Hehehe.. saya awali menulis blog ini dengan tawaan. Saat kau merasa hidup ini sudah sulit, kenapa harus dibuat susah. Ceria itu hak setiap insan manusia dan dengan tertawa, pudarlah kekakuan dan kebekuan. Tapi yang ingin disampaikan bukan tentang apa itu makna tertawa, hanya sebagai permulaan dari tulisan yang bingung memulai darimana.
Saya pikir ini lucu, peristiwa yang mungkin mirip sinetron, walau saya tidak pernah ngikutin cerita sinetron, mungkin sedikit banyaknya mirip dengan kisah tokoh Azzam dalam film Ketika Cinta Bertasbih. Jelas, kang Abik pasti mendapatkan ide cerita KCB dari pengalaman orang lain atau imajinasi kreatif yang beliau miliki. Sebab, ceria itu cerita fiksi.
Namun, terkadang, kemiripan akan terjadi manakala seseorang sudah pernah menonton film tersebut dan bercermin pada dirinya sendiri di dunia nyata. Yah, setidaknya itu yang mungkin sedang dirasakan.
Saya paling enggan menjadi ekstrovert di dunia nyata, maka di dunia maya lah segala keajaiban bisa datang. Mulai dari jatuh hati pada seseorang, teman Facebook yang bahkan bertemupun belum pernah. Tapi di situlah uniknya. Dunia maya seolah bisa menjadi dunia baru, komunitas perkenalan digital, masyarakat jejaring sosial dan tidak jarang bisa mempengaruhi kehidupan seseorang di dunia nyata.
Setiap orang punya masalah masing-masing. Biasanya, saya yang tahu dan cukup dapat mengerti permasalahan teman laki-laki, secara kita sejenis. Interaksi yang terbatas dengan teman perempuan, menjadikan saya tidak tahu apa-apa mengenai perempuan, apa yang menjadi keluhannya, apa yang menjadi ketakutannya, apa yang menjadi harapannya dan lain-lain.
Sebagian mungkin sama seperti saya, akan lebih ekstrovert bila di dunia maya, namun tidak di dunia nyata. Tetapi ada pula yang secara sengaja menceritakan masalah yang dihadapinya dan mengutarakan apa yang menjadi keinginannya.
Sebagian dari perempuan di usia rentan, saya katakan usia rentan 'poros 25,' entah itu mendekati atau sudah lebih dari usia segitu, pasti berpikir untuk segera menikah. Walau ada juga yang ingin fokus kerja atau meneruskan jenjang kuliah yang lebih tinggi.
Sebagian dari mereka ada yang sudah memiliki pacar, tapi bingung juga karena tak kunjung di lamar. Sebagian lain, masih sendiri namun sudah mewanti-wanti segera menikah. Sangat terlihat keinginan mereka dari status yang mereka tulis di jejaring sosial atau media sosial lainnya. Jeritan dalam kebisuan itu yang mudah saya tangkap, karena saya cukup memahami perasaan mereka.
Kalau kata Ustadz Felix Siauw dalam bukunya, 'udah putusin aja' (bagi mereka yang berpacaran dan menjadi korban PHP pacarnya), saya lebih sepakat bila, 'udah nikahi aja'. Sebuah frase yang menunjukkan kenaikan status, menuju ke arah fitrah manusia yang tentu didambakan semua orang.
*****
Saya pikir ini lucu, peristiwa yang mungkin mirip sinetron, walau saya tidak pernah ngikutin cerita sinetron, mungkin sedikit banyaknya mirip dengan kisah tokoh Azzam dalam film Ketika Cinta Bertasbih. Jelas, kang Abik pasti mendapatkan ide cerita KCB dari pengalaman orang lain atau imajinasi kreatif yang beliau miliki. Sebab, ceria itu cerita fiksi.
Namun, terkadang, kemiripan akan terjadi manakala seseorang sudah pernah menonton film tersebut dan bercermin pada dirinya sendiri di dunia nyata. Yah, setidaknya itu yang mungkin sedang dirasakan.
Saya paling enggan menjadi ekstrovert di dunia nyata, maka di dunia maya lah segala keajaiban bisa datang. Mulai dari jatuh hati pada seseorang, teman Facebook yang bahkan bertemupun belum pernah. Tapi di situlah uniknya. Dunia maya seolah bisa menjadi dunia baru, komunitas perkenalan digital, masyarakat jejaring sosial dan tidak jarang bisa mempengaruhi kehidupan seseorang di dunia nyata.
Setiap orang punya masalah masing-masing. Biasanya, saya yang tahu dan cukup dapat mengerti permasalahan teman laki-laki, secara kita sejenis. Interaksi yang terbatas dengan teman perempuan, menjadikan saya tidak tahu apa-apa mengenai perempuan, apa yang menjadi keluhannya, apa yang menjadi ketakutannya, apa yang menjadi harapannya dan lain-lain.
Sebagian mungkin sama seperti saya, akan lebih ekstrovert bila di dunia maya, namun tidak di dunia nyata. Tetapi ada pula yang secara sengaja menceritakan masalah yang dihadapinya dan mengutarakan apa yang menjadi keinginannya.
Sebagian dari perempuan di usia rentan, saya katakan usia rentan 'poros 25,' entah itu mendekati atau sudah lebih dari usia segitu, pasti berpikir untuk segera menikah. Walau ada juga yang ingin fokus kerja atau meneruskan jenjang kuliah yang lebih tinggi.
Sebagian dari mereka ada yang sudah memiliki pacar, tapi bingung juga karena tak kunjung di lamar. Sebagian lain, masih sendiri namun sudah mewanti-wanti segera menikah. Sangat terlihat keinginan mereka dari status yang mereka tulis di jejaring sosial atau media sosial lainnya. Jeritan dalam kebisuan itu yang mudah saya tangkap, karena saya cukup memahami perasaan mereka.
Kalau kata Ustadz Felix Siauw dalam bukunya, 'udah putusin aja' (bagi mereka yang berpacaran dan menjadi korban PHP pacarnya), saya lebih sepakat bila, 'udah nikahi aja'. Sebuah frase yang menunjukkan kenaikan status, menuju ke arah fitrah manusia yang tentu didambakan semua orang.
*****
Comments
Post a Comment