Meskipun sudah beberapa pekan lalu berjalan-jalan di pulau macan, tepatnya di kepulauan seribu, namun rasanya masih sedikit terngiang suasana di tempat wisata tersebut. Hmm, bahasa melancong tampaknya terlalu berlebihan, sebab segala biaya perjalanan dan inti mengapa diterjunkan ke sana ialah dalam rangka meliput salah satu produk kamera pintar besutan produsen gadget asal Korea Selatan.
Yap, lumayan sembari 'bekerja', bisa juga berekreasi, menikmati suasana alam yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Walau hanya dua hari satu malam, tetapi banyak pengalaman yang cukup berharga, bahkan di setiap perjalanan liputan ke mana pun. Awalnya bakal mikir repot nih berangkatnya, masa pagi-pagi sekali sudah harus tiba di salah satu kawasan di Jakarta untuk berkumpul dengan awak media lainnya.
Ternyata di kawasan tersebut, sudah menanti beberapa rekan reporter yang sudah dikenal. Yang sudah dikenal biasanya sudah pernah bertemu pada liputan acara di dalam kota, sedangkan beberapa lainnya cukup asing, namun pada akhirnya kita bisa saling mengenal satu sama lain.
Pulau macan? belum pernah dengar hingga akhirnya berhasil menginjakkan kaki di pulau tersebut. Meluncur menggunakan speed boat dari pelabuhan di daerah Ancol, yang ketika itu tercium bau seperti sampah di pinggiran dermaganya. Cukup dag-dig-dug saat nahkoda mulai menggerakkan motor boatnya. Lokasi duduk wartawan seluruhnya berada di dalam speed boat yang dilengkapi atap (ruangan ber-AC). Dari samping tempat duduk, bisa terlihat perahu nelayan dan laut yang biru, serta buih gelombang air yang berwarna putih.
Mengapa dag-dig-dug? bisa Anda bayangkan dari dermaga Ancol sampai pulau macan lebih kurang satu setengah jam (kalau tidak salah), dan Anda tepat mengarungi luasnya lautan hanya mengandalkan speed boat yang melaju cukup kencang. Berdo'a, hal itu yang kami lakukan sebelum keberangkatan speed boat lepas landas dari dermaga Ancol. Alhamdulillah, tak terjadi peristiwa apapun yang menakutkan selama lebih kurang satu setengah jam kami 'berlayar' menuju pulau macan.
Yang tak pernah terlupakan ialah, kondisi perut ketika itu tampak kurang bersahabat. Bila yang lain getol menyantap hidangan, maka mencari toilet adalah pilihan yang bijak. Sepertinya masuk angin, rasanya kembung bukan main dan setelah beberapa kali menyambangi toilet, barulah terasa lega.
Cukup bergulat juga dengan press release yang dibagikan saat itu, ketika acara inti dan games belum dilaksanakan. Lumayan menambah bahan tulisan, ketika pembicara sudah menyampaikan materinya. Games pun berlangsung menggunakan kamera pintar yang diperkenalkan, namun ternyata perut belum sepenuhnya membaik. Jam menunjukkan sudah pukul dua lewat (siang hari), belum shalat dzuhur, maka diputuskan untuk menjauhi para awak media lain yang bersemangat mengejar hadiah games, yang ternyata hadiah gamesnya cukup untuk membeli satu unit smartphone Android berbasis CDMA di tanah air. Snorkeling? hmm, bukan tidak mau, tetapi rasanya enggan basah-basahan, disamping tugas tulisan belum kelar.
Usai menunaikan aktivitas manusiawi di toilet, kemudian bergerak menuju shalat, untungnya masih keburu, belum masuk ashar. Boro-boro di pulau dengan sekelilingnya laut seperti itu ada orang yang mengumandangkan adzan. Usai shalat, saatnya menulis artikel berita, begitulah tantangan seorang reporter media online, karena berita harus sudah naik hari itu juga. Begitu juga rekan seperjuangan, yang sama-sama satu tim dalam games, ia juga dari media online yang nomor wahid di Indonesia (bisa dikatakan begitu), yang juga lebih memilih untuk ngetik berita ketimbang ikutan games/workshop.
Setelah games berakhir, waktu sudah menunjukkan 'senja tiba', lalu di cootage tempat kami beristirahat, bisa disaksikan pesisir, laut biru, dan pulau dari kejauhan. Seolah tak kenal lelah, mereka yang membawa kamera digital atau DSLR, segera mengabadikan sunset alias matahari terbenam di pulau macan. Akan tetapi, kewajiban, atau bahasa lebih tepatnya keharusan reporter media online untuk segera mengirim berita, membuat pengetikkan berita lebih senang dilakukan di dalam cootage, sambil tiduran dan mengetiknya melalui smartphone. Dan berita pun, satu demi satu terkirim.
Yang tak pernah terlupakan ialah, karena cootage tepat berada di pinggir pantai, maka karang dan pesisir dapat terlihat dengan jelas. Angin berhembus pun terasa begitu sejuk, selain tidur-tiduran di kasur, juga sambil mengetik berita dengan beratapkan langit, rasanya pengalaman yang sangat luar biasa sekali. Subhanallah, tiada kata lain yang bisa mendeskripsikan 'kenikmatan' memandangi alam seperti itu, terlebih ketika malam, bintang-bintang sangat terlihat jelas sekali.
Oh ya, di kala malam, pulau macan yang memiliki luas 0,82 hektare atau dari ujung ke ujung kalau jalan kira-kira sekitar 100 meteran, menggunakan genset untuk penerang lampu di beberapa titik, terutama di bagian tempat makan dan cootage sebagai lampu tidur. Selebihnya, pulau macan yang ditumbuhi berbagai flora alias pepohonan ini menggunakan lilin di jalan setapak-setapaknya. Benar-benar sunyi.
Tak lupa mengabadikan panorama alam di sana, memfoto objek-objek menarik. Dipikir-pikir, lokasi ini memang cocok sebagai 'pelarian'. Disebut demikian, karena ini tempat yang tepat untuk keluar dari hingar bingar atau hiruk pikuk semrawutnya ibu kota. Tapi, bila sepekan bahkan sebulan berada di tempat ini, pastinya Anda tidak betah, sebab tak ditemukan hiburan lain yang biasa dicicipi seperti menonton TV, bermain game komputer, dan lain-lain. Yap, karena ini tempat wisata alam yang mampu merefresh Anda dari kejenuhan rutinitas di kota metropolitan.
Dan, rasanya tak ada hiburan apapun yang lebih seru dibandingkan bermain game PC, hasil rakitan sendiri. Cukup mengetahui pengalaman serunya ke pulau seribu (pulau macan), dan mungkin kelak ada kesempatan berkunjung kembali ke lokasi wisata pulau seribu ini.
*****
(Foto: Dok. Pribadi)
Yap, lumayan sembari 'bekerja', bisa juga berekreasi, menikmati suasana alam yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Walau hanya dua hari satu malam, tetapi banyak pengalaman yang cukup berharga, bahkan di setiap perjalanan liputan ke mana pun. Awalnya bakal mikir repot nih berangkatnya, masa pagi-pagi sekali sudah harus tiba di salah satu kawasan di Jakarta untuk berkumpul dengan awak media lainnya.
Ternyata di kawasan tersebut, sudah menanti beberapa rekan reporter yang sudah dikenal. Yang sudah dikenal biasanya sudah pernah bertemu pada liputan acara di dalam kota, sedangkan beberapa lainnya cukup asing, namun pada akhirnya kita bisa saling mengenal satu sama lain.
Pulau macan? belum pernah dengar hingga akhirnya berhasil menginjakkan kaki di pulau tersebut. Meluncur menggunakan speed boat dari pelabuhan di daerah Ancol, yang ketika itu tercium bau seperti sampah di pinggiran dermaganya. Cukup dag-dig-dug saat nahkoda mulai menggerakkan motor boatnya. Lokasi duduk wartawan seluruhnya berada di dalam speed boat yang dilengkapi atap (ruangan ber-AC). Dari samping tempat duduk, bisa terlihat perahu nelayan dan laut yang biru, serta buih gelombang air yang berwarna putih.
Mengapa dag-dig-dug? bisa Anda bayangkan dari dermaga Ancol sampai pulau macan lebih kurang satu setengah jam (kalau tidak salah), dan Anda tepat mengarungi luasnya lautan hanya mengandalkan speed boat yang melaju cukup kencang. Berdo'a, hal itu yang kami lakukan sebelum keberangkatan speed boat lepas landas dari dermaga Ancol. Alhamdulillah, tak terjadi peristiwa apapun yang menakutkan selama lebih kurang satu setengah jam kami 'berlayar' menuju pulau macan.
Yang tak pernah terlupakan ialah, kondisi perut ketika itu tampak kurang bersahabat. Bila yang lain getol menyantap hidangan, maka mencari toilet adalah pilihan yang bijak. Sepertinya masuk angin, rasanya kembung bukan main dan setelah beberapa kali menyambangi toilet, barulah terasa lega.
Cukup bergulat juga dengan press release yang dibagikan saat itu, ketika acara inti dan games belum dilaksanakan. Lumayan menambah bahan tulisan, ketika pembicara sudah menyampaikan materinya. Games pun berlangsung menggunakan kamera pintar yang diperkenalkan, namun ternyata perut belum sepenuhnya membaik. Jam menunjukkan sudah pukul dua lewat (siang hari), belum shalat dzuhur, maka diputuskan untuk menjauhi para awak media lain yang bersemangat mengejar hadiah games, yang ternyata hadiah gamesnya cukup untuk membeli satu unit smartphone Android berbasis CDMA di tanah air. Snorkeling? hmm, bukan tidak mau, tetapi rasanya enggan basah-basahan, disamping tugas tulisan belum kelar.
Usai menunaikan aktivitas manusiawi di toilet, kemudian bergerak menuju shalat, untungnya masih keburu, belum masuk ashar. Boro-boro di pulau dengan sekelilingnya laut seperti itu ada orang yang mengumandangkan adzan. Usai shalat, saatnya menulis artikel berita, begitulah tantangan seorang reporter media online, karena berita harus sudah naik hari itu juga. Begitu juga rekan seperjuangan, yang sama-sama satu tim dalam games, ia juga dari media online yang nomor wahid di Indonesia (bisa dikatakan begitu), yang juga lebih memilih untuk ngetik berita ketimbang ikutan games/workshop.
Setelah games berakhir, waktu sudah menunjukkan 'senja tiba', lalu di cootage tempat kami beristirahat, bisa disaksikan pesisir, laut biru, dan pulau dari kejauhan. Seolah tak kenal lelah, mereka yang membawa kamera digital atau DSLR, segera mengabadikan sunset alias matahari terbenam di pulau macan. Akan tetapi, kewajiban, atau bahasa lebih tepatnya keharusan reporter media online untuk segera mengirim berita, membuat pengetikkan berita lebih senang dilakukan di dalam cootage, sambil tiduran dan mengetiknya melalui smartphone. Dan berita pun, satu demi satu terkirim.
Yang tak pernah terlupakan ialah, karena cootage tepat berada di pinggir pantai, maka karang dan pesisir dapat terlihat dengan jelas. Angin berhembus pun terasa begitu sejuk, selain tidur-tiduran di kasur, juga sambil mengetik berita dengan beratapkan langit, rasanya pengalaman yang sangat luar biasa sekali. Subhanallah, tiada kata lain yang bisa mendeskripsikan 'kenikmatan' memandangi alam seperti itu, terlebih ketika malam, bintang-bintang sangat terlihat jelas sekali.
Oh ya, di kala malam, pulau macan yang memiliki luas 0,82 hektare atau dari ujung ke ujung kalau jalan kira-kira sekitar 100 meteran, menggunakan genset untuk penerang lampu di beberapa titik, terutama di bagian tempat makan dan cootage sebagai lampu tidur. Selebihnya, pulau macan yang ditumbuhi berbagai flora alias pepohonan ini menggunakan lilin di jalan setapak-setapaknya. Benar-benar sunyi.
Tak lupa mengabadikan panorama alam di sana, memfoto objek-objek menarik. Dipikir-pikir, lokasi ini memang cocok sebagai 'pelarian'. Disebut demikian, karena ini tempat yang tepat untuk keluar dari hingar bingar atau hiruk pikuk semrawutnya ibu kota. Tapi, bila sepekan bahkan sebulan berada di tempat ini, pastinya Anda tidak betah, sebab tak ditemukan hiburan lain yang biasa dicicipi seperti menonton TV, bermain game komputer, dan lain-lain. Yap, karena ini tempat wisata alam yang mampu merefresh Anda dari kejenuhan rutinitas di kota metropolitan.
Dan, rasanya tak ada hiburan apapun yang lebih seru dibandingkan bermain game PC, hasil rakitan sendiri. Cukup mengetahui pengalaman serunya ke pulau seribu (pulau macan), dan mungkin kelak ada kesempatan berkunjung kembali ke lokasi wisata pulau seribu ini.
*****
(Foto: Dok. Pribadi)
Comments
Post a Comment