Sebuah perjalanan untuk pertama kalinya mengunjungi pulau Dewata. Kalau di bahasa Inggrisnya, pulau Dewata dinamakan Isle of God. Kuliner di Bali juga khas dengan makanannya yang pedas, seperti ayam Betutu. Pak Wira, yang menjadi tour guide di salah satu agensi travel Bali mengatakan, ayam betutu yang paling terkenal itu di Gilimanuk. Ayam ini memiliki rasa pedas hingga ke daging-dagingnya, so, ga perlu nambahin saos lagi kalau mau nyicip sajian ayam steam tersebut.
Di hampir sepanjang jalan dari hotel Aston menuju pantai Candidasa (lokasi shooting video klip & TVC produk smartphone terbaru oleh grup music RAN), terlihat nuansa bangunan adat budaya begitu kental dengan ragam corak dekorasi khas Bali. Di hampir setiap titik tempat, terdapat patung atau struktur yang di bawahnya dipakaikan semacam sarung atau kain dengan motif kotak-kotak berwarna hitam-putih.
Tiba di Candidasa, waktu ketika itu menjelang malam dan kami, yang lebih tepat penulis sebut “pekerja media” berkesempatan berjalan-jalan di tepian pantai Candidasa. Luar biasa suasana alam di pantai yang menjadi destinasi wisata para bule ini. Untuk pertama kalinya pula penulis berfoto gaya siluet-siluetan ketika matahari hendak tenggelam di batas cakrawalanya.
Pemandangan alam yang jarang sekali bisa dirasakan, pesona pantai memang mampu menghempas segala penat aktivitas keseharian. Pada sebuah resto yang letaknya berada di dekat pantai Candidasa, kami disuguhkan dengan aneka hidangan makanan. Di kota yang sebagian besar menghuni agama Hindu ini, agak was-was terhadap jenis makanan daging. Maka dari itu, tak perlu sungkan menanyakan daging apakah yang disajikan. Ini perlu agar jangan sampai menyantap daging yang diharamkan dalam Islam seperti babi, misalnya.
Entah bagaimana bisa pihak sponsor atau pengundang awak media ini, menyuguhkan ragam aneka makanan yang pada akhirnya tidak habis disantap. Terlalu mubazir memang, padahal mulai dari makanan pembuka saja, ada soto telur dan sebelumnya, kalau gak salah namanya sajian salad ikan mali-mali, dan itu sudah membuat perut kenyang.
Kemudian datang berbagai macam hidangan bihun, sayur kacang panjang, sate sapi dan lain-lain. Alhasil, nasi sebakul pun tak tercicip walau hanya satu butir. Mubazir memang, namun apa daya, mau tak mau karena sudah kenyang. Pihak manajemen/pengundang pun apa mungkin menganggap awak media adalah karung? Hmm, so mubazir.
Pertemuan dengan RAN (Malam sekira pukul 20.00 atau 21.00 waktu Bali, 2 Januari 2013) tak aneh dan tak asing, grup musik yang satu ini pernah ditemui sebelumnya, dalam sebuah event kampus yang disponsori oleh Trax FM. Ketika itu, mereka tampil di sebuah panggung yang tidak terlalu besar, tepatnya di depan gedung serba guna Universitas Pancasila, Jakarta pada sekira 2008 atau 2009 silam.
RAN yang beranggotakan tiga orang cowok ini tampil apa adanya. Mereka sangat santai, pekerja media pun ikut membawa suasana pertemuan sebagaimana obrolan ringan biasa. Masing-masing dari personel RAN mengungkap keunggulan-keunggulan produk smarthone terbaru yang akan diluncurkan pertengahan Januari 2013. RAN bertindak sebagai brand ambassador dari produk gadget anyar tersebut.
Terbaca oleh para awak media, apa yang terungkap oleh para personil RAN ini lebih banyak berbicara tentang keunggulan produk. Mereka tidak mau menyebut produk atau perangkat brand lain, yang mungkin dahulu atau saat ini juga masih mereka pakai. Dari ketiga punggawa RAN, hanya Nino yang lebih komunikatif dalam menunjukkan kelebihan dari produk smartphone yang namanya persis "gugusan bintang di luar angkasa" oleh vendor asal negeri gingseng tersebut. Selebihnya, Asta dan Rayi hanya menyambung dan melengkapi apa saja fitur hebat yang dimiliki perangkat telefon multimedia tersebut.
Usai berbincang-bincang, awak media bersiap untuk bergegas menuju hotel peristirahatan. Para personil RAN beserta pihak manajemennya kemudian menyantap hidangan makan malam di resto tersebut.
Di hampir sepanjang jalan dari hotel Aston menuju pantai Candidasa (lokasi shooting video klip & TVC produk smartphone terbaru oleh grup music RAN), terlihat nuansa bangunan adat budaya begitu kental dengan ragam corak dekorasi khas Bali. Di hampir setiap titik tempat, terdapat patung atau struktur yang di bawahnya dipakaikan semacam sarung atau kain dengan motif kotak-kotak berwarna hitam-putih.
Tiba di Candidasa, waktu ketika itu menjelang malam dan kami, yang lebih tepat penulis sebut “pekerja media” berkesempatan berjalan-jalan di tepian pantai Candidasa. Luar biasa suasana alam di pantai yang menjadi destinasi wisata para bule ini. Untuk pertama kalinya pula penulis berfoto gaya siluet-siluetan ketika matahari hendak tenggelam di batas cakrawalanya.
Pemandangan alam yang jarang sekali bisa dirasakan, pesona pantai memang mampu menghempas segala penat aktivitas keseharian. Pada sebuah resto yang letaknya berada di dekat pantai Candidasa, kami disuguhkan dengan aneka hidangan makanan. Di kota yang sebagian besar menghuni agama Hindu ini, agak was-was terhadap jenis makanan daging. Maka dari itu, tak perlu sungkan menanyakan daging apakah yang disajikan. Ini perlu agar jangan sampai menyantap daging yang diharamkan dalam Islam seperti babi, misalnya.
Entah bagaimana bisa pihak sponsor atau pengundang awak media ini, menyuguhkan ragam aneka makanan yang pada akhirnya tidak habis disantap. Terlalu mubazir memang, padahal mulai dari makanan pembuka saja, ada soto telur dan sebelumnya, kalau gak salah namanya sajian salad ikan mali-mali, dan itu sudah membuat perut kenyang.
Kemudian datang berbagai macam hidangan bihun, sayur kacang panjang, sate sapi dan lain-lain. Alhasil, nasi sebakul pun tak tercicip walau hanya satu butir. Mubazir memang, namun apa daya, mau tak mau karena sudah kenyang. Pihak manajemen/pengundang pun apa mungkin menganggap awak media adalah karung? Hmm, so mubazir.
Pertemuan dengan RAN (Malam sekira pukul 20.00 atau 21.00 waktu Bali, 2 Januari 2013) tak aneh dan tak asing, grup musik yang satu ini pernah ditemui sebelumnya, dalam sebuah event kampus yang disponsori oleh Trax FM. Ketika itu, mereka tampil di sebuah panggung yang tidak terlalu besar, tepatnya di depan gedung serba guna Universitas Pancasila, Jakarta pada sekira 2008 atau 2009 silam.
RAN yang beranggotakan tiga orang cowok ini tampil apa adanya. Mereka sangat santai, pekerja media pun ikut membawa suasana pertemuan sebagaimana obrolan ringan biasa. Masing-masing dari personel RAN mengungkap keunggulan-keunggulan produk smarthone terbaru yang akan diluncurkan pertengahan Januari 2013. RAN bertindak sebagai brand ambassador dari produk gadget anyar tersebut.
Terbaca oleh para awak media, apa yang terungkap oleh para personil RAN ini lebih banyak berbicara tentang keunggulan produk. Mereka tidak mau menyebut produk atau perangkat brand lain, yang mungkin dahulu atau saat ini juga masih mereka pakai. Dari ketiga punggawa RAN, hanya Nino yang lebih komunikatif dalam menunjukkan kelebihan dari produk smartphone yang namanya persis "gugusan bintang di luar angkasa" oleh vendor asal negeri gingseng tersebut. Selebihnya, Asta dan Rayi hanya menyambung dan melengkapi apa saja fitur hebat yang dimiliki perangkat telefon multimedia tersebut.
Usai berbincang-bincang, awak media bersiap untuk bergegas menuju hotel peristirahatan. Para personil RAN beserta pihak manajemennya kemudian menyantap hidangan makan malam di resto tersebut.
Comments
Post a Comment