Miss World? apa bedanya dengan Miss Universe? entahlah, yang pasti dua-duanya sebagai sebuah ajang yang pesertanya diikuti oleh kaum hawa. Sepertinya tidak ada perbedaan di antara keduanya. Bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia, mungkin lebih kurang begini, Miss World, Nona Dunia dan Miss Universe ialah Nona Alam Semesta. Cakupan dua-duanya boleh jadi sama, dunia dan alam semesta apa bedanya? atau jangan-jangan tampak alam semesta mencakup perempuan dari luar Bumi? ckck..
Terlepas dari pemahaman apa itu Miss World atau Miss Universe, yang perlu diperhatikan ialah esensi dari acara itu sendiri. Kalau kata pengusaha yang gelar itu acara, positifnya ajang ini bisa mendatangkan devisa atau pemasukan bagi negara yang menjadi tuan rumah. Selain itu, bisa juga semakin memperkenalkan budaya Indonesia misalnya kepada negara luar.
Menurut sebagian kelompok, justru acara ini yang menjatuhkan harkat dan martabat perempuan itu sendiri. Bagaimana tidak, poin kecantikan tampak selalu lebih mendominasi dibandingkan 'isi otak' atau kemampuan maupun keterampilan lainnya. Wajar, mata manusia gak bisa dibohongi saat melihat wajah perempuan. Mereka bisa menilai bahwa wajah itu rupawan atau 'biasa'.
Pada akhirnya, asal usul mengapa ajang pamer kecantikan ini bisa muncul sudah bisa diterka, yaitu manusia pengagum keindahan fisik semata. Barangkali kemudian, dinilai aspek lainnya yang mendukung kontestan sebagai perempuan terunggul di muka Bumi, mungkin bisa dikatakan demikian. Dan, kenapa perempuan? kenapa bukan laki=laki? dan, mengapa di iklan produk barang atau pameran otomotif misalnya, selalu ada perempuan menjadi bagian yang tidak terpisahkan?
Mungkin sebagian sependapat, karena perempuan itu identik dengan yang namanya cantik, indah, menarik dan diharapkan bisa makin mempromosikan barang atau produk. Maka, tak aneh bila perempuan di tempatkan pada posisi 'pemanis' dari sebuah produk. Dan, itu adalah upaya memikat yang sengaja dipekerjakan oleh si pemilik produk. Apa bedanya dengan Miss World? perempuan dalam konteks ini seolah bisa menjadi 'alat' yang digunakan untuk promosi serta mengonstruksi standardisasi (rada ngikut vicky-nisasi) kecantikan perempuan.
Konyol gak sih? cuma pengusaha yang diuntungkan dari pergelaran acara semacam itu. Publik yang cuma bisa nonton di televisi hanya memposisikan diri sebagai 'si cukup tahu', bahwa, oh ini toh perempuan muda perwakilan dari negara a,b,d sampai z. Ya, cuma gitu doang, cuma.
Apa esensinya? perhelatan yang tampak sejarahnya berasal dari 'zamah jahiliyah' itu, masih dilestarikan sampai era modernisasi saat ini. Yang mungkin dahulu, bagaimana event ini bisa hadir ialah di latar belakangi atas keinginan ingin menjadi 'yang paling cantik' di antara yang cantik. Lebih kurang demikian. Padahal, merasa ingin terlihat lebih 'wah' di antara sesama itu tidak jauh dari perasaan takabur atau sombong.
Pernah dengar ungkapan, sombong ialah awal dari kehancuran. Maka, tunggulah kehancuran itu akan datang pada saatnya. Dan, pergelaran tersebut hanya tampak sebagai sesuatu yang mubazir, buang-buang waktu, gak penting. Lumrahkan, kalau ada yang menentang, kalau ada yang kontra terhadap event semacam itu. Terutama, mereka yang memang memiliki perhatian terhadap harkat dan martabat seorang wanita, siapa mereka? ya, salah satunya mereka yang berteriak lantang ketika aksi demonstrasi yang pernah di terjadi di Jakarta.
Siapa mereka? beberapa ormas Islam yang terkemuka di Tanah Air, serta beberapa kalangan parpol serta pejabat pun ikut dalam aksi damai tersebut. Tidak sedikit terdengar cemoohan dan celaan terhadap 'perjuangan sederhana' itu. Justru hal yang baik, mencegah atau paling tidak menunjukkan reaksi terhadap adanya bentuk 'penistaan terhadap perempuan' itu, malah mendapat banyak komentar ejekan, ledekan dan sebagainya.
Atau, memang kita yang munafik dan lebih hina dibanding mereka yang bersuara keras memperjuangkan tentang harga diri perempuan. Sebagian berpikir apatis, dan tidak perduli atau cukup dalam hati mendukung upaya perjuangan mereka, bahkan mendoakan. Sikap ini mungkin jauh lebih baik, ketimbang mengeluarkan kata-kata celaan.
Munculnya Miss World Muslimah 2013 baru-baru ini juga disebut-sebut sebagai 'tandingan' dari Miss World. Dilihat dari segi apapun, yang namanya ajang kontestan yang memamerkan sesuatu kelebihan, acara-acara seperti itu hanya dimanfaatkan oleh si promotor sebagai 'mesin pengeruk keuntungan'. Coba dipikirkan, apakah esensi acara World Muslimah 2013 yang katanya sudah digelar ketiga kalinya itu bisa mendorong, menginspirasi para perempuan di seluruh dunia untuk semakin baik dalam hal ibadah, makin rajin shalat tepat waktu, makin banyak hafalan Quran dan sebagainya?
Korelasi antara pergelaran Miss World Muslimah dengan tingkat ketakwaan orang yang menyaksikannya sepertinya menarik itu bila dilakukan penelitian misalnya oleh mahasiswa untuk skripsi. Kalau ternyata tidak ada hubungannya, maka acara Miss World Muslimah juga hanya sebagai acara sia-sia, yang mungkin hanya mendompleng nama si perempuan saja yang dinobatkan sebagai pemenang dan menjadi tenar.
Ingat, seseorang yang shalehah, ketakwaan dan ibadah, fasih ngaji Quran atau berkerudungnya tidak perlu dipamer-pamerkan ke banyak orang. Urusan ibadahnya cukup dirinya sendiri dengan Allah SWT yang tahu. Justru seorang Muslim atau Muslimah sejati, tak bakal mau mengikuti ajang-ajang glamor semacam itu. Cukuplah kecantikan-kecantikan itu hanya untuk suaminya saja.
*****
(Foto: Nyari-nyari di Google)
Terlepas dari pemahaman apa itu Miss World atau Miss Universe, yang perlu diperhatikan ialah esensi dari acara itu sendiri. Kalau kata pengusaha yang gelar itu acara, positifnya ajang ini bisa mendatangkan devisa atau pemasukan bagi negara yang menjadi tuan rumah. Selain itu, bisa juga semakin memperkenalkan budaya Indonesia misalnya kepada negara luar.
Menurut sebagian kelompok, justru acara ini yang menjatuhkan harkat dan martabat perempuan itu sendiri. Bagaimana tidak, poin kecantikan tampak selalu lebih mendominasi dibandingkan 'isi otak' atau kemampuan maupun keterampilan lainnya. Wajar, mata manusia gak bisa dibohongi saat melihat wajah perempuan. Mereka bisa menilai bahwa wajah itu rupawan atau 'biasa'.
Pada akhirnya, asal usul mengapa ajang pamer kecantikan ini bisa muncul sudah bisa diterka, yaitu manusia pengagum keindahan fisik semata. Barangkali kemudian, dinilai aspek lainnya yang mendukung kontestan sebagai perempuan terunggul di muka Bumi, mungkin bisa dikatakan demikian. Dan, kenapa perempuan? kenapa bukan laki=laki? dan, mengapa di iklan produk barang atau pameran otomotif misalnya, selalu ada perempuan menjadi bagian yang tidak terpisahkan?
Mungkin sebagian sependapat, karena perempuan itu identik dengan yang namanya cantik, indah, menarik dan diharapkan bisa makin mempromosikan barang atau produk. Maka, tak aneh bila perempuan di tempatkan pada posisi 'pemanis' dari sebuah produk. Dan, itu adalah upaya memikat yang sengaja dipekerjakan oleh si pemilik produk. Apa bedanya dengan Miss World? perempuan dalam konteks ini seolah bisa menjadi 'alat' yang digunakan untuk promosi serta mengonstruksi standardisasi (rada ngikut vicky-nisasi) kecantikan perempuan.
Konyol gak sih? cuma pengusaha yang diuntungkan dari pergelaran acara semacam itu. Publik yang cuma bisa nonton di televisi hanya memposisikan diri sebagai 'si cukup tahu', bahwa, oh ini toh perempuan muda perwakilan dari negara a,b,d sampai z. Ya, cuma gitu doang, cuma.
Apa esensinya? perhelatan yang tampak sejarahnya berasal dari 'zamah jahiliyah' itu, masih dilestarikan sampai era modernisasi saat ini. Yang mungkin dahulu, bagaimana event ini bisa hadir ialah di latar belakangi atas keinginan ingin menjadi 'yang paling cantik' di antara yang cantik. Lebih kurang demikian. Padahal, merasa ingin terlihat lebih 'wah' di antara sesama itu tidak jauh dari perasaan takabur atau sombong.
Pernah dengar ungkapan, sombong ialah awal dari kehancuran. Maka, tunggulah kehancuran itu akan datang pada saatnya. Dan, pergelaran tersebut hanya tampak sebagai sesuatu yang mubazir, buang-buang waktu, gak penting. Lumrahkan, kalau ada yang menentang, kalau ada yang kontra terhadap event semacam itu. Terutama, mereka yang memang memiliki perhatian terhadap harkat dan martabat seorang wanita, siapa mereka? ya, salah satunya mereka yang berteriak lantang ketika aksi demonstrasi yang pernah di terjadi di Jakarta.
Siapa mereka? beberapa ormas Islam yang terkemuka di Tanah Air, serta beberapa kalangan parpol serta pejabat pun ikut dalam aksi damai tersebut. Tidak sedikit terdengar cemoohan dan celaan terhadap 'perjuangan sederhana' itu. Justru hal yang baik, mencegah atau paling tidak menunjukkan reaksi terhadap adanya bentuk 'penistaan terhadap perempuan' itu, malah mendapat banyak komentar ejekan, ledekan dan sebagainya.
Atau, memang kita yang munafik dan lebih hina dibanding mereka yang bersuara keras memperjuangkan tentang harga diri perempuan. Sebagian berpikir apatis, dan tidak perduli atau cukup dalam hati mendukung upaya perjuangan mereka, bahkan mendoakan. Sikap ini mungkin jauh lebih baik, ketimbang mengeluarkan kata-kata celaan.
Munculnya Miss World Muslimah 2013 baru-baru ini juga disebut-sebut sebagai 'tandingan' dari Miss World. Dilihat dari segi apapun, yang namanya ajang kontestan yang memamerkan sesuatu kelebihan, acara-acara seperti itu hanya dimanfaatkan oleh si promotor sebagai 'mesin pengeruk keuntungan'. Coba dipikirkan, apakah esensi acara World Muslimah 2013 yang katanya sudah digelar ketiga kalinya itu bisa mendorong, menginspirasi para perempuan di seluruh dunia untuk semakin baik dalam hal ibadah, makin rajin shalat tepat waktu, makin banyak hafalan Quran dan sebagainya?
Korelasi antara pergelaran Miss World Muslimah dengan tingkat ketakwaan orang yang menyaksikannya sepertinya menarik itu bila dilakukan penelitian misalnya oleh mahasiswa untuk skripsi. Kalau ternyata tidak ada hubungannya, maka acara Miss World Muslimah juga hanya sebagai acara sia-sia, yang mungkin hanya mendompleng nama si perempuan saja yang dinobatkan sebagai pemenang dan menjadi tenar.
Ingat, seseorang yang shalehah, ketakwaan dan ibadah, fasih ngaji Quran atau berkerudungnya tidak perlu dipamer-pamerkan ke banyak orang. Urusan ibadahnya cukup dirinya sendiri dengan Allah SWT yang tahu. Justru seorang Muslim atau Muslimah sejati, tak bakal mau mengikuti ajang-ajang glamor semacam itu. Cukuplah kecantikan-kecantikan itu hanya untuk suaminya saja.
*****
(Foto: Nyari-nyari di Google)
Comments
Post a Comment