Ada kepenatan yang tidak akan terhenti. Saat jiwa raga masih optimal untuk terus berkarya dan bekerja. Dan, sebuah dahaga tidak akan pernah terhapus, kecuali bila seseorang telah menikah atau berkeluarga.
Berat memikul kehidupan seorang diri. Kuasa-Nya menciptakan fitrah bagi manusia untuk hidup berpasang-pasangan. Bukan hanya untuk urusan kebutuhan biologis sebagai makhluk hidup, tetapi hal yang lebih besar, sebagai partner yang membawa nasib hingga akherat kelak.
Masih bujangan pusingnya juga terasa saat mengatur keuangan. Meskipun bebas membelanjakan harta untuk membeli barang, namun tetap harus dalam koridor hemat. Apalagi bila kelak sudah memiliki kewajiban menafkahi. Butuh perencanaan anggaran yang lebih terstruktur.
Mungkin Anda juga merasakan, perbedaan saat sudah bekerja dan memiliki penghasilan sendiri dengan masih berstatus pelajar, yang masih meminta uang pada orangtua. Kedewasaan pula yang mematangkan konsep diri dan mempengaruhi sudut pandang Anda dalam hal cinta atau menjalin hubungan asmara.
Masa remaja itu, boleh dikatakan sebagai masa Anda mengenali apa itu cinta. Pandai sembarangan menempatkan hati pada seseorang, lihai mencuri waktu dan menciptakan peluang untuk menarik perhatian lawan jenis.
Setidaknya itu yang saya perhatikan satu dekade silam. Hampir sebagian besar remaja tidak akan berpikir cinta itu akan dibawanya, pada detik itu juga sampai pernikahan.
Yang mereka rasakan hanya dunia mereka sendiri yang masih berupa pencarian, pendalaman dan pengenalan terhadap rasa ketertarikan itu sendiri. Memang terlihat rumit, kompleks dan penuh kegalauan.
Semakin bertambah umur, semakin keras dunia dihadapi, semakin banyak belajar mengenai kehidupan dan berjuang untuk menunjang penghidupan, maka akan ada kewajiban yang harus dilakukan. Tidak boleh diam begitu saja.
Sudut pandang pengertian cinta bagi pribadi matang sesungguhnya lebih sederhana, melihat jangka panjang sebagai satu titik fokus dan sempurna mengeyampingkan egoisme semata. Akan ada peran Anda sebagai suami atau istri.
Semakin matang, maka semakin mengerti dan mendalami peran tersebut dengan sebaiknya tingkah laku, ucapan dan akhlak. Tidak perlu memaksa bahwa si A atau si B yang kekeuh harus dijadikan pasangan hidup. Prinsipnya Aku, Kamu dan masa depan keluarga.
Maka, menikah menjadi momentum meleburnya segala hal yang berkaitan dengan cara pandang, penerimaan kelebihan dan kekurangan masing-masing dan konsisten mendalami peran yang terbentuk sesuai fitrahnya.
Bila pemahaman dan pengaplikasian dari peran ini sudah dijalani dengan sebaiknya. Niscaya perasaan cinta itu akan terus tumbuh dan saling menguatkan. Usia pernikahan insya Allah bisa langgeng apabila pasangan saling mengerti dan menjalani peran serta tugasnya dengan sebaiknya.
*****
Berat memikul kehidupan seorang diri. Kuasa-Nya menciptakan fitrah bagi manusia untuk hidup berpasang-pasangan. Bukan hanya untuk urusan kebutuhan biologis sebagai makhluk hidup, tetapi hal yang lebih besar, sebagai partner yang membawa nasib hingga akherat kelak.
Masih bujangan pusingnya juga terasa saat mengatur keuangan. Meskipun bebas membelanjakan harta untuk membeli barang, namun tetap harus dalam koridor hemat. Apalagi bila kelak sudah memiliki kewajiban menafkahi. Butuh perencanaan anggaran yang lebih terstruktur.
Mungkin Anda juga merasakan, perbedaan saat sudah bekerja dan memiliki penghasilan sendiri dengan masih berstatus pelajar, yang masih meminta uang pada orangtua. Kedewasaan pula yang mematangkan konsep diri dan mempengaruhi sudut pandang Anda dalam hal cinta atau menjalin hubungan asmara.
Masa remaja itu, boleh dikatakan sebagai masa Anda mengenali apa itu cinta. Pandai sembarangan menempatkan hati pada seseorang, lihai mencuri waktu dan menciptakan peluang untuk menarik perhatian lawan jenis.
Setidaknya itu yang saya perhatikan satu dekade silam. Hampir sebagian besar remaja tidak akan berpikir cinta itu akan dibawanya, pada detik itu juga sampai pernikahan.
Yang mereka rasakan hanya dunia mereka sendiri yang masih berupa pencarian, pendalaman dan pengenalan terhadap rasa ketertarikan itu sendiri. Memang terlihat rumit, kompleks dan penuh kegalauan.
Semakin bertambah umur, semakin keras dunia dihadapi, semakin banyak belajar mengenai kehidupan dan berjuang untuk menunjang penghidupan, maka akan ada kewajiban yang harus dilakukan. Tidak boleh diam begitu saja.
Sudut pandang pengertian cinta bagi pribadi matang sesungguhnya lebih sederhana, melihat jangka panjang sebagai satu titik fokus dan sempurna mengeyampingkan egoisme semata. Akan ada peran Anda sebagai suami atau istri.
Semakin matang, maka semakin mengerti dan mendalami peran tersebut dengan sebaiknya tingkah laku, ucapan dan akhlak. Tidak perlu memaksa bahwa si A atau si B yang kekeuh harus dijadikan pasangan hidup. Prinsipnya Aku, Kamu dan masa depan keluarga.
Maka, menikah menjadi momentum meleburnya segala hal yang berkaitan dengan cara pandang, penerimaan kelebihan dan kekurangan masing-masing dan konsisten mendalami peran yang terbentuk sesuai fitrahnya.
Bila pemahaman dan pengaplikasian dari peran ini sudah dijalani dengan sebaiknya. Niscaya perasaan cinta itu akan terus tumbuh dan saling menguatkan. Usia pernikahan insya Allah bisa langgeng apabila pasangan saling mengerti dan menjalani peran serta tugasnya dengan sebaiknya.
*****
Comments
Post a Comment