Bermain alat musik mungkin bagi sebagian orang tidak mudah. Itulah mengapa cukup banyak les atau tempat kursus alat musik yang menyediakan kelas untuk mengajarkan para peserta didiknya dalam menggunakan alat musik. Alat musik yang diajarkan bermacam-macam, mulai dari yang dipukul, ditekan, tiup serta dipetik.
Tidak ada yang sulit ketika kemauan lebih kuat mengalahkan kemalasan itu sendiri. Maka, giat berlatih bisa membuat seseorang mahir, bahkan tanpa perlu mengikuti kelas informal belajar bermain alat musik tersebut.
Sebuah gitar kopong akustik merk perusahaan asal Jepang ketika itu dibelikan oleh orangtua sebagai hadiah khitan. Ya, kira-kira ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Hanya saja, gitar tersebut masih jauh lebih besar dibandingkan genggaman tangan seorang bocah. Alhasil, selama bertahun-tahun gitar itu tak pernah lagi tersentuh untuk coba dimainkan.
Ribet, ketika senar gitar harus di-stem agar suaranya yang dikeluarkan terdengar harmoni. Bocah yang masih mengenakan seragam putih-merah hingga putih-biru ini tak bisa memainkan alat musik. Dibelilah buku untuk belajar bermain gitar di salah satu toko buku terkemuka. Ternyata, tidak hanya ribet men-stem gitar, melainkan gitar itu sendiri baru bisa mengeluarkan nada yang tepat dengan cara jari yang harus menekan kolom chords atau yang biasa disebut 'kunci gitar'.
Hingga sebuah pelajaran kesenian di SMAN 9 Bogor ketika di kelas X membuat penulis 'gemas' dengan alat musik gitar. Melihat teman berkumpul dan bernyanyi dengan diiringi gitar, tampak seru dan mengasyikan, terlebih salah satu teman ketika itu yang piawai 'mengocok' senar gitar di hadapan para siswi putri. Nah loh, cinta monyet-monyetan zaman dulu teringat kembali.
Sebut saja L, inisial teman wanita pertama yang menggugah rasa penasaran penulis di era 2004. Berbekal keseriusan, setidaknya penulis bisa memainkan alat musik pada saat tampil di depan kelas sebagai nilai tambah di mata pelajaran kesenian tersebut. Cara bermain gitar yang masih dikatakan belajar itu ternyata menghasilkan nilai yang tinggi, ketimbang teman yang hanya mengandakan olah vokalnya. Sebab, bermain musik dan sekaligus bernyanyi bisa melejitkan skor yang ditulis oleh bu guru kesenian ketika itu.
Teringat tembang lagu Sheila on 7 - Pemuja Rahasia, yang saat itu sedang hits, menjadi pilihan lagu yang dibawakan penulis dan disaksikan langsung oleh L beserta seisi ruangan kelas. Ternyata sulit ketika bermain gitar sambil bernyanyi, maka tidak hanya mata yang harus fokus pada kolom chord di leher atas gitar, tetapi juga energi yang diselaraskan dengan nada pita suara harus bersinergi. Hasilnya ialah, perform pas-pasan dari seorang ABG yang baru belajar main gitar.
Seiring berjalannya waktu, kunci gitar sudah cukup akrab ditelinga dan dioperasikan. Dengan demikian, tampak familiar ketika seorang pemain musik mempelajari alat musik lainnya yang juga memerlukan chords, seperti bass serta piano.
Hingga akhirnya si Kawan Hitam muncul hasil jerih payah sebagai seorang yang katanya reporter, dan 'iseng-iseng' membuat beberapa video piano cover. Dari sekian video piano cover yang paling disukai, ialah berjudul Kau Ditakdirkan Untukku yang terdapat dalam album ketiga Edcoustic.
Lirik dan nada chords lagu tersebut oke banget, pas buat ngegombalin istri/suami, hehe. "Dan berlayarlah kita renda keluarga meretas hidup bersama," beuhh.. like this pokoknya. :D
Kau Ditakdirkan Untukku - Piano Cover
*****
(Foto: Screenshot)
Tidak ada yang sulit ketika kemauan lebih kuat mengalahkan kemalasan itu sendiri. Maka, giat berlatih bisa membuat seseorang mahir, bahkan tanpa perlu mengikuti kelas informal belajar bermain alat musik tersebut.
Sebuah gitar kopong akustik merk perusahaan asal Jepang ketika itu dibelikan oleh orangtua sebagai hadiah khitan. Ya, kira-kira ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Hanya saja, gitar tersebut masih jauh lebih besar dibandingkan genggaman tangan seorang bocah. Alhasil, selama bertahun-tahun gitar itu tak pernah lagi tersentuh untuk coba dimainkan.
Ribet, ketika senar gitar harus di-stem agar suaranya yang dikeluarkan terdengar harmoni. Bocah yang masih mengenakan seragam putih-merah hingga putih-biru ini tak bisa memainkan alat musik. Dibelilah buku untuk belajar bermain gitar di salah satu toko buku terkemuka. Ternyata, tidak hanya ribet men-stem gitar, melainkan gitar itu sendiri baru bisa mengeluarkan nada yang tepat dengan cara jari yang harus menekan kolom chords atau yang biasa disebut 'kunci gitar'.
Hingga sebuah pelajaran kesenian di SMAN 9 Bogor ketika di kelas X membuat penulis 'gemas' dengan alat musik gitar. Melihat teman berkumpul dan bernyanyi dengan diiringi gitar, tampak seru dan mengasyikan, terlebih salah satu teman ketika itu yang piawai 'mengocok' senar gitar di hadapan para siswi putri. Nah loh, cinta monyet-monyetan zaman dulu teringat kembali.
Sebut saja L, inisial teman wanita pertama yang menggugah rasa penasaran penulis di era 2004. Berbekal keseriusan, setidaknya penulis bisa memainkan alat musik pada saat tampil di depan kelas sebagai nilai tambah di mata pelajaran kesenian tersebut. Cara bermain gitar yang masih dikatakan belajar itu ternyata menghasilkan nilai yang tinggi, ketimbang teman yang hanya mengandakan olah vokalnya. Sebab, bermain musik dan sekaligus bernyanyi bisa melejitkan skor yang ditulis oleh bu guru kesenian ketika itu.
Teringat tembang lagu Sheila on 7 - Pemuja Rahasia, yang saat itu sedang hits, menjadi pilihan lagu yang dibawakan penulis dan disaksikan langsung oleh L beserta seisi ruangan kelas. Ternyata sulit ketika bermain gitar sambil bernyanyi, maka tidak hanya mata yang harus fokus pada kolom chord di leher atas gitar, tetapi juga energi yang diselaraskan dengan nada pita suara harus bersinergi. Hasilnya ialah, perform pas-pasan dari seorang ABG yang baru belajar main gitar.
Seiring berjalannya waktu, kunci gitar sudah cukup akrab ditelinga dan dioperasikan. Dengan demikian, tampak familiar ketika seorang pemain musik mempelajari alat musik lainnya yang juga memerlukan chords, seperti bass serta piano.
Hingga akhirnya si Kawan Hitam muncul hasil jerih payah sebagai seorang yang katanya reporter, dan 'iseng-iseng' membuat beberapa video piano cover. Dari sekian video piano cover yang paling disukai, ialah berjudul Kau Ditakdirkan Untukku yang terdapat dalam album ketiga Edcoustic.
Lirik dan nada chords lagu tersebut oke banget, pas buat ngegombalin istri/suami, hehe. "Dan berlayarlah kita renda keluarga meretas hidup bersama," beuhh.. like this pokoknya. :D
Kau Ditakdirkan Untukku - Piano Cover
*****
(Foto: Screenshot)
Comments
Post a Comment