Masih muda. Berasa masih kuat berdiri lama. Raga ini pasti akan melemah, dan kelak membujur kaku. Saat tua telah tiba. Penulis tidak ingin menghabiskan waktu muda begitu saja dengan hal-hal tidak berguna.
Tak perlu engkau bertanya mengapa diri jarang atau tak pernah mau diajak keluyuran sembarangan bersama kolega. Masa muda hanya sebentar kawan, tidakkah kau merasa rugi bila membuang waktu berharga dan terlena dalam aktivitas canda yang terlalu gegap gempita.
Terlebih mengisi waktu dengan kegiatan yang bagiku tak bermakna seperti kongkow-kongkow berkala. Terlalu singkat masa muda, sungguh waktu 10 tahun lamanya. Sejak menginjak usia 20 tahun, ya kepala dua (2X), dari usia 20-29 adalah masa-masa seseorang paling berjaya.
Penulis katakan demikian, karena periode ini raga sangat optimal dan begitu dikatakan sebagai usia produktif untuk dapat mengejar cita-cita. Kau tahu kawan? Petani susah-susah dan lelah menanam tanaman di ladang, namun di kemudian hari ia bisa meraih sesuatu, memanen sesuatu yang ia lakukan ketika di awal waktu.
Jadi, jangan pernah jadi orang yang merugi. Banyak saja pekerjaan yang bisa kita cari ketika sudah sampai di rumah lebih awal. Membantu pekerjaan orangtua, merapikan kamar, membuang file-file tak berguna di hard disk PC atau laptop, membaca buku dan banyak aktivitas lainnya. Lebih bagus lagi bila perbanyak dzikir & tadarus.
Coba lihat telapak tanganmu, wajah cantik atau gantengmu, masih sangat kencang, kulit masih sangat sehat dan kuat, otot masih prima serta bisa bergerak lebih cepat, lebih gesit. Apakah kau pernah melihat seorang kakek & nenek renta? Bayangkan itu adalah kita, ya 40-50 tahun lagi. Itu juga kalau kita masih diberikan umur oleh-Nya.
Apa yang kita sudah persiapkan kawan? Sebelum datang masa tua, sebelum datang lemah & sakit, sebelum datang penyesalan, sebelum datang ajal, masihkah kita ingin menunda-nunda.
Menunda-nunda dari keputusan yang disertai rasa ikhlas Lillahita'ala. Misalnya, buat perempuan, kapan kau mulai siap mengenakan kerudung untuk menutup aurat? Bukan sekadar hijab yang menutup rambut kepala atau kain pelapis kulit yang membentuk lekukan pengundang syahwat, tetapi penutup yang benar-benar menghalangi terumbarnya aurat, menutup rapat-rapat dari bidikan mata liar & itikad maksiat lawan jenis yang ingin berbuat jahat.
Buat laki-laki, yang masih berusia kepala 2X. Penulis barangkali mewakili dari segenap jeritan hati para ikhwan. Kami tidak ingin sampai tidak menikah (buat yang normal ya). Adalah keinginan kami untuk segera melamar salah satu dari yang terbaik dari jenis kalian.
Bila saja uang bagaikan cheat pada game The Sims, yang tinggal ketik & enter kemudian bertambah saldo tabungan. Bila saja mendapatkan pekerjaan idaman, yang halal tentunya, semudah membalikan telapak tangan. Bila saja merampungkan kuliah S1 atau barangkali S2 secepat menanti kereta yang berhenti di setiap stasiun Jabodetabek.
Dan, bila saja restu atau dukungan orangtua sesingkat memetik buah Mangga di pohon tetangga (eh ga boleh nyuri ya). Seyogianya kami sudah siap melantunkan kata pinangan kepada orangtua sang perempuan.
Tetapi dan tetapi (masih saja ada tapinya yang perlu perempuan ketahui). Adalah mental menuju 'dewasa sempurna' yang sangat tidak bisa dicapai begitu saja dengan waktu cepat. Bukankah banyak laki-laki bujang yang sudah bekerja, hidup sudah mapan, usia makin lanjut, tetapi masih menunda untuk menikah. Ada juga laki-laki yang maunya pacaran dulu, urusan jadi nikah atau enggak, itu belakangan.
Kesiapan itu seperti kesatuan yang utuh dari beberapa komponen pendukung. Ibarat mobil, supaya bisa melaju atau bergerak, harus punya beberapa perangkat seperti mesin, roda, kerangka bodi, bahan bakar serta yang paling penting 'tujuan'. Percuma punya kesemua perangkat pendukung tetapi tidak memiliki tujuan. Yang ada hidup hanya untuk bersenang-senang saja melulu. Umpamanya mobil, mobil itu asal bisa jalan, jalan saja dulu, tanpa adanya target lokasi pencapaian, mau di bawa kemana itu kendaraan?
Namun, kembali lagi, tidak bisa disalahkan sepenuhnya pada ikhwan. Sebab, barangkali penghambat bukan berasal dari faktor dari dalam diri, melainkan dari luar. Misalnya, orangtua yang mau putranya lulus kuliah dulu (buat yang masih kuliah), orangtua mau anaknya kerja dulu yang tetap (kalau yang baru lulus dan dapat kerja), punya rumah dulu, S2 dulu, dan sebagainya. Ikhwannya sudah siap, tetapi ada saja hal yang harus diupayakan terlebih dahulu. Bahkan, penundaan justru bisa datang, bukan dari pihak laki-laki, melainkan dari pihak perempuannya.
Yang paling menyedihkan, saat tindakan keseriusan sudah dilayangkan secara halus atau nyata. Segala jurus pendiaman dan respon 'gayung tanpa bersambut' bisa saja dirasakan oleh laki-laki. Setelah ditelusuri, rupanya perempuan ini sudah memiliki calon, non-khitbah (baca: pacaran). Yang seperti ini, lebih baik segera 'balik kanan bubar jalan' alias ditinggalkan.
Baru niatan dalam hati saja tidak guna, baru berani bilang, "saya mau mengenal kamu lebih dekat" saja tidak cukup. Baru berani nembak buat yang barangkali mau pacaran dulu (tidak direkomendasikan dalam Islam) saja tidak bisa disebut gentleman, dong.
Ada sebuah ungkapan manis, "Lebih baik mempersiapkan kualitas diri yang lebih hebat lagi, daripada lelah-lelah menentukan pilihan saat ini". Sebab, yang telah dipilih juga belum tentu rezeki, jika Allah menghendaki, karena Allah Maha Pembolak-balik hati manusia.
Sabar ya buat para ikhwan. Mending ngaji lagi dah.
*****
Ilustrasi (Foto: qimta.deviantart)
Tak perlu engkau bertanya mengapa diri jarang atau tak pernah mau diajak keluyuran sembarangan bersama kolega. Masa muda hanya sebentar kawan, tidakkah kau merasa rugi bila membuang waktu berharga dan terlena dalam aktivitas canda yang terlalu gegap gempita.
Terlebih mengisi waktu dengan kegiatan yang bagiku tak bermakna seperti kongkow-kongkow berkala. Terlalu singkat masa muda, sungguh waktu 10 tahun lamanya. Sejak menginjak usia 20 tahun, ya kepala dua (2X), dari usia 20-29 adalah masa-masa seseorang paling berjaya.
Penulis katakan demikian, karena periode ini raga sangat optimal dan begitu dikatakan sebagai usia produktif untuk dapat mengejar cita-cita. Kau tahu kawan? Petani susah-susah dan lelah menanam tanaman di ladang, namun di kemudian hari ia bisa meraih sesuatu, memanen sesuatu yang ia lakukan ketika di awal waktu.
Jadi, jangan pernah jadi orang yang merugi. Banyak saja pekerjaan yang bisa kita cari ketika sudah sampai di rumah lebih awal. Membantu pekerjaan orangtua, merapikan kamar, membuang file-file tak berguna di hard disk PC atau laptop, membaca buku dan banyak aktivitas lainnya. Lebih bagus lagi bila perbanyak dzikir & tadarus.
Coba lihat telapak tanganmu, wajah cantik atau gantengmu, masih sangat kencang, kulit masih sangat sehat dan kuat, otot masih prima serta bisa bergerak lebih cepat, lebih gesit. Apakah kau pernah melihat seorang kakek & nenek renta? Bayangkan itu adalah kita, ya 40-50 tahun lagi. Itu juga kalau kita masih diberikan umur oleh-Nya.
Apa yang kita sudah persiapkan kawan? Sebelum datang masa tua, sebelum datang lemah & sakit, sebelum datang penyesalan, sebelum datang ajal, masihkah kita ingin menunda-nunda.
Menunda-nunda dari keputusan yang disertai rasa ikhlas Lillahita'ala. Misalnya, buat perempuan, kapan kau mulai siap mengenakan kerudung untuk menutup aurat? Bukan sekadar hijab yang menutup rambut kepala atau kain pelapis kulit yang membentuk lekukan pengundang syahwat, tetapi penutup yang benar-benar menghalangi terumbarnya aurat, menutup rapat-rapat dari bidikan mata liar & itikad maksiat lawan jenis yang ingin berbuat jahat.
Buat laki-laki, yang masih berusia kepala 2X. Penulis barangkali mewakili dari segenap jeritan hati para ikhwan. Kami tidak ingin sampai tidak menikah (buat yang normal ya). Adalah keinginan kami untuk segera melamar salah satu dari yang terbaik dari jenis kalian.
Bila saja uang bagaikan cheat pada game The Sims, yang tinggal ketik & enter kemudian bertambah saldo tabungan. Bila saja mendapatkan pekerjaan idaman, yang halal tentunya, semudah membalikan telapak tangan. Bila saja merampungkan kuliah S1 atau barangkali S2 secepat menanti kereta yang berhenti di setiap stasiun Jabodetabek.
Dan, bila saja restu atau dukungan orangtua sesingkat memetik buah Mangga di pohon tetangga (eh ga boleh nyuri ya). Seyogianya kami sudah siap melantunkan kata pinangan kepada orangtua sang perempuan.
Tetapi dan tetapi (masih saja ada tapinya yang perlu perempuan ketahui). Adalah mental menuju 'dewasa sempurna' yang sangat tidak bisa dicapai begitu saja dengan waktu cepat. Bukankah banyak laki-laki bujang yang sudah bekerja, hidup sudah mapan, usia makin lanjut, tetapi masih menunda untuk menikah. Ada juga laki-laki yang maunya pacaran dulu, urusan jadi nikah atau enggak, itu belakangan.
Kesiapan itu seperti kesatuan yang utuh dari beberapa komponen pendukung. Ibarat mobil, supaya bisa melaju atau bergerak, harus punya beberapa perangkat seperti mesin, roda, kerangka bodi, bahan bakar serta yang paling penting 'tujuan'. Percuma punya kesemua perangkat pendukung tetapi tidak memiliki tujuan. Yang ada hidup hanya untuk bersenang-senang saja melulu. Umpamanya mobil, mobil itu asal bisa jalan, jalan saja dulu, tanpa adanya target lokasi pencapaian, mau di bawa kemana itu kendaraan?
Namun, kembali lagi, tidak bisa disalahkan sepenuhnya pada ikhwan. Sebab, barangkali penghambat bukan berasal dari faktor dari dalam diri, melainkan dari luar. Misalnya, orangtua yang mau putranya lulus kuliah dulu (buat yang masih kuliah), orangtua mau anaknya kerja dulu yang tetap (kalau yang baru lulus dan dapat kerja), punya rumah dulu, S2 dulu, dan sebagainya. Ikhwannya sudah siap, tetapi ada saja hal yang harus diupayakan terlebih dahulu. Bahkan, penundaan justru bisa datang, bukan dari pihak laki-laki, melainkan dari pihak perempuannya.
Yang paling menyedihkan, saat tindakan keseriusan sudah dilayangkan secara halus atau nyata. Segala jurus pendiaman dan respon 'gayung tanpa bersambut' bisa saja dirasakan oleh laki-laki. Setelah ditelusuri, rupanya perempuan ini sudah memiliki calon, non-khitbah (baca: pacaran). Yang seperti ini, lebih baik segera 'balik kanan bubar jalan' alias ditinggalkan.
Baru niatan dalam hati saja tidak guna, baru berani bilang, "saya mau mengenal kamu lebih dekat" saja tidak cukup. Baru berani nembak buat yang barangkali mau pacaran dulu (tidak direkomendasikan dalam Islam) saja tidak bisa disebut gentleman, dong.
Ada sebuah ungkapan manis, "Lebih baik mempersiapkan kualitas diri yang lebih hebat lagi, daripada lelah-lelah menentukan pilihan saat ini". Sebab, yang telah dipilih juga belum tentu rezeki, jika Allah menghendaki, karena Allah Maha Pembolak-balik hati manusia.
Sabar ya buat para ikhwan. Mending ngaji lagi dah.
*****
Ilustrasi (Foto: qimta.deviantart)
Comments
Post a Comment