Berjalan kaki menelusuri jalan di bawah kolong rel kereta jabodetabek (Gondangdia - Jakarta), Anda bisa menempuh perjalanan sekira 10 sampai 15 menit untuk sampai di lokasi kedubes AS. Lokasi berada di jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Dari luar, terlihat tembok besar dengan kawat bundah berduri yang diletakkan di bagian atas tembok tersebut. Penjagaan cukup diperhatikan dengan sangat, mulai dari mencocokkan daftar nama (yang sebelumnya telah terdaftar dan mendapatkan jadwal interview), pemeriksaan barang bawaan, persis seperti di bandara hingga pendataan sidik jari serta wawancara.
Agak sedikit "menyeramkan" sebelum memasuki gerbang kedubes yang satu ini, pasalnya penjagaan sangat ketat, CCTV tentu disebar diberbagai titik, salah tingkah sedikit saja rasanya bakal dicurigakan. Tak perlu berbusana necis alias formal (seperti orang mau ngelamar kerja), karena toh banyak juga yang pakai pakaian santai, ada yang pakai celana jeans serta baju berkerah.
Pemohon VISA tidak diperkenankan membawa alat komunikasi untuk memasuki area dalam kedubes, sehingga, barang serta telefon genggam bisa dititipkan. Tidak diperbolehkan juga membawa kamera di dalam kedubes. Semua barang dititipkan kepada petugas. Yang boleh dibawa ke dalam hingga tiba giliran interview hanya dokumen atau berkas yang diperlukan saja.
Tak disangka, di dalam area penjagaan ketat tersebut, begitu memasuki bagian dalamnnya, ternyata ada lapangan basket. Kesan yang timbul justru berubah dari perkiraan daerah mirip hotel prodeo (bila dilihat dari luar), menjadi kawasan persis kampus (setelah masuk ke dalam). Kemudian, para pemohon VISA berbaris di loket luar untuk mendapatkan nomor kelompok.
Usai mendapatkan nomor kelompok, pemohon VISA dipersilakan menunggu di area tunggu (masih tetap di outdoor), di mana area ini terdapat sajian minuman atau makanan untuk para pemohon VISA, walau tampaknya tidak gratis, sepertinya bayar bila ingin mencicipinya (penulis hanya sebatas mengamati). Setelah nomor kelompok dipanggil, pemohon VISA memasuki sebuah ruangan (indoor).
Di ruangan ini, Anda akan didata sidik jari dan menanti dipanggil untuk interview. Ruangan ini tidak terlalu lapang, sebagian besar dipenuhi dengan kursi-kursi, rak buku, galon air minum, dan satu TV layar besar, yang memang ditujukan untuk para penunggu antrean interview, agar tidak bosan.
Jauh dari perkiraan, di mana interview umumnya dilakukan di sebuah ruang khusus, lebih private dan tak terdengar suara keramaian. Namun, area interview ini dilakukan dengan cara berdiri pada loket-loket yang persis ketika hendak membeli tiket kereta api. Di loket tersebut, hanya dipisahkan dengan kaca, terdapat pengeras suara dan lubang berbentuk memanjang untuk menyerahkan dokumen yang diperlukan.
Wawancara ini berlangsung relatif cepat, tak sampai 15 menit. Pertanyaan akan mengalir dan beragam sekehendak sang penginterview-nya. Mereka adalah bule, namun sepengetahuan penulis, ada satu pewawancara kedubes AS yang memiliki wajah khas orang timur tengah.
Salam dan pertanyaan yang diajukan mulanya dengan bahasa Indonesia, berikutnya, seperti intuisi, Anda boleh menjawab dengan salam dalam bahasa Inggris atau menjawab pertanyaan dengan bahasa Inggris maupun dengan bahasa Indonesia. Tidak ada masalah, namun lagi-lagi tampaknya, bahasa Inggris menjadi penilaian plus yang sangat mendukung bagi Anda agar tingkat kepercayaan mereka berada dalam posisi "aman" terhadap Anda.
Setelah interview dirasa cukup dan jelas, berdasarkan pengalaman penulis, ia akan mematikan speaker, berdiskusi dengan rekannya, mungkin berpikir dan menimba-nimba atau mempertimbangkan apakah si pemohon VISA USA ini akan lolos atau tidak. Pada akhirnya, di hari itu juga, akan keluar hasil "analisis" mereka terhadap si pemohon VISA.
Bentuk hasil lolos atau tidaknya VISA itu, melalui selebaran merah atau putih. Yang berwarna putih, tandanya Anda berhasil mendapatkan VISA dan tertera tanggal pengambilan VISA untuk segera mengambil kembali paspor Anda. Sementara lembar merah, merupakan bukti otentik bahwa Anda gagal dengan alasan tertentu, yang bisa Anda baca dan Anda pahami (seperti gambar pada judul "Lebih Baik Disini, Rumah Kita Sendiri" bagian I).
Bagi yang gagal, tak perlu berkecil hati karena Anda masih bisa mengajukan permohonan VISA di kemudian hari, dengan catatan, tentu kalau Anda tidak kapok dan masih punya semangat serta finansial yang memadai untuk mengajukan permohonan VISA itu kembali.
Namun pilihan tetap ditangan Anda, mungkin kalau gak penting-penting banget, sebaiknya "Lebih Baik Disini, Rumah Kita Sendiri" atau bila benar-benar ingin berlibur ke luar negeri, masih ada alternatif di beberapa negara Asia yang tidak perlu memerlukan VISA, namun cukup menggunakan paspor.
*****
(Foto: Screenshot Google Earth)
Dari luar, terlihat tembok besar dengan kawat bundah berduri yang diletakkan di bagian atas tembok tersebut. Penjagaan cukup diperhatikan dengan sangat, mulai dari mencocokkan daftar nama (yang sebelumnya telah terdaftar dan mendapatkan jadwal interview), pemeriksaan barang bawaan, persis seperti di bandara hingga pendataan sidik jari serta wawancara.
Agak sedikit "menyeramkan" sebelum memasuki gerbang kedubes yang satu ini, pasalnya penjagaan sangat ketat, CCTV tentu disebar diberbagai titik, salah tingkah sedikit saja rasanya bakal dicurigakan. Tak perlu berbusana necis alias formal (seperti orang mau ngelamar kerja), karena toh banyak juga yang pakai pakaian santai, ada yang pakai celana jeans serta baju berkerah.
Pemohon VISA tidak diperkenankan membawa alat komunikasi untuk memasuki area dalam kedubes, sehingga, barang serta telefon genggam bisa dititipkan. Tidak diperbolehkan juga membawa kamera di dalam kedubes. Semua barang dititipkan kepada petugas. Yang boleh dibawa ke dalam hingga tiba giliran interview hanya dokumen atau berkas yang diperlukan saja.
Tak disangka, di dalam area penjagaan ketat tersebut, begitu memasuki bagian dalamnnya, ternyata ada lapangan basket. Kesan yang timbul justru berubah dari perkiraan daerah mirip hotel prodeo (bila dilihat dari luar), menjadi kawasan persis kampus (setelah masuk ke dalam). Kemudian, para pemohon VISA berbaris di loket luar untuk mendapatkan nomor kelompok.
Usai mendapatkan nomor kelompok, pemohon VISA dipersilakan menunggu di area tunggu (masih tetap di outdoor), di mana area ini terdapat sajian minuman atau makanan untuk para pemohon VISA, walau tampaknya tidak gratis, sepertinya bayar bila ingin mencicipinya (penulis hanya sebatas mengamati). Setelah nomor kelompok dipanggil, pemohon VISA memasuki sebuah ruangan (indoor).
Di ruangan ini, Anda akan didata sidik jari dan menanti dipanggil untuk interview. Ruangan ini tidak terlalu lapang, sebagian besar dipenuhi dengan kursi-kursi, rak buku, galon air minum, dan satu TV layar besar, yang memang ditujukan untuk para penunggu antrean interview, agar tidak bosan.
Jauh dari perkiraan, di mana interview umumnya dilakukan di sebuah ruang khusus, lebih private dan tak terdengar suara keramaian. Namun, area interview ini dilakukan dengan cara berdiri pada loket-loket yang persis ketika hendak membeli tiket kereta api. Di loket tersebut, hanya dipisahkan dengan kaca, terdapat pengeras suara dan lubang berbentuk memanjang untuk menyerahkan dokumen yang diperlukan.
Wawancara ini berlangsung relatif cepat, tak sampai 15 menit. Pertanyaan akan mengalir dan beragam sekehendak sang penginterview-nya. Mereka adalah bule, namun sepengetahuan penulis, ada satu pewawancara kedubes AS yang memiliki wajah khas orang timur tengah.
Salam dan pertanyaan yang diajukan mulanya dengan bahasa Indonesia, berikutnya, seperti intuisi, Anda boleh menjawab dengan salam dalam bahasa Inggris atau menjawab pertanyaan dengan bahasa Inggris maupun dengan bahasa Indonesia. Tidak ada masalah, namun lagi-lagi tampaknya, bahasa Inggris menjadi penilaian plus yang sangat mendukung bagi Anda agar tingkat kepercayaan mereka berada dalam posisi "aman" terhadap Anda.
Setelah interview dirasa cukup dan jelas, berdasarkan pengalaman penulis, ia akan mematikan speaker, berdiskusi dengan rekannya, mungkin berpikir dan menimba-nimba atau mempertimbangkan apakah si pemohon VISA USA ini akan lolos atau tidak. Pada akhirnya, di hari itu juga, akan keluar hasil "analisis" mereka terhadap si pemohon VISA.
Bentuk hasil lolos atau tidaknya VISA itu, melalui selebaran merah atau putih. Yang berwarna putih, tandanya Anda berhasil mendapatkan VISA dan tertera tanggal pengambilan VISA untuk segera mengambil kembali paspor Anda. Sementara lembar merah, merupakan bukti otentik bahwa Anda gagal dengan alasan tertentu, yang bisa Anda baca dan Anda pahami (seperti gambar pada judul "Lebih Baik Disini, Rumah Kita Sendiri" bagian I).
Bagi yang gagal, tak perlu berkecil hati karena Anda masih bisa mengajukan permohonan VISA di kemudian hari, dengan catatan, tentu kalau Anda tidak kapok dan masih punya semangat serta finansial yang memadai untuk mengajukan permohonan VISA itu kembali.
Namun pilihan tetap ditangan Anda, mungkin kalau gak penting-penting banget, sebaiknya "Lebih Baik Disini, Rumah Kita Sendiri" atau bila benar-benar ingin berlibur ke luar negeri, masih ada alternatif di beberapa negara Asia yang tidak perlu memerlukan VISA, namun cukup menggunakan paspor.
*****
(Foto: Screenshot Google Earth)
Comments
Post a Comment