Habis selesai urusan yang satu, manusia pasti dihadapkan dengan urusan
lain. Dahulu sewaktu masih menjadi mahasiswa, hal yang perlu
dipikirikan ialah bagaimana agar bisa lulus tepat waktu. Kemudian
memikirkan di mana akan bekerja.
Usai lulus dan bersyukur bisa bekerja, muncul opsi untuk pindah tempat kerja, atau lompat profesi atau meneruskan jenjang S2. Habis bekerja juga akan terpikir, kapan menikah, kapan berkeluarga, kapan ini dan kapan itu. Seolah tidak ada akhir dari sebuah perkara.
Yang seringkali terlupa ialah tujuan semata-mata untuk ibadah kepada Allah. Terkadang sibuk bekerja menjadikan seseorang lalai. Lupa, yang dipusingkan hanya bagaimana mencari 'zona nyaman' dan jarang mengingat esensi dari sebuah pekerjaan.
Tidak ada pekerjaan 100 persen menyenangkan, tetapi tidak selamanya pekerjaan itu membuat kebetahan. Yang perlu dihindari ialah, jangan sampai pekerjaan didasari atas keterpaksaan.
Jadi tukang sayur juga tetap berkah bila tujuannya untuk ibadah. Begitu juga jadi pembantu rumah tangga, atau pekerjaan yang tidak perlu sampai menempuh studi tinggi lainnya. Jadi dokter, bila niatnya ibadah sebagai 'media' diturunkannya kesembuhan atas pasien oleh-Nya, juga sama baiknya.
Pekerjaan wartawan juga demikian mulia. Karena menginformasikan kabar, baik itu yang mengenakan maupun tidak mengenakan bagi individu atau kelompok. Urusan bosan menjalani profesi tertentu, hanya soal waktu. Bisa rasa bosan itu lenyap dengan sendirinya, atau membunuh bosan dengan mengganti jenis pekerjaan yang lain.
*****
(Foto: Edaway)
Usai lulus dan bersyukur bisa bekerja, muncul opsi untuk pindah tempat kerja, atau lompat profesi atau meneruskan jenjang S2. Habis bekerja juga akan terpikir, kapan menikah, kapan berkeluarga, kapan ini dan kapan itu. Seolah tidak ada akhir dari sebuah perkara.
Yang seringkali terlupa ialah tujuan semata-mata untuk ibadah kepada Allah. Terkadang sibuk bekerja menjadikan seseorang lalai. Lupa, yang dipusingkan hanya bagaimana mencari 'zona nyaman' dan jarang mengingat esensi dari sebuah pekerjaan.
Tidak ada pekerjaan 100 persen menyenangkan, tetapi tidak selamanya pekerjaan itu membuat kebetahan. Yang perlu dihindari ialah, jangan sampai pekerjaan didasari atas keterpaksaan.
Jadi tukang sayur juga tetap berkah bila tujuannya untuk ibadah. Begitu juga jadi pembantu rumah tangga, atau pekerjaan yang tidak perlu sampai menempuh studi tinggi lainnya. Jadi dokter, bila niatnya ibadah sebagai 'media' diturunkannya kesembuhan atas pasien oleh-Nya, juga sama baiknya.
Pekerjaan wartawan juga demikian mulia. Karena menginformasikan kabar, baik itu yang mengenakan maupun tidak mengenakan bagi individu atau kelompok. Urusan bosan menjalani profesi tertentu, hanya soal waktu. Bisa rasa bosan itu lenyap dengan sendirinya, atau membunuh bosan dengan mengganti jenis pekerjaan yang lain.
*****
(Foto: Edaway)
Comments
Post a Comment