Entah saya begitu tergugah dengan tulisan salah satu blog yang bercerita tentang kisah menikah tanpa pacaran. Sebuah hal yang paling diidam-idamkan, terkesan menabrak kebiasaan, namun itulah yang sesungguhnya menjadi bukti keimanan dan ketakwaan seorang hamba.
Seru juga mengarang cerita fiksi yang menampilkan seorang pemuda dan pemudi yang menikah tanpa pacaran. Kalau di dunia nyata, tentu ada juga, namun tidak mungkin ter-ekspos secara luas.
Butiran "mutiara" memang tersebar di seluruh dunia, dari yang kinclong tampilan luarnya, hingga yang memiliki kesejukan hati dari dalam dirinya. Penilaian tertinggi tidak lain tidak bukan, ialah berdasarkan akhlak yang dimiliki masing-masing individu.
Dikisahkan ada seorang pria yang baru saja menjadi "orang". Pria tersebut telah memiliki penghasilan sendiri, bisa hidup mandiri dan tanpa perlu lagi membebani orang tua.
Ia sangat idealis, tetapi menurutnya idealis yang dianutnya adalah semata-mata hanya ingin menjadi pribadi muslim sejati. Meski iman terkadang pasang dan surut bagai air laut, namun belajar menjadi seorang yang terus mengasah ke-istiqomah-an adalah sesuatu yang harus terus dilakukan.
Singkat cerita, si pria sudah sangat siap untuk menikah, walaupun kondisi keuangannya tidak lebih besar dibandingkan niatannya. Lalu, segeralah ia membuat sebuah perencanaan, dan yang pasti, dia tidak akan mendekati yang namanya pacaran. Sebab, pacaran bukan sebuah solusi dan langkah tepat untuk meraih jodoh.
Cara konvensional (pacaran) tersebut, memang umum digunakan, namun bagi sebagian yang lain, cara tersebut adalah lebih menjauhkan diri mereka sendiri dari keberkahan. Sebab, bagaimana mungkin seseorang yang menjalin hubungan pacaran akan terhindar dari yang namanya aktivitas berdua-duaan, perhatian berlebihan, tindakan-tindakan di luar kebiasaan dan sebagainya. Padahal jelas tertera dalam QS. Al-Israa ayat: 32, bahwa mendekati zina saja dilarang, apalagi berbuat lebih dari itu.
Beribu cara ditempuh pria ini untuk mencari "tulang rusuknya" yang entah berada di mana. Pastinya ia yakin bahwa Allah SWT akan tetap menjaga dirinya, dan menjaga hatinya untuk kelak dipertemukan dengan jodohnya, melalui cara-cara yang diridhoi-Nya.
Saking giatnya ia tampak ingin mencari jodohnya, berbagai cara ditempuh, salah satunya menggunakan media jejaring sosial pesbuk serta informasi dari teman.
Si fulan, sebutan pria itu, menaruh hati kepada sebagian wanita yang ia tahu (bukan ia kenal) dari pesbuk miliknya dan juga sebagian lainnya dari wanita yang pernah ditemuinya. Preferensi semakin luas, ia semakin bebas dan leluasa dalam berkawan. Tidak menetapkan segala sesuatunya dengan terburu-buru adalah pilihan yang tepat, sembari ia juga menantikan kemantapan yang berasal dari dalam jiwa serta karunia-Nya. Beberapa cara ia gunakan guna dapat berkomunikasi dan berkenalan dengan kaum hawa yang jelas berada di dunia maya saat itu.
Ia berpegang teguh bahwa tidak akan menjalin hubungan spesial apapun di luar pernikahan. Tak ada dalam kamusnya menapaki jenjang selayaknya status di pesbuk, yakni dimulai dari "in a relationship" baru kemudian "engaged" atau "married".
Sasaran primary-nya ialah "married", maka ia tidak perlu risau, karena ia tidak akan terlibat dalam menjalani tahap hubungan informal. Yang ada di benaknya ialah, bagaimana ia bisa menunjukkan kesungguhannya, dengan kesiapannya yang telah ia bangun dan berharap Allah SWT memantapkan keyakinannya.
Fulan, telah memiliki ragam pilihan "bunga" yang bisa ia miliki dengan cara "membeli" kepada pemiliknya (walinya). Berbekal niat, sumber penghasilan yang pas-pasan, serta keberanian, ia berkeinginan melamar si A, atau B, atau C, atau D dan seterusnya.
Sengaja si fulan menambahkan banyak teman wanita di pesbuknya. Dengan harapan, saluran jodoh semakin terbuka lebar untuk mendapatkan kesempatan lebih luas serta mendapatkan banyak opsi terbaik di antara yang terbaik. Ketika titik siap telah menjangkau seluruh jiwa, raga dan finansial, tibalah sasaran berikutnya yakni berjumpa langsung untuk membicarakan hal penting, bahkan bila perlu, langsung bersilaturahmi dengan orang tuanya di kediamannya. That's really a very gentleman person in the world.
Hebat sekali di zaman atau era informasi ini. Internet bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin, salah satunya untuk mencari jodoh. Hal ini juga berlaku, baik untuk pria maupun wanita. Selamat mencari jodoh, semoga tulisan fiktif ini menginspiratif.
*****
Ilustrasi (Foto: Sheknows)
Comments
Post a Comment