakan bagi sebagian oleh sebagian yang lain.
Kasihan bilamana ada laki-laki yang demikian. Menurut pengamatan penulis, SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) yang menjurus kepada PDKT (PenDeKaTan) adalah bentuk upaya 'ketuk pintu' untuk kebaikan-kebaikan ke depan. Harapannya tidak lebih dan tidak kurang, yakni kebahagiaan.
Memang kuasa-Nya mampu mengatur dan membolak-balikan hati seseorang. Mungkin ada hikmah mengapa harus ada pengakhiran untuk menyetop kesedihan, atau harus ada pengelupaan saat kebahagiaannya bersama orang lain, yang harus lebih dikedepankan.
Rezeki tidak akan kemana, begitu juga dengan urusan mencari pendamping hidup. Teringat kata-kata pengarang buku Hafalan Shalat Delisa yang diposting di jejaring sosial, penulis agak lupa kalimatnya. Kalau tidak salah ia mengatakan, saat waktunya tiba, jodoh itu tidak berbelit-belit, prosesnya mudah, ringan, dan mantap.
"Kalau memang terlihat rumit, ragu2, kesana-kemari, tidak jelas, plintat-plintut, bikin sebal, sakit hati, lupakanlah. Segera lupakan. Urusan perasaan yg sejati selalu sederhana." (--Tere Liye, novel 'Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah').
Yah, kiranya penulis menafsirkan kata-kata tersebut sebagai dorongan agar jangan pernah memilih dalam keraguan. Bukankah perkara syubhat itu sebisa mungkin dihindarkan? Memang tidak ada yang sia-sia, karena selalu ada pelajaran dari setiap kesalahan.
Buat laki-laki atau perempuan yang selalu merasa gagal saat berusaha mandiri mencari jodoh, ingatlah bahwa mungkin Allah mempertemukan Anda dengan orang yang salah untuk menyiapkan diri Anda bertemu dengan orang yang tepat. Pemeran utama atau 'jagoan' selalu datang belakangan bukan? *eh
Salah satu cara yang paling ampuh ialah, dekati orang terpercaya, yang amanah, baik itu saudara, keluarga atau teman untuk minta dicarikan. Ingat, kedua kubu yang sudah memiliki tujuan yang sama, satu visi (pernikahan), tidak akan mencari-cari alasan lagi untuk menunda.
Lupakan orang yang tidak jelas asal-usulnya. Tinggalkan orang yang masih asyik dengan dunianya sendiri dan tidak memperdulikan diri dan masa depan Anda.
Fokuslah pada yang memperhatikan Anda, yang lebih memiliki kepastian dan harapan untuk meraih masa depan yang cerah bersamanya. Dan, yang paling penting lagi, niatkan proses hingga menuju pernikahan itu semata-mata karena Allah dan mengharapkan ridha-Nya.
Insha Allah diberikan kemudahan.
*****
Ilustrasi (Foto: Cooldigitalphotography)
Comments
Post a Comment