Bismillah. Assalamu'alaikum, bagaimana kabarmu beserta keluarga? Semoga Allah selalu menjagamu, di manapun kamu berada, di setiap aktivitas, pekerjaan serta hari-harimu.
Surat ini terbuka, saya tidak tahu siapa yang sedang membaca tulisan ini. Namun, ini terasa spesial dibandingkan tulisan-tulisan yang pernah saya tulis.
Terus terang saja, bila bibir bisa kelu mengatakan sesuatu, sungguh jari ini terasa kaku dan memutar otak untuk memilih pilihan kata-kata yang tepat. Seperti anak kecil yang baru belajar menulis.
Surat ini sengaja saya tulis, sebagai perwujudan rasa rindu dari seseorang yang tidak luput dari dosa dan kesalahan. Maaf bila saya terlalu asyik dengan pekerjaan, masih seru dengan dunia kesendirian dan masih butuh kesiapan dalam segala hal.
Semua hal yang saya lakukan, insya Allah untuk kebaikan kita di masa depan. Saya sesungguhnya malu bila bukan engkau yang membaca tulisan ini. Namun, engkau pun tahu bahwa kuasa-Nya belum mempertemukan kita.
Saya memohon maaf bila sebelum pada akhirnya kita dipertemukan, saya pernah membagi perasaan ini dengan hati yang lain. Kalau kata orang bilang, "Sebelum kita dipertemukan dengan orang yang tepat, skenario-Nya mempertemukan kita dengan orang yang salah". Sampai sekarang pun saya sesungguhnya menyesalkan hal itu.
Banyak peristiwa yang terjadi, yang mendewasakan saya secara pribadi, sebuah pelajaran. Saya tidak pernah berhenti berdoa di setiap tunainya ibadah 5 waktu, salah satunya ialah meminta kepada Allah agar mendapatkan jodoh yang terbaik dan segera dipertemukan denganmu.
Sesungguhnya, pilihan ada pada diri laki-laki. Yang memiliki kesempatan lebih besar untuk menjemput. Saya sangat mengerti, tahu diri, bahwa orangtua kita pun sudah menunggu kehadiran menantu.
Lihat beliau, yang telah mengasuh, mendidik dan membesarkan kita. Atas jasa orangtua yang tiada mampu terbalaskan kebaikannya, dengan menikah adalah cara indah untuk membahagiakan orangtua. Tentu kita ingin saat jasmani dan rohani keduanya masih prima, beliau menemani kita saat prosesi akad suci itu tiba.
Tidak perlu risau terlalu lama dalam penantian, karena saya menyadari akan hal itu. Yang diperlukan ialah niat semata-mata mengharap ridha Allah, itu yang utama.
Biar saja apabila nanti kondisi kita yang sama-sama sulit. Usia kita masih muda dan semangat bekerja itu harus ada, sehingga kelak kita bisa memberikan pendidikan terbaik dan berguna bagi anak-anak.
Saling mendoakan di setiap shalat kita. Semoga Allah segera mempertemukan dan memantapkan engkau sebagai tulang rusukku.
Saat ini saya hanya bisa berdoa memohon petunjuk-Nya dan berusaha. Apabila keyakinan berada di posisi paling mantap atas engkau, semoga terjawabkan segala terka atau misteri mengenai siapa nama 'engkau' dalam surat tak beralamat ini.
Wassalamu'alaikum,
*Surat cinta untuk istriku
*****
Surat ini terbuka, saya tidak tahu siapa yang sedang membaca tulisan ini. Namun, ini terasa spesial dibandingkan tulisan-tulisan yang pernah saya tulis.
Terus terang saja, bila bibir bisa kelu mengatakan sesuatu, sungguh jari ini terasa kaku dan memutar otak untuk memilih pilihan kata-kata yang tepat. Seperti anak kecil yang baru belajar menulis.
Surat ini sengaja saya tulis, sebagai perwujudan rasa rindu dari seseorang yang tidak luput dari dosa dan kesalahan. Maaf bila saya terlalu asyik dengan pekerjaan, masih seru dengan dunia kesendirian dan masih butuh kesiapan dalam segala hal.
Semua hal yang saya lakukan, insya Allah untuk kebaikan kita di masa depan. Saya sesungguhnya malu bila bukan engkau yang membaca tulisan ini. Namun, engkau pun tahu bahwa kuasa-Nya belum mempertemukan kita.
Saya memohon maaf bila sebelum pada akhirnya kita dipertemukan, saya pernah membagi perasaan ini dengan hati yang lain. Kalau kata orang bilang, "Sebelum kita dipertemukan dengan orang yang tepat, skenario-Nya mempertemukan kita dengan orang yang salah". Sampai sekarang pun saya sesungguhnya menyesalkan hal itu.
Banyak peristiwa yang terjadi, yang mendewasakan saya secara pribadi, sebuah pelajaran. Saya tidak pernah berhenti berdoa di setiap tunainya ibadah 5 waktu, salah satunya ialah meminta kepada Allah agar mendapatkan jodoh yang terbaik dan segera dipertemukan denganmu.
Sesungguhnya, pilihan ada pada diri laki-laki. Yang memiliki kesempatan lebih besar untuk menjemput. Saya sangat mengerti, tahu diri, bahwa orangtua kita pun sudah menunggu kehadiran menantu.
Lihat beliau, yang telah mengasuh, mendidik dan membesarkan kita. Atas jasa orangtua yang tiada mampu terbalaskan kebaikannya, dengan menikah adalah cara indah untuk membahagiakan orangtua. Tentu kita ingin saat jasmani dan rohani keduanya masih prima, beliau menemani kita saat prosesi akad suci itu tiba.
Tidak perlu risau terlalu lama dalam penantian, karena saya menyadari akan hal itu. Yang diperlukan ialah niat semata-mata mengharap ridha Allah, itu yang utama.
Biar saja apabila nanti kondisi kita yang sama-sama sulit. Usia kita masih muda dan semangat bekerja itu harus ada, sehingga kelak kita bisa memberikan pendidikan terbaik dan berguna bagi anak-anak.
Saling mendoakan di setiap shalat kita. Semoga Allah segera mempertemukan dan memantapkan engkau sebagai tulang rusukku.
Saat ini saya hanya bisa berdoa memohon petunjuk-Nya dan berusaha. Apabila keyakinan berada di posisi paling mantap atas engkau, semoga terjawabkan segala terka atau misteri mengenai siapa nama 'engkau' dalam surat tak beralamat ini.
Wassalamu'alaikum,
*Surat cinta untuk istriku
*****
Comments
Post a Comment