Berkah Ramadan. Tahun ini rasanya tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Bukan menyalahkan kesibukkan yang merajalela, tetapi memang manajemen waktu yang kurang tepat. Sehingga, menyempatkan beberapa ibadah sunah di bulan suci ini menjadi sesuatu yang agak sedikit terbengkalai.
Terlebih, saat kesendirian merasuk ketika semua orang rumah sedang ada suatu keperluan di luar. Membayangkan menyantap sahur seorang diri, tak lebih dari pekerjaan yang 'datar'. Andai sosok sang peneduh hati itu sudah resmi mendampingi, tentu menjalani ibadah apapun akan terasa ringan, dan ledakan semangat menjalani aktivitas keseharian tentunya akan semakin membara.
Banyak belajar dari peristiwa, termasuk perkataan yang diucap oleh orang tua. Khususnya hari ini, penulis kebingungan hendak buka di kantor atau di masjid dekat kantor? Karena mempertimbangkan biaya atau pengeluaran, bila di masjid maka bisa mendapatkan sekotak nasi dan lauk-pauk sebagaimana tahun kemarin. Bila berbuka puasa di kantor, maka hanya mendapatkan secangkir teh manis hangat, tanpa nasi dan lauk-pauk, walau sebenarnya ada takjil berupa kue maupun kolek yang sudah cukup mampu 'mengganjal' perut.
Seorang ibunda yang bijaksana, walau hanya melalui pesan singkat, beliau bilang, kalau jadi buka di masjid, lebih baik hidangan nasi dan lauk yang dikemas dalam kotaknya diberikan saja ke orang yang kurang mampu, dan penulis sebaiknya beli makanan di luar. Ya, seharusnya memang seperti itu, dan tersadar penulis kemudian mengurungkan niat buka puasa di masjid dan memilih untuk menyantap 'makanan berat' alias nasi itu di luar.
Satu peristiwa yang mungkin takkan terlupakan, ditambah hari ini, 23 Juli 2013, malam pukul 22.00 WIB, atas informasi dari ayah yang berada di salah satu rumah sakit negeri di Bogor, yang menanti kelahiran cucu pertamanya. Dan, penulis resmi menyandang predikat tak tertulis sebagai seorang paman. Lahirnya putri pertama dari kakak, memberi segudang kebahagiaan tiada tara yang bisa dirasakan. Rasanya semakin terpecut untuk segera menyempurnakan separuh dien dan memiliki buah hati, walau Allah SWT belum menunjukkan tanda-tanda siapa sosok yang telah ditakdirkan itu.
Semoga masa lalu menjadi pelajaran yang bisa dipetik hikmahnya, dan menjalani sisa hidup selanjutnya dengan penuh kesabaran dan istiqomah. Semoga dipertemukan dan dimantapkan dengan do'a dan ikhtiar tiada berputus. Sehingga, di tahun mendatang, tak ada lagi acara sahur seorang diri, buka puasa sambil menyepi, dan lesunya ibadah sunah sehari-hari.
*****
(Foto: Allpostersimages)
Terlebih, saat kesendirian merasuk ketika semua orang rumah sedang ada suatu keperluan di luar. Membayangkan menyantap sahur seorang diri, tak lebih dari pekerjaan yang 'datar'. Andai sosok sang peneduh hati itu sudah resmi mendampingi, tentu menjalani ibadah apapun akan terasa ringan, dan ledakan semangat menjalani aktivitas keseharian tentunya akan semakin membara.
Banyak belajar dari peristiwa, termasuk perkataan yang diucap oleh orang tua. Khususnya hari ini, penulis kebingungan hendak buka di kantor atau di masjid dekat kantor? Karena mempertimbangkan biaya atau pengeluaran, bila di masjid maka bisa mendapatkan sekotak nasi dan lauk-pauk sebagaimana tahun kemarin. Bila berbuka puasa di kantor, maka hanya mendapatkan secangkir teh manis hangat, tanpa nasi dan lauk-pauk, walau sebenarnya ada takjil berupa kue maupun kolek yang sudah cukup mampu 'mengganjal' perut.
Seorang ibunda yang bijaksana, walau hanya melalui pesan singkat, beliau bilang, kalau jadi buka di masjid, lebih baik hidangan nasi dan lauk yang dikemas dalam kotaknya diberikan saja ke orang yang kurang mampu, dan penulis sebaiknya beli makanan di luar. Ya, seharusnya memang seperti itu, dan tersadar penulis kemudian mengurungkan niat buka puasa di masjid dan memilih untuk menyantap 'makanan berat' alias nasi itu di luar.
Satu peristiwa yang mungkin takkan terlupakan, ditambah hari ini, 23 Juli 2013, malam pukul 22.00 WIB, atas informasi dari ayah yang berada di salah satu rumah sakit negeri di Bogor, yang menanti kelahiran cucu pertamanya. Dan, penulis resmi menyandang predikat tak tertulis sebagai seorang paman. Lahirnya putri pertama dari kakak, memberi segudang kebahagiaan tiada tara yang bisa dirasakan. Rasanya semakin terpecut untuk segera menyempurnakan separuh dien dan memiliki buah hati, walau Allah SWT belum menunjukkan tanda-tanda siapa sosok yang telah ditakdirkan itu.
Semoga masa lalu menjadi pelajaran yang bisa dipetik hikmahnya, dan menjalani sisa hidup selanjutnya dengan penuh kesabaran dan istiqomah. Semoga dipertemukan dan dimantapkan dengan do'a dan ikhtiar tiada berputus. Sehingga, di tahun mendatang, tak ada lagi acara sahur seorang diri, buka puasa sambil menyepi, dan lesunya ibadah sunah sehari-hari.
*****
(Foto: Allpostersimages)
Comments
Post a Comment