Tiba-tiba alunan tembang pemenang X-factor, perempuan berkerudung yang menanyikan lagu berjudul Dia Dia Dia mengusik sebuah ruang sunyi. Ruang yang hanya si empunya yang bisa merasakan dan berisi banyak seliweran pikiran.
Tentu engkau tahu bagaimana rasanya berada dalam keadaan sendiri menyepi. Saat tidak ada orang yang mengetahui apa yang engkau rasakan, pikirkan, pun orang tidak tahu apa yang kau lakukan, kecuali Sang Maha Mengetahui.
Tembang yang dinyanyikan itu sepertinya biasa, namun sedikit potongan lirik yang cukup menyentil. Tidak untuk diumbar dimuka, penulis tidak suka banyak berkata lewat verbal, biarkan ketikan teks sederhana ini yang berbicara.
Mungkin engkau pernah merasakan jatuh hati? atau paling tidak, samar-samar sudah menentukan calon terbaik yang hadir dalam kehidupan kau saat ini. Saat lidah menjadi kaku, jari terasa beku saat menuliskan sesuatu, perilaku barangkali jadi tidak menentu.
Dengan tanda-tanda tersebut, bersyukurlah bahwa kau masih waras. Seperti masih ada butir-butir kasmaran remaja yang telah berlalu beberapa tahun lalu. Akan tetapi, kau kini sudah semakin menua dan mendewasa, semoga.
Tentu bukan 'virus merah jambu' seperti yang digambarkan di salah satu sinetron televisi swasta atau kisah dalam novel yang penuh dengan sandiwara. Semakin bertambah usia justru kau semakin sadar apa yang harus kau perbuat untuk masa depanmu, selain urusan karir atau kerja.
"Ah sial!," celoteh suara yang bersumber dari ruang sempit. Andai dia belum menikah, pasti sudah ku datangi rumah orangtuanya beberapa tahun lagi. Bodoh kau, jodoh tidak butuh penantian waktu. Bukan pula seperti istilah 'siapa cepat dia dapat', tetapi cenderung 'siapa siap dia bersegera menjemput'.
Toh, meskipun dia masih sendiri atau sudah punya calon atau pacar saat ini, belum tentu 'jadi' apabila kau tidak ditakdirkan bersama dengannya. Ruang sempit ini memang pandai mencari keluhan demi keluhan. Namun, ada hikmah yang bisa dipetik dari apapun jenis peristiwa.
Berarti kau harus lebih siap dan mempersiapkan diri untuk masa depan, terutama ilmu sebagai bekal. Lelaki itu sudah diberikan karunia untuk memilih, bukan dipilih. Maka, setiap rezeki yang telah digariskan-Nya tidak akan pernah tertukar. Ini hanya soal ikhtiar dan do'a.
Bagaimana bila telah tiba masanya, saat pengukuran kesiapan diri sudah terasa cukup, dorongan orangtua sudah terlihat, apa lagi yang kau tunggu? "Tampaknya tidak ada lagi yang harus ditunggu. Kandidat telah disiapkan-Nya di ujung waktu pasca benar-benar siap, bukan yang mungkin hadir sepintas kemudian berlalu sekarang atau kemarin," gumam dalam hati.
Ingat Usia Bro
Apa yang menarik dari menikah muda? Hmm, seperti sebuah pertanyaan konyol yang ditanyakan orang yang belum menikah dan dijawab pula oleh orang yang belum menikah.
Perumpamaannya begini, memangnya seseorang harus sudah punya mobil mewah untuk bisa menjelaskan kenyamanan mengendarai mobil mewah tersebut? "Beruntunglah seorang supir pribadi yang setiap hari mengendarai mobil mewah majikannya," ujar dalam hati.
Nah, jadi begini sobat, mari berpikir logis. Sebagai muslim kita sepakat, kita setuju kalau nikah itu ibadah. Nikah itu bisa lebih mendekatkan engkau kepada Allah. Selain itu, barangkali, menjadi sandangan status 'aman' saat engkau kondangan nikahan teman atau saudaramu dan kau bisa terhindar dari pertanyaan orang, "kapan nyusul?". Hanya sekedar Intermezzo saja kawan, hehehe.
Ingat usia bro, begini, bisakah kita rata-ratakan usia manusia itu sekira 65-70 tahun? yap, kemudian, apakah kau berhasil menghitung dosa yang kau perbuat dari usia akil baligh sampai usia kau saat ini? Taruhlah masa akil baligh usia 15 tahun. Beberapa mungkin pernah melakukan aktivitas pacaran dengan non-mahram selama beberapa tahun.
Terlepas dari apapun bentuk pacarannya, gaya pacarannya dan kegiatan-kegiatan serupa lainnya, parameter dosa akan bertambah pula bukan? seiring ragam zina yang sulit kau hindari, saat belum menikah.
Judulnya, ingat usia bro! Apakah engkau rela usia hingga 65 tahun (umpamanya), kau hanya merasakan masa indah pernikahan, menua bersama anak-anak kesayanganmu hanya dalam waktu beberapa puluh tahun? Kalau bisa lebih awal kenapa tidak? kan begitu toh logikanya.
Meskipun demikian, sebagai muslim kita tentu percaya akan ada kehidupan setelah kematian. Semoga berkumpul kembali bersama istri atau suami, keluarga dan anak-anak kelak, aamiin.
Di samping perempuan secara medis paling ideal dan matang di usia 25 tahun, maka itu menjadi salah satu indikasi bahwa bersegera itu perlu ketimbang menunda.
Semakin awal nikah, maka pintu zina tertutup rapat dan pahala justru semakin berlipat. Bagaimana bila sebaliknya bro? Bila belum menikah, ya celah zina atau maksiat terbuka sangat lebar bro. Bukannya pahala yang didapat malah jadi memperbanyak dosa.
Yang enggak pacaran saja bisa kena fitnah, apalagi yang punya pacar tapi belum dilamar-lamar atau bahkan pacaran hingga bertahun-tahun. Pembahasan mengenai dampak pacaran sudah banyak diungkap di seminar, buku atau ceramah di TV atau internet.
Yang menyedihkan ialah, saat status memiliki pacar justru menghentikan langkah seorang pria lain yang lebih dahulu siap untuk melamar sang gadis. Status memiliki pacar barangkali menjadi 'boomerang' bagi diri perempuan atau laki-laki, yang seharusnya sudah mendapatkan kepastian cinta suci yang lebih mulia.
*****
(Foto: Cover Bukunya Ust. Salim A. Fillah)
Tentu engkau tahu bagaimana rasanya berada dalam keadaan sendiri menyepi. Saat tidak ada orang yang mengetahui apa yang engkau rasakan, pikirkan, pun orang tidak tahu apa yang kau lakukan, kecuali Sang Maha Mengetahui.
Tembang yang dinyanyikan itu sepertinya biasa, namun sedikit potongan lirik yang cukup menyentil. Tidak untuk diumbar dimuka, penulis tidak suka banyak berkata lewat verbal, biarkan ketikan teks sederhana ini yang berbicara.
Mungkin engkau pernah merasakan jatuh hati? atau paling tidak, samar-samar sudah menentukan calon terbaik yang hadir dalam kehidupan kau saat ini. Saat lidah menjadi kaku, jari terasa beku saat menuliskan sesuatu, perilaku barangkali jadi tidak menentu.
Dengan tanda-tanda tersebut, bersyukurlah bahwa kau masih waras. Seperti masih ada butir-butir kasmaran remaja yang telah berlalu beberapa tahun lalu. Akan tetapi, kau kini sudah semakin menua dan mendewasa, semoga.
Tentu bukan 'virus merah jambu' seperti yang digambarkan di salah satu sinetron televisi swasta atau kisah dalam novel yang penuh dengan sandiwara. Semakin bertambah usia justru kau semakin sadar apa yang harus kau perbuat untuk masa depanmu, selain urusan karir atau kerja.
"Ah sial!," celoteh suara yang bersumber dari ruang sempit. Andai dia belum menikah, pasti sudah ku datangi rumah orangtuanya beberapa tahun lagi. Bodoh kau, jodoh tidak butuh penantian waktu. Bukan pula seperti istilah 'siapa cepat dia dapat', tetapi cenderung 'siapa siap dia bersegera menjemput'.
Toh, meskipun dia masih sendiri atau sudah punya calon atau pacar saat ini, belum tentu 'jadi' apabila kau tidak ditakdirkan bersama dengannya. Ruang sempit ini memang pandai mencari keluhan demi keluhan. Namun, ada hikmah yang bisa dipetik dari apapun jenis peristiwa.
Berarti kau harus lebih siap dan mempersiapkan diri untuk masa depan, terutama ilmu sebagai bekal. Lelaki itu sudah diberikan karunia untuk memilih, bukan dipilih. Maka, setiap rezeki yang telah digariskan-Nya tidak akan pernah tertukar. Ini hanya soal ikhtiar dan do'a.
Bagaimana bila telah tiba masanya, saat pengukuran kesiapan diri sudah terasa cukup, dorongan orangtua sudah terlihat, apa lagi yang kau tunggu? "Tampaknya tidak ada lagi yang harus ditunggu. Kandidat telah disiapkan-Nya di ujung waktu pasca benar-benar siap, bukan yang mungkin hadir sepintas kemudian berlalu sekarang atau kemarin," gumam dalam hati.
Ingat Usia Bro
Apa yang menarik dari menikah muda? Hmm, seperti sebuah pertanyaan konyol yang ditanyakan orang yang belum menikah dan dijawab pula oleh orang yang belum menikah.
Perumpamaannya begini, memangnya seseorang harus sudah punya mobil mewah untuk bisa menjelaskan kenyamanan mengendarai mobil mewah tersebut? "Beruntunglah seorang supir pribadi yang setiap hari mengendarai mobil mewah majikannya," ujar dalam hati.
Nah, jadi begini sobat, mari berpikir logis. Sebagai muslim kita sepakat, kita setuju kalau nikah itu ibadah. Nikah itu bisa lebih mendekatkan engkau kepada Allah. Selain itu, barangkali, menjadi sandangan status 'aman' saat engkau kondangan nikahan teman atau saudaramu dan kau bisa terhindar dari pertanyaan orang, "kapan nyusul?". Hanya sekedar Intermezzo saja kawan, hehehe.
Ingat usia bro, begini, bisakah kita rata-ratakan usia manusia itu sekira 65-70 tahun? yap, kemudian, apakah kau berhasil menghitung dosa yang kau perbuat dari usia akil baligh sampai usia kau saat ini? Taruhlah masa akil baligh usia 15 tahun. Beberapa mungkin pernah melakukan aktivitas pacaran dengan non-mahram selama beberapa tahun.
Terlepas dari apapun bentuk pacarannya, gaya pacarannya dan kegiatan-kegiatan serupa lainnya, parameter dosa akan bertambah pula bukan? seiring ragam zina yang sulit kau hindari, saat belum menikah.
Judulnya, ingat usia bro! Apakah engkau rela usia hingga 65 tahun (umpamanya), kau hanya merasakan masa indah pernikahan, menua bersama anak-anak kesayanganmu hanya dalam waktu beberapa puluh tahun? Kalau bisa lebih awal kenapa tidak? kan begitu toh logikanya.
Meskipun demikian, sebagai muslim kita tentu percaya akan ada kehidupan setelah kematian. Semoga berkumpul kembali bersama istri atau suami, keluarga dan anak-anak kelak, aamiin.
Di samping perempuan secara medis paling ideal dan matang di usia 25 tahun, maka itu menjadi salah satu indikasi bahwa bersegera itu perlu ketimbang menunda.
Semakin awal nikah, maka pintu zina tertutup rapat dan pahala justru semakin berlipat. Bagaimana bila sebaliknya bro? Bila belum menikah, ya celah zina atau maksiat terbuka sangat lebar bro. Bukannya pahala yang didapat malah jadi memperbanyak dosa.
Yang enggak pacaran saja bisa kena fitnah, apalagi yang punya pacar tapi belum dilamar-lamar atau bahkan pacaran hingga bertahun-tahun. Pembahasan mengenai dampak pacaran sudah banyak diungkap di seminar, buku atau ceramah di TV atau internet.
Yang menyedihkan ialah, saat status memiliki pacar justru menghentikan langkah seorang pria lain yang lebih dahulu siap untuk melamar sang gadis. Status memiliki pacar barangkali menjadi 'boomerang' bagi diri perempuan atau laki-laki, yang seharusnya sudah mendapatkan kepastian cinta suci yang lebih mulia.
*****
(Foto: Cover Bukunya Ust. Salim A. Fillah)
Comments
Post a Comment