PNS kepanjangan dari Pegawai Negeri Sipil. Katanya sih pegawai abdi negara. Bisa jadi, pengungkapan tersebut hanya istilah yang disematkan karena memang pekerjaannya menjadi bagian dari tenaga pekerja pemerintahan. Boleh jadi istilah tersebut hanya sekadar kalimat 'manis' bagi seseorang yang ingin terikat kerja dengan kementerian atau badan pemerintahan. Barangkali enggak 'ngabdi-ngabdi' amat tujuannya, melainkan posisi yang entah mengapa sepertinya semua orang ingin menjadi PNS melalui kompetensi tes CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil).
Mereka yang pernah gagal dalam tes tersebut, atau malas sebelum berjuang ke 'medan tempur', malas ngelihat bejibunnya persyaratan CPNS, atau menganggap gaji PNS kecil, atau lebih senang bekerja di perusahaan swasta atau wirausaha, mereka memiliki pandangannya masing-masing mengenai PNS. Citra PNS bisa dibentuk oleh media. Misalnya, pemberitaan mengenai beberapa PNS yang luntang-lantung di mall atau berita mengenai kecurangan, penyogokan pada saat proses seleksi CPNS.
Mereka yang apatis terhadap PNS mungkin berpikir 'apa enaknya menjadi PNS?'. Ditambah pemberitaan kurang sedap mengenai PNS makin memperburuk citra PNS. Sebagian orang mungkin menghujat, berpikir negatif, atau bahkan membenci pekerjaan sebagai PNS. Di lain sisi, PNS rupanya diidamkan, diimpikan dan diminati oleh para pencari kerja atau yang justru sudah bekerja di perusahaan swasta. Mungkin salah satunya Anda?
PNS diibaratkan smartphone BlackBerry. Kalau ada yang memperhatikan di salah satu media online terkemuka di Jakarta, BlackBerry selalu 'dihajar' melalui pemberitaan. Artinya, BlackBerry tampak dibenci sekaligus juga banyak diminati orang. Perumpamaan tersebut mungkin juga persis seperti PNS. PNS yang tampak 'dibenci' itu, justru terlihat diserbu oleh para pencari kerja, baik mereka yang baru lulus kuliah, jenjang SMA hingga jenjang S2.
Dengar-dengar dari cerita orang dahulu, PNS itu enggak terlalu banyak peminat. Bahkan, dahulu masuk PNS jauh lebih mudah ketimbang saat ini. Beberapa menceritakan, justru mereka yang dahulu sebagai PNS, berhenti dari pekerjaannya dan malah sulit terjun ke perusahaan swasta. Entah karena apa orang-orang dulu mungkin berpikir enggak seru jadi PNS. Namun bila melihat kondisi sekarang, puluhan ribu, ratusan ribu atau bahkan jutaan orang Warga Negara Indonesia rela mantengin website untuk bisa mendapatkan informasi tentang CPNS.
Keberminatan seseorang untuk bekerja sebagai PNS bisa muncul dari berbagai faktor, mulai dari dalam diri serta dorongan luar. Keinginan dari dalam diri umumnya datang dari proses mikir, memilah-milih serta mempertimbangkan 'keamanan' finansial di hari tua, termasuk urusan gaji pensiun. Ini bisa muncul dari anggapan bahwa menjadi PNS, artinya beban atau tanggungan biaya hidup bisa didukung oleh pemerintah/negara.
Ibarat 'nyender' di bangunan kokoh, maka kecil sekali kemungkinan untuk PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) bagi PNS dibandingkan perusahaan yang bisa saja bangkrut suatu waktu atau bermasalah yang menyebabkan pemangkasan karyawan. Negara akan terus berdiri dan mungkin separah-parahnya, hanya dimutasikan ke daerah lain, barangkali begitu.
Tanpa perlu banyak menyebut keuntungan atau enaknya menjadi PNS, keinginan dalam diri selain 'niat mengabdi terhadap negara', menjadi PNS atau berusaha mengikuti segala prosedur syaratnya untuk bisa menjadi PNS menurut penulis ialah sebagai keputusan yang cerdas. Siapa yang tidak ingin masuk kantor jam sekian dan pulang kantor jam sekian dengan waktu yang terjadwal jelas, libur pada sabtu dan minggu dan tanggal merah, hari raya, cuti bersama serta tunjangan THR maupun gaji ketigabelas?
Dengan waktu, ritme kerja yang lebih 'longgar', tidak menutup kemungkinan untuk lanjut jenjang pendidikan berikutnya atau barangkali mencoba beasiswa. Dan, buat yang sudah menikah, punya suami/istri/anak/keluarga, menjadi PNS bisa memiliki waktu lebih banyak untuk berkumpul bersama keluarga, ibadah yang mampu lebih ditingkatkan dan barangkali menjalankan aktivitas usaha lainnya.
Kalau dorongan dari luar, mungkin lingkungan anggota keluarga yang sebagian merupakan PNS, bisa ayah, ibu atau saudara. Sehingga, sedikit banyaknya bisa terpengaruh untuk ingin juga bekerja sebagai PNS. Meskipun penjabaran ini barangkali hanya yang manis-manisnya saja terlihat, seperti apa dalamnya dalam kehidupan PNS mungkin belum diketahui. Namun, banyaknya orang yang ingin menjadi CPNS sudah menjadi jawaban tersendiri mengapa pekerjaan itu teramat difavoritkan saat ini.
Dari sekian ribu pelamar, biasanya di kementerian atau badan negara menyediakan hanya satu atau beberapa slot posisi yang dibutuhkan. Kedengarannya kurang masuk akal memang. Kalau mau berpikir realistis, setiap tahun jumlah lulusan SMA sampai jenjang S2 pasti terus ada dan bertambah. Sedangkan, alokasi formasi posisi PNS setiap tahun yang diperlukan umumnya hanya satu atau dua, meski tersebar sesuai bidang atau jurusan studinya.
PNS dianggap sebagai pekerjaan favorit dan barangkali 'membanggakan'. Bagaimana tidak, dari sekian ribu yang diterima hanya segelintir orang melalui tes CPNS. Kalau dilihat-lihat soal CPNS, apa itu misalnya TKD (Tes Kemampuan Dasar) di dalamnya ada bermacam-macam soal unik, tampaknya memang tidak mudah.
Menjadi PNS dan ikut serta berkompetisi menjadi CPNS, merupakan pilihan. Enggak ada yang salah dalam setiap pilihan itu selama niat untuk mencari uang halal untuk mencukupi kebutuhan dan keperluan keluarga, barangkali biaya bagi mereka yang sudah menikah dan memiliki anak. Ada juga orangtua yang mendorong anaknya untuk menjadi PNS terlebih dahulu atau mendapatkan jodoh seorang PNS sebagai salah satu bukti kesiapan dalam membina rumah tangga.
Bukan berarti mereka yang sudah bekerja, memiliki jabatan, berpangkat tinggi misalnya di perusahaan swasta adalah salah. Setiap orang lagi-lagi memiliki pilihan hidup, termasuk memilih pekerjaan, apalagi mereka yang masih muda atau berusia produktif. Idealisme memilih pekerjaan memang perlu dipegang, yang berbeda-beda bagi tiap orang. Idealisme seperti tenaga untuk tetap bertahan memegang keyakinan prinsip, atau justru rela melepas idealisme karena alasan logis.
"Cerdas itu anugerah bagi setiap individu, tetapi berpikir cerdas adalah pilihan".
*****
(Foto: Bikin sendiri pakai Paint)
Mereka yang pernah gagal dalam tes tersebut, atau malas sebelum berjuang ke 'medan tempur', malas ngelihat bejibunnya persyaratan CPNS, atau menganggap gaji PNS kecil, atau lebih senang bekerja di perusahaan swasta atau wirausaha, mereka memiliki pandangannya masing-masing mengenai PNS. Citra PNS bisa dibentuk oleh media. Misalnya, pemberitaan mengenai beberapa PNS yang luntang-lantung di mall atau berita mengenai kecurangan, penyogokan pada saat proses seleksi CPNS.
Mereka yang apatis terhadap PNS mungkin berpikir 'apa enaknya menjadi PNS?'. Ditambah pemberitaan kurang sedap mengenai PNS makin memperburuk citra PNS. Sebagian orang mungkin menghujat, berpikir negatif, atau bahkan membenci pekerjaan sebagai PNS. Di lain sisi, PNS rupanya diidamkan, diimpikan dan diminati oleh para pencari kerja atau yang justru sudah bekerja di perusahaan swasta. Mungkin salah satunya Anda?
PNS diibaratkan smartphone BlackBerry. Kalau ada yang memperhatikan di salah satu media online terkemuka di Jakarta, BlackBerry selalu 'dihajar' melalui pemberitaan. Artinya, BlackBerry tampak dibenci sekaligus juga banyak diminati orang. Perumpamaan tersebut mungkin juga persis seperti PNS. PNS yang tampak 'dibenci' itu, justru terlihat diserbu oleh para pencari kerja, baik mereka yang baru lulus kuliah, jenjang SMA hingga jenjang S2.
Dengar-dengar dari cerita orang dahulu, PNS itu enggak terlalu banyak peminat. Bahkan, dahulu masuk PNS jauh lebih mudah ketimbang saat ini. Beberapa menceritakan, justru mereka yang dahulu sebagai PNS, berhenti dari pekerjaannya dan malah sulit terjun ke perusahaan swasta. Entah karena apa orang-orang dulu mungkin berpikir enggak seru jadi PNS. Namun bila melihat kondisi sekarang, puluhan ribu, ratusan ribu atau bahkan jutaan orang Warga Negara Indonesia rela mantengin website untuk bisa mendapatkan informasi tentang CPNS.
Keberminatan seseorang untuk bekerja sebagai PNS bisa muncul dari berbagai faktor, mulai dari dalam diri serta dorongan luar. Keinginan dari dalam diri umumnya datang dari proses mikir, memilah-milih serta mempertimbangkan 'keamanan' finansial di hari tua, termasuk urusan gaji pensiun. Ini bisa muncul dari anggapan bahwa menjadi PNS, artinya beban atau tanggungan biaya hidup bisa didukung oleh pemerintah/negara.
Ibarat 'nyender' di bangunan kokoh, maka kecil sekali kemungkinan untuk PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) bagi PNS dibandingkan perusahaan yang bisa saja bangkrut suatu waktu atau bermasalah yang menyebabkan pemangkasan karyawan. Negara akan terus berdiri dan mungkin separah-parahnya, hanya dimutasikan ke daerah lain, barangkali begitu.
Tanpa perlu banyak menyebut keuntungan atau enaknya menjadi PNS, keinginan dalam diri selain 'niat mengabdi terhadap negara', menjadi PNS atau berusaha mengikuti segala prosedur syaratnya untuk bisa menjadi PNS menurut penulis ialah sebagai keputusan yang cerdas. Siapa yang tidak ingin masuk kantor jam sekian dan pulang kantor jam sekian dengan waktu yang terjadwal jelas, libur pada sabtu dan minggu dan tanggal merah, hari raya, cuti bersama serta tunjangan THR maupun gaji ketigabelas?
Dengan waktu, ritme kerja yang lebih 'longgar', tidak menutup kemungkinan untuk lanjut jenjang pendidikan berikutnya atau barangkali mencoba beasiswa. Dan, buat yang sudah menikah, punya suami/istri/anak/keluarga, menjadi PNS bisa memiliki waktu lebih banyak untuk berkumpul bersama keluarga, ibadah yang mampu lebih ditingkatkan dan barangkali menjalankan aktivitas usaha lainnya.
Kalau dorongan dari luar, mungkin lingkungan anggota keluarga yang sebagian merupakan PNS, bisa ayah, ibu atau saudara. Sehingga, sedikit banyaknya bisa terpengaruh untuk ingin juga bekerja sebagai PNS. Meskipun penjabaran ini barangkali hanya yang manis-manisnya saja terlihat, seperti apa dalamnya dalam kehidupan PNS mungkin belum diketahui. Namun, banyaknya orang yang ingin menjadi CPNS sudah menjadi jawaban tersendiri mengapa pekerjaan itu teramat difavoritkan saat ini.
Dari sekian ribu pelamar, biasanya di kementerian atau badan negara menyediakan hanya satu atau beberapa slot posisi yang dibutuhkan. Kedengarannya kurang masuk akal memang. Kalau mau berpikir realistis, setiap tahun jumlah lulusan SMA sampai jenjang S2 pasti terus ada dan bertambah. Sedangkan, alokasi formasi posisi PNS setiap tahun yang diperlukan umumnya hanya satu atau dua, meski tersebar sesuai bidang atau jurusan studinya.
PNS dianggap sebagai pekerjaan favorit dan barangkali 'membanggakan'. Bagaimana tidak, dari sekian ribu yang diterima hanya segelintir orang melalui tes CPNS. Kalau dilihat-lihat soal CPNS, apa itu misalnya TKD (Tes Kemampuan Dasar) di dalamnya ada bermacam-macam soal unik, tampaknya memang tidak mudah.
Menjadi PNS dan ikut serta berkompetisi menjadi CPNS, merupakan pilihan. Enggak ada yang salah dalam setiap pilihan itu selama niat untuk mencari uang halal untuk mencukupi kebutuhan dan keperluan keluarga, barangkali biaya bagi mereka yang sudah menikah dan memiliki anak. Ada juga orangtua yang mendorong anaknya untuk menjadi PNS terlebih dahulu atau mendapatkan jodoh seorang PNS sebagai salah satu bukti kesiapan dalam membina rumah tangga.
Bukan berarti mereka yang sudah bekerja, memiliki jabatan, berpangkat tinggi misalnya di perusahaan swasta adalah salah. Setiap orang lagi-lagi memiliki pilihan hidup, termasuk memilih pekerjaan, apalagi mereka yang masih muda atau berusia produktif. Idealisme memilih pekerjaan memang perlu dipegang, yang berbeda-beda bagi tiap orang. Idealisme seperti tenaga untuk tetap bertahan memegang keyakinan prinsip, atau justru rela melepas idealisme karena alasan logis.
"Cerdas itu anugerah bagi setiap individu, tetapi berpikir cerdas adalah pilihan".
*****
(Foto: Bikin sendiri pakai Paint)
Comments
Post a Comment