Pengalaman pertama terkadang menjadi kesan yang mungkin tidak pernah terlupakan. Menaiki sebuah pesawat terbang untuk pertama kali memang memberikan kesan tersendiri. Sensasi yang dirasakan memang jauh berbeda ketika bermain video game yang menampilkan aksi penerbangan pesawat dengan merasakannya langsung di dunia nyata. (Jelas itu)
Ragam maskapai penerbangan pun tersedia sebagai pilihan. Beberapa di antaranya sudah sangat ternama dan tampak berada pada kelas di atas maskapai penerbangan lainnya. Sebut saja Garuda Indonesia Airlines, banyak yang bilang dari sisi tiket saja, maskapai ini memang memiliki selisih harga tiket sedikit lebih tinggi. Meskipun demikian, terbukti kenyamanan di dalam pesawat serta pelayanan pramugarinya patut diacungi jempol.
Oh ya, pramugari-pramugari ini juga sangat murah senyum (pastinya lah ya). Mereka juga profesional ketika bertugas di dalam pesawat. Saya bisa pastikan, mereka juga memilih profesi tersebut karena yakin ketika melihat persyaratan rekrutmen pramugari adalah, memiliki penampilan yang menarik. Sisi menarik ini memang relatif bagi sebagian orang, namun profesi yang dilakoni kaum hawa ini seperti memiliki standarisasi, seperti berat maupun tinggi badan tertentu. Anugerah wajah yang “kinclong” pun tentu sangat diperhitungkan.
Di dalam bandara, pemeriksaan dan pengecekan identitas serta barang bawaan merupakan hal yang utama. Pemeriksaan barang bawaan dilakukan selama dua kali, yakni di lapis luar serta dalam. Menggunakan moda transportasi udara merupakan pilihan bagi sebagian orang. Memang bila dilihat dari segi biaya, untuk membeli tiket pesawat terbang, seseorang bisa lebih menggelontorkan dana yang lebih melambung ketimbang ongkos moda transportasi darat lainnya.
Konon, untuk mendapatkan tiket penerbangan domestik saja bisa mengeluarkan sampai Rp500 ribuan, tetapi mungkin tergantung juga dengan preferensi maskapai penerbangannya. Untungnya, pengalaman mengudara pertama ini dibiaya sepenuhnya oleh salah satu provider telekomunikasi di Indonesia, karena perusahaan ini mengundang awak media dari Jakarta menuju Yogyakarta untuk meliput sebuah acara gathering.
Menuju bandara Soekarno Hatta bisa ditempuh dengan berbagai macam cara, bisa dengan menunggangi kendaraan pribadi, taksi maupun bis DAMRI. Untuk bis DAMRI, moda transportasi darat ini hanya perlu biaya mulai dari Rp20 ribu (Stasiun Gambir – Soekarno Hatta), dengan jarak tempuh bila lancar sekira 30-40 menit. Sedangkan DAMRI di pool dekat terminal Baranang Siang, Bogor, kalau tidak salah sekira Rp35 ribu dan kabarnya bisa ditempuh sekira dua jam perjalanan. Ada juga bus DAMRI dengan tujuan Bandara ke Lebak Bulus, Blok M, Pasar Minggu dan lain-lain.
Dalam area bandara Soekarna Hatta, terdapat tempat makan, mushola, toilet, serta ATM. Selain itu, khusus yang terlihat di Bandara Adi Sucipto (Yogyakarta), terdapat juga tempat membeli oleh-oleh, dengan harga yang melonjak tinggi ketimbang beli di pasar setempat. Perjalanan menggunakan pesawat terbang Garuda Indonesia dari Soekarno Hatta, Jakarta, menuju bandara Adi Sucipto, Yogyakarta, hanya ditempuh sekira 55 menit.
Bagaimana sensasi menaiki pesawat? Rasanya sama saja penerbangan domestik maupun mancanegara, keduanya memberikan rasa was-was tersendiri, karena apa? pesawat terbang itu bukanlah moda transportasi yang biasa ditunggangi, bukan seperti kereta api, ataupun bus. Pesawat terbang ialah Anda duduk bersandar pada kursi yang disediakan penumpang beserta sabuk pengaman yang melingkari perut, penumpangnya juga dapat melihat ke jendela, di mana sebuah pemandangan yang terlihat adalah gumpalan awan, langit biru serta daratan yang mirip seperti yang dapat dilihat di Google Earth. Ya, melesat dalam kecepatan di atas 300 kilometer per jam di ketinggian lebih dari 20 ribu kaki di atas permukaan laut.
Dari posisi diam kemudian melaju cepat, akselerasi pesawat terbang cukup mengesankan, serupa dengan menaiki mobil balap yang ditenagai dengan NOS (Nitrous Oxide Systems). Ketika kendaraan “burung besi” itu dipacu dalam posisi hendak take off, adrenalin cukup tersentil. Perlahan pesawat angkat roda dan mengangkasa hingga menembus di atas barisan awan. Ketika posisi pesawat telah mengudara dan stabil, setelah itu Anda boleh melepas sabuk pengaman bila ingin pergi ke toilet. Sebelum mengudara, petugas telah memberitahukan prosedur keselamatan, seperti instruksi menggunakan pelampung serta selang oksigen.
Tekanan udara sepertinya cukup tinggi ketika berada puluhan ribu kaki dari permukaan bumi. Efeknya, bila tidak mual atau pusing, bisa juga telinga akan sedikit mengalami gangguan pendengaran.
Satu hal yang perlu diapresiasi ialah, profesi sebagai pengemudi armada udara ini sangat menciptakan “prestise” tingkat tinggi yang layak dilekatkan kepada para pilotnya. Mengendalikan pesawat terbang tentu tidak sembarang tancap gas atau oper gigi (angkot kali). Diperlukan penguasaan teknis, keahlian khusus di bidangnya, bersertifikasi, serta ketentuan lainnya. Sehingga, para professional yang berdedikasi tinggi ini mampu mengontrol serta mendaratkan pesawat dengan aman dan tepat di bandara tempat tujuan.
***** (Foto: Pengalaman)
Ragam maskapai penerbangan pun tersedia sebagai pilihan. Beberapa di antaranya sudah sangat ternama dan tampak berada pada kelas di atas maskapai penerbangan lainnya. Sebut saja Garuda Indonesia Airlines, banyak yang bilang dari sisi tiket saja, maskapai ini memang memiliki selisih harga tiket sedikit lebih tinggi. Meskipun demikian, terbukti kenyamanan di dalam pesawat serta pelayanan pramugarinya patut diacungi jempol.
Oh ya, pramugari-pramugari ini juga sangat murah senyum (pastinya lah ya). Mereka juga profesional ketika bertugas di dalam pesawat. Saya bisa pastikan, mereka juga memilih profesi tersebut karena yakin ketika melihat persyaratan rekrutmen pramugari adalah, memiliki penampilan yang menarik. Sisi menarik ini memang relatif bagi sebagian orang, namun profesi yang dilakoni kaum hawa ini seperti memiliki standarisasi, seperti berat maupun tinggi badan tertentu. Anugerah wajah yang “kinclong” pun tentu sangat diperhitungkan.
Di dalam bandara, pemeriksaan dan pengecekan identitas serta barang bawaan merupakan hal yang utama. Pemeriksaan barang bawaan dilakukan selama dua kali, yakni di lapis luar serta dalam. Menggunakan moda transportasi udara merupakan pilihan bagi sebagian orang. Memang bila dilihat dari segi biaya, untuk membeli tiket pesawat terbang, seseorang bisa lebih menggelontorkan dana yang lebih melambung ketimbang ongkos moda transportasi darat lainnya.
Konon, untuk mendapatkan tiket penerbangan domestik saja bisa mengeluarkan sampai Rp500 ribuan, tetapi mungkin tergantung juga dengan preferensi maskapai penerbangannya. Untungnya, pengalaman mengudara pertama ini dibiaya sepenuhnya oleh salah satu provider telekomunikasi di Indonesia, karena perusahaan ini mengundang awak media dari Jakarta menuju Yogyakarta untuk meliput sebuah acara gathering.
Menuju bandara Soekarno Hatta bisa ditempuh dengan berbagai macam cara, bisa dengan menunggangi kendaraan pribadi, taksi maupun bis DAMRI. Untuk bis DAMRI, moda transportasi darat ini hanya perlu biaya mulai dari Rp20 ribu (Stasiun Gambir – Soekarno Hatta), dengan jarak tempuh bila lancar sekira 30-40 menit. Sedangkan DAMRI di pool dekat terminal Baranang Siang, Bogor, kalau tidak salah sekira Rp35 ribu dan kabarnya bisa ditempuh sekira dua jam perjalanan. Ada juga bus DAMRI dengan tujuan Bandara ke Lebak Bulus, Blok M, Pasar Minggu dan lain-lain.
Dalam area bandara Soekarna Hatta, terdapat tempat makan, mushola, toilet, serta ATM. Selain itu, khusus yang terlihat di Bandara Adi Sucipto (Yogyakarta), terdapat juga tempat membeli oleh-oleh, dengan harga yang melonjak tinggi ketimbang beli di pasar setempat. Perjalanan menggunakan pesawat terbang Garuda Indonesia dari Soekarno Hatta, Jakarta, menuju bandara Adi Sucipto, Yogyakarta, hanya ditempuh sekira 55 menit.
Bagaimana sensasi menaiki pesawat? Rasanya sama saja penerbangan domestik maupun mancanegara, keduanya memberikan rasa was-was tersendiri, karena apa? pesawat terbang itu bukanlah moda transportasi yang biasa ditunggangi, bukan seperti kereta api, ataupun bus. Pesawat terbang ialah Anda duduk bersandar pada kursi yang disediakan penumpang beserta sabuk pengaman yang melingkari perut, penumpangnya juga dapat melihat ke jendela, di mana sebuah pemandangan yang terlihat adalah gumpalan awan, langit biru serta daratan yang mirip seperti yang dapat dilihat di Google Earth. Ya, melesat dalam kecepatan di atas 300 kilometer per jam di ketinggian lebih dari 20 ribu kaki di atas permukaan laut.
Dari posisi diam kemudian melaju cepat, akselerasi pesawat terbang cukup mengesankan, serupa dengan menaiki mobil balap yang ditenagai dengan NOS (Nitrous Oxide Systems). Ketika kendaraan “burung besi” itu dipacu dalam posisi hendak take off, adrenalin cukup tersentil. Perlahan pesawat angkat roda dan mengangkasa hingga menembus di atas barisan awan. Ketika posisi pesawat telah mengudara dan stabil, setelah itu Anda boleh melepas sabuk pengaman bila ingin pergi ke toilet. Sebelum mengudara, petugas telah memberitahukan prosedur keselamatan, seperti instruksi menggunakan pelampung serta selang oksigen.
Tekanan udara sepertinya cukup tinggi ketika berada puluhan ribu kaki dari permukaan bumi. Efeknya, bila tidak mual atau pusing, bisa juga telinga akan sedikit mengalami gangguan pendengaran.
Satu hal yang perlu diapresiasi ialah, profesi sebagai pengemudi armada udara ini sangat menciptakan “prestise” tingkat tinggi yang layak dilekatkan kepada para pilotnya. Mengendalikan pesawat terbang tentu tidak sembarang tancap gas atau oper gigi (angkot kali). Diperlukan penguasaan teknis, keahlian khusus di bidangnya, bersertifikasi, serta ketentuan lainnya. Sehingga, para professional yang berdedikasi tinggi ini mampu mengontrol serta mendaratkan pesawat dengan aman dan tepat di bandara tempat tujuan.
***** (Foto: Pengalaman)
Comments
Post a Comment