Rasa nasionalis meledak bukan karena sedang nonton pertandingan bola timnas Indonesia, namun justru rasa kebanggaan dengan negara sendiri muncul pada saat ditolak dalam pengajuan VISA keluar negeri, ke USA.
Bisa dibayangkan berapa uang yang mesti dikeluarkan dalam pengajuan permohonan VISA serta tinggal di negeri paman Sam tersebut, meski hanya beberapa hari. Untungnya semua biaya ditanggung oleh salah satu perusahaan elektronik terkemuka asal Jepang, yang memiliki Country Manager atau kantor cabang negara yang berlokasi di Jakarta timur.
Komprehensifnya arsip, berkas dan surat ternyata mampu dikalahkan dengan "personal identity" yang mungkin mereka anggap belum layak untuk melancong ke negara super power tersebut. Padahal, surat beserta dokumen resmi lainnya telah dilampirkan, bahkan tiket reservasi hotel di Las Vegas pun telah dibukukan.
Sekadar diketahui, event CES atau Consumer Electronic Show 2013 digelar pada awal Januari 2013. Di event akbar internasional tersebut, para vendor gadget dan perusahaan teknologi lainnya memamerkan produk-produk mereka di acara tersebut. Lebih kurangnya, acara bertaraf internasional tersebut mirip dengan acara pameran Indonesian Celular Show yang pernah diselenggarakan di Jakarta Convention Center.
Mendapatkan kehormatan seseorang yang "katanya" reporter ini ditunjuk oleh bos untuk menghadiri acara tersebut. Sejak awal sudah was-was kepada bos, mengapa yang "katanya" jurnalis ini yang dipilih untuk diberangkatkan ke pusat judi terbesar di negara adidaya tersebut? jawaban simpel mengungkap, "karena yang 'katanya' reporter ini belum pernah liputan ke luar negeri, jadi ini giliran ente, coba saja mengajukan diri, diterima syukur, gak diterima berarti bukan rezeki".
Jadwal wawancara telah diketahui dan sang pemohon VISA Amerika Serikat harus datang te[at waktu di kedutaan besar negara yang bersangkutan. Khusus kedubes AS, terletak di jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Kalau dari stasiun Gambir, bisa jalan beberapa puluh meter menuju kedubes AS. Selain itu, juga bisa menuju embassy US dari stasiun Gondangdia ke utara dengan jalan sedikit lebih jauh ketimbang jalan dari stasiun Gambir.
Paspor baru dua bulan lalu dibuat, baru bekerja di salah satu media online ternama di Jakarta selama satu tahun dan mengaku-ngaku gaji dengan kepala depan ganjil di bawah 5 juta, ngelamar dengan dokumen-dokumen terlampir serta biaya yang sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan yang mengundang, tak jua membuat si pewawancara luluh.
Alasan penolakan VISA mengungkap, disitu tertulis, "Anda masih belum memiliki ikatan keluarga, sosial dan ekonomi yang kuat..". Bagus, kenapa bagus? pertama, sejak awal sudah ragu, apakah benar-benar akan meluncur ke negara nun jauh di sana, sementara bahasa Inggris oral masih belepotan, belum pernah punya pengalaman satu kalipun singgah di negara tetangga misalnya (Singapura, Malaysia, China dan negara Asia dulu lah) dan tingkat trust alias kepercayaan yang minim dengan baru bekerja selama satu tahun dengan gaji yang mungkin mereka anggap segitu "pas-pasan".
Sontak saja, sang interviewer yang ketika itu bukan bule, namun dia agak sedikit berwajah timur tengah, dengan sopan dan santun sembari meminta maaf, memberikan lembaran merah atau tanda bukti bahwa pengajuan VISA gagal. Cukup terkejut, mengingat persiapan dokumen telah cukup matang, perusahaan pengundang juga telah menyewa jasa agensi urus VISA, otak, pikiran dan hati sudah terkuras dengan bayang-bayang akan mengangkasa di atas dataran Amerika Serikat. Namun, semua dimentahkan dalam waktu hanya beberapa menit usai diwawancara.
Akan tetapi, ada hikmah dibalik itu semua. Orang tua pun sedari awal mendengar informasi bahwa anaknya akan meluncur ke negara yang tengah dipimpin Barack Obama itu, tampak was-was dan agak kurang mendukung. Ya, memang tak perlu berambisi keluar negeri, tak semua orang senang keluar negeri, dan tidak sedikit juga orang yang justru lebih senang berada di Tanah Air sendiri. Yang penting uang gaji per bulan tetap mengalir lancar, pengalaman dan kesempatan keluar negeri bisa didapat di lain kesempatan.
Usai diberikannya tanda bukti VISA USA yang ditolak, kemudian mengucapkan, "Alhamdulillah". Bukan rezeki, dan ini pun bukan merupakan ambisi. Andai kata boleh sang "katanya" reporter ini meminta, "Lebih baik Disini (di Indonesia), Rumah kita sendiri", seperti penggalan sebuah lirik lagu.
*****
Lembar Penolakan VISA USA (Foto: Bukti Otentik/Doc. Pribadi)
Bisa dibayangkan berapa uang yang mesti dikeluarkan dalam pengajuan permohonan VISA serta tinggal di negeri paman Sam tersebut, meski hanya beberapa hari. Untungnya semua biaya ditanggung oleh salah satu perusahaan elektronik terkemuka asal Jepang, yang memiliki Country Manager atau kantor cabang negara yang berlokasi di Jakarta timur.
Komprehensifnya arsip, berkas dan surat ternyata mampu dikalahkan dengan "personal identity" yang mungkin mereka anggap belum layak untuk melancong ke negara super power tersebut. Padahal, surat beserta dokumen resmi lainnya telah dilampirkan, bahkan tiket reservasi hotel di Las Vegas pun telah dibukukan.
Sekadar diketahui, event CES atau Consumer Electronic Show 2013 digelar pada awal Januari 2013. Di event akbar internasional tersebut, para vendor gadget dan perusahaan teknologi lainnya memamerkan produk-produk mereka di acara tersebut. Lebih kurangnya, acara bertaraf internasional tersebut mirip dengan acara pameran Indonesian Celular Show yang pernah diselenggarakan di Jakarta Convention Center.
Mendapatkan kehormatan seseorang yang "katanya" reporter ini ditunjuk oleh bos untuk menghadiri acara tersebut. Sejak awal sudah was-was kepada bos, mengapa yang "katanya" jurnalis ini yang dipilih untuk diberangkatkan ke pusat judi terbesar di negara adidaya tersebut? jawaban simpel mengungkap, "karena yang 'katanya' reporter ini belum pernah liputan ke luar negeri, jadi ini giliran ente, coba saja mengajukan diri, diterima syukur, gak diterima berarti bukan rezeki".
Jadwal wawancara telah diketahui dan sang pemohon VISA Amerika Serikat harus datang te[at waktu di kedutaan besar negara yang bersangkutan. Khusus kedubes AS, terletak di jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Kalau dari stasiun Gambir, bisa jalan beberapa puluh meter menuju kedubes AS. Selain itu, juga bisa menuju embassy US dari stasiun Gondangdia ke utara dengan jalan sedikit lebih jauh ketimbang jalan dari stasiun Gambir.
Paspor baru dua bulan lalu dibuat, baru bekerja di salah satu media online ternama di Jakarta selama satu tahun dan mengaku-ngaku gaji dengan kepala depan ganjil di bawah 5 juta, ngelamar dengan dokumen-dokumen terlampir serta biaya yang sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan yang mengundang, tak jua membuat si pewawancara luluh.
Alasan penolakan VISA mengungkap, disitu tertulis, "Anda masih belum memiliki ikatan keluarga, sosial dan ekonomi yang kuat..". Bagus, kenapa bagus? pertama, sejak awal sudah ragu, apakah benar-benar akan meluncur ke negara nun jauh di sana, sementara bahasa Inggris oral masih belepotan, belum pernah punya pengalaman satu kalipun singgah di negara tetangga misalnya (Singapura, Malaysia, China dan negara Asia dulu lah) dan tingkat trust alias kepercayaan yang minim dengan baru bekerja selama satu tahun dengan gaji yang mungkin mereka anggap segitu "pas-pasan".
Sontak saja, sang interviewer yang ketika itu bukan bule, namun dia agak sedikit berwajah timur tengah, dengan sopan dan santun sembari meminta maaf, memberikan lembaran merah atau tanda bukti bahwa pengajuan VISA gagal. Cukup terkejut, mengingat persiapan dokumen telah cukup matang, perusahaan pengundang juga telah menyewa jasa agensi urus VISA, otak, pikiran dan hati sudah terkuras dengan bayang-bayang akan mengangkasa di atas dataran Amerika Serikat. Namun, semua dimentahkan dalam waktu hanya beberapa menit usai diwawancara.
Akan tetapi, ada hikmah dibalik itu semua. Orang tua pun sedari awal mendengar informasi bahwa anaknya akan meluncur ke negara yang tengah dipimpin Barack Obama itu, tampak was-was dan agak kurang mendukung. Ya, memang tak perlu berambisi keluar negeri, tak semua orang senang keluar negeri, dan tidak sedikit juga orang yang justru lebih senang berada di Tanah Air sendiri. Yang penting uang gaji per bulan tetap mengalir lancar, pengalaman dan kesempatan keluar negeri bisa didapat di lain kesempatan.
Usai diberikannya tanda bukti VISA USA yang ditolak, kemudian mengucapkan, "Alhamdulillah". Bukan rezeki, dan ini pun bukan merupakan ambisi. Andai kata boleh sang "katanya" reporter ini meminta, "Lebih baik Disini (di Indonesia), Rumah kita sendiri", seperti penggalan sebuah lirik lagu.
*****
Lembar Penolakan VISA USA (Foto: Bukti Otentik/Doc. Pribadi)
Comments
Post a Comment